Indonesia kaya dengan budaya. Dengan pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke terdapat keragaman budaya yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Berdasarkan Wikipedia budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945.
Indonesia memiliki keragaman budaya yang terdiri dari rumah adat, upacara adat, pakaian tradisional, tarian tradisional, alat musik dan lagu tradisional, senjata tradisional dan `makanan khas daerah.
Menurut Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, hingga tahun 2022 tercatat sebanyak 11.156 karya budaya dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda (WBTB). Budaya tak benda meliputi tradisi lisan, seni pertunjukan, adat istiadat masyarakat, ritus dan perayaan, pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam dan semesta serta kemahiran dan kerajinan tradisional.
Upacara perkawinan adat Sumatera Barat adalah salah satu budaya tak benda. Upacara ini terdiri dari beberapa rangkaian prosesi yaitu; maresek, batimbang tando, maanta siriah, babako, malam bainai dan malam bajapuik.
Budaya merupakan cara hidup yang dimiliki bersama oleh sekelompok orang yang harus dilestarikan dan diwariskan ke generasi berikutnya. Cara melestarikan budaya adalah dengan tetap melaksanakannya dalam kehidupan bermasyarakat.
Malam bainai adalah malam terakhir calon pengantin wanita (anak daro) merasakan kebebasan sebagai wanita lajang, Beberapa daerah di Indonesia juga punya tradisi yang serupa seperti Siraman dari Sunda, Midodareni dari Jawa dan Mappacci dari Makasar.
Kepercayaan nenek moyang bainai ini akan melindungi calon anak daro dari orang yang iri dan dengki pada calon anak daro pada saat jadi mempelai. Walaupun kepercayaan ini tidak sepenuhnya dipercayai, masyarakat melaksanakannya hanya untuk melestarikan kebudayaan saja.
Malam itu calon anak daro memakai pakaian adat yang lebih sederhana daripada acara pesta perkawinan (baralek) dan undangan memakai baju kurung. Selama acara berlangsung akan diiringi oleh musik tradisional minang.
Malam bainai khususnya dihadiri oleh perempuan yang terdiri dari keluarga, kerabat ayah dan ibu serta teman-teman calon anak daro. Prosesi diawali dengan calon anak daro memasuki tapian mandi untuk dimandikan secara bergantian oleh beberapa orang ibu (sepuh) dari keluarga terdekat ayah dan ibu.
Calon anak daro dimandikan bukan dalam bentuk guyuran air, tetapi hanya secara simbolis dengan dipercikan air kembang menggunakan daun pandan yang diikat pada tangkainya sembari diberikan nasehat hidup berumah tangga. Jumlah orang yang memercikan harus ganjil, bisa lima, tujuh atau sembilan. Percikan terakhir dilakukan oleh ayah dan ibu.
Makna yang terkandung dalam prosesi dimandikan ini adalah calon anak daro bersih dari noda dan agar terlihat lebih cantik di hari pernikahan besok. Selanjutnya calon anak daro dibawa menuju pelaminan dibimbing oleh ayah ibunya dengan menjajaki kain kuning.
Menjajaki kain kuning melambangkan perjalanan hidup si gadis yang dari kecil, remaja, dewasa selalu diiringi doa dan limpahan kasih sayang orang tuanya. Kain yang dilewati akan digulung oleh saudara laki-laki calon anak daro. Ini melambangkan pernikahan cukup sekali seumur hidupnya.
Bainai yaitu melekatkan tumbukan halus daun inai (pacar kuku) ke kuku-kuku calon anak daro. Tumbukan daun inai ini akan meninggalkan warna merah pada kuku, sehingga terlihat cantik di hari pernikahannya. Warna merah menandakan wanita tersebut telah menikah.
Sebelum pemasangan inai, calon anak daro akan meminta maaf kepada ayah ibunya. Orang tuanya akan memberikan doa dan nasehat hidup berumah tangga. Biasanya suasana akan berubah menjadi haru karena selalu diiringi dengan tangisan.
Pemasangan inai dilakukan hanya pada 9 jari saja karena dalam masyarakat minang angka 10 adalah lambang kesempurnaan dan itu hanya milik Allah. Pemasangan inai juga dilakukan oleh kaum ibu (sepuh) dari keluarga dan kerabat dekat ayah dan ibu.
Setiap pemasangan inai akan diberikan doa dan harapan untuk calon anak daro. Makna di setiap kuku yang dipasangkan inai adalah sebagai berikut:
Inai di ibu jari merupakan doa agar calon anak daro dapat menghormati suaminya.
Inai di jari telunjuk menyatakan harapan agar calon anak daro untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan dalam menjalankan berumah tangga.
Inai di jari tengah menyatakan harapan agar calon anak daro dapat berbagi kasih sayang dengan adil.
Inai di jari manis merupakan doa agar calon anak daro memiliki rumah tangga yang ideal dan cinta kasih yang abadi.
Inai di jari kelingking merupakan doa agar calon anak daro dapat melalui hal-hal sulit yang dihadapi bersama suaminya nanti.
Tidak semua calon anak daro bisa melaksanakan prosesi ini., karena besarnya biaya perhelatan. Bagaimanapun setiap keluarga tentu mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan dalam perhelatannya. Seperti yang ditulis beberapa wedding organizer, biaya upacara adat perkawinan Sumatera Barat termasuk yang terbesar di Indonesia.