Dalam pemikiran Islam kontemporer, nama Muhammad Iqbal dikenal sebagai sastrawan, penyair, filosof, sufi, politisi dan motivator dalam menyadarkan umat Islam. Iqbal adalah tokoh besar yang dikenal luas di dunia Islam maupun di dunia Barat dan pengaruhnya sebagai pemikir dianugerahi dua gelar, Sir dan Allama.
Salah satu konsep pemikiran Iqbal yang paling diingat adalah konsep tentang ego, yang mana konsep ego ini bagian terpenting dalam perkembangan filsafat dan pemikiran Iqbal, selain itu juga Iqbal dikenal sebagai pemikir dinamis yang tidak suka pada kehidupan yang statis dan fatalis.
Perjalanan intelektual Iqbal, tidak hanya berhubungan pada keilmuan Timur saja tapi juga berkenalan dengan keilmuan Barat. Di bawah bimbingan Sir Thomas Arnold, Iqbal berkelana dan berkenalan secara mendalam dengan keilmuan Barat dan dapat menguasai beberapa cabang ilmu pengetahuan.
Muhammad Iqbal, lahir di Sialkot, India (Pakistan sekarang) pada 9 November 1877 M, dari keluarga religius. Pendidikan dimulai di Sialkot, kemudian melanjutkan ke Goverment College, di Lahore dan mendapat gelar Bachelor of Arts (BA), dalam bidang bahasa Arab pada 1897 dan meraih magister bidang filsafat pada 1899.
Tahun 1905, Iqbal meneruskan studi di Trinity College, Cambridge, Inggris, dan belajar pada filsuf McTaggart dan James Ward. Di samping itu, Iqbal juga mengikuti kursus tentang hukum. Dari Inggris, Iqbal melanjutkan studi ke Jerman untuk mengambil gelar doktor pada bidang filsafat dan diraihnya pada 1907.
Sejak tahun 1935 kondisi kesehatan Iqbal menurun drastis, penyakit kencing manis yang dideritanya semakin menggerogoti Iqbal dan pada 21 April 1938 Iqbal menghembuskan nafas terakhirnya.
Pada masa hidupnya, Iqbal berada di tengah situasi umat Islam yang sedang mengalami kemunduran. Iqbal melihat umat Islam, khususnya di tempat asalnya tidak dapat memahami maksud yang dikandung Alquran, umat Islam terpaku pada pemahaman tekstual sehingga kehidupan menjadi statis, fatalis, dan negatif.
Umat Islam juga minder dari peradaban Barat yang maju. Dari itu Iqbal terobsesi menyadarkan umat Islam agar bergerak dan mengubah keadaan statis, stagnan, dan fatalistis menjadi lebih dinamis dan progresif dalam menjalani kehidupan.
Telah disebutkan di atas bahwa konsep ego merupakan bagian terpenting dalam perkembangan filsafat dan pemikiran Iqbal, dari itu Iqbal menumbuhkan filsafat yang disebut filsafat khudi, adapun khudi itu sendiri bermakna ego, individu atau pribadi. Dengan konsep ini Iqbal merekonstruksi kehidupan umat Islam.
Ego secara etimologi berarti diri (self). Khudi, dalam literatur Persia dan Urdu mengandung arti keangkuhan (vanity) dan kemegahan. Sifat dasar dalam ego ada kebebasan dan kreatif. Variabel dari ego itu sendiri percaya diri, menghargai diri, yakin pada diri, menjaga diri, dan penegasan diri.
Adapun tujuan akhir dari ego itu bukanlah untuk melihat sesuatu, melainkan untuk menjadi sesuatu, menjadi yang terus menerus, ego selalu bergerak dalam proses. Dari itu Iqbal menyadarkan kehidupan umat Islam untuk selalu dinamis, kreatif dalam hidupnya dan membawa energi positif untuk maju.
Bagi Iqbal, khudi adalah unsur terpenting dalam konstruksi masyarakat Islam, karena khudi merupakan pusat kehidupan dunia. Maju mundurnya suatu bangsa atau masyarakat ditentukan oleh pandangan mereka tentang khudi, sebab itu penegasan tentang eksistensi khudi tidak statis melainkan dinamis.
Konsep gagasan dan konstruksi pemikiran Iqbal untuk menyadarkan umat Islam yang hidup pada kehidupan statis, tidak bergairah, tidak kreatif, dan fatalis. Iqbal mengubah paradigma tersebut dengan kehidupan yang lebih dinamis dan membawa energi positif dalam meningkatkan kualitas hidup umat Islam.
Motivasi Iqbal untuk umat Islam bahwa seorang muslim harus punya gairah dan semangat untuk maju, dinamis, kreatif, membawa energi positif, dan tidak melupakan spirit spiritual. Mengembangkan kreativitas dan dinamis dalam hidup adalah suatu kehidupan yang menghidupkan hidup dan keindahan dalam hidup.
Sebagai seorang penyair, Iqbal memberi motivasi hidup lewat syairnya dengan untaian kata filosofis. Ia menyampaikan bahwa hakikat hidup adalah kreativitas untuk menjadikannya bermakna, seperti syair di bawah ini:
Tuhan menciptakan dunia dan
Manusia membuatnya lebih indah
Apakah manusia ditakdirkan
Untuk menjadi saingan Tuhan?
Kau ciptakan malam, aku ciptakan lentera
Kau ciptakan lempung, aku ciptakan cawan
Kau ciptakan padang pasir, gunung dan rimba
Aku ciptakan kebun, taman, dan hutan buatan
Akulah yang membuat batu menjadi cermin
Akulah yang mengubah racun menjadi obat
Kebesaran manusia terletak pada daya ciptanya
Bulan dan bintang hanya mengulang
Kewajiban yang ditetapkan atasnya
Nah, membaca pemikiran Iqbal di bahwa umat Islam harus maju dan bisa bersaing dengan peradaban Barat serta setiap individu harus dinamis dan kreatif.
Walaupun begitu, jika nantinya peradaban Barat mengalami kemunduran, tidak otomatis peradaban Islam akan menjadi maju dan menggantikan peradaban Barat. Umat Islam masih perlu untuk bekerja keras, hal ini disampaikan oleh pemikir Azyumardi Azra. (Muhammadiyah.or.id).
Bahan Bacaan:
Muhammad Iqbal dan Amien Husein Nasution. Pemikiran Politik Islam: Dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer. Jakarta: Kencana, 2010.
Fahruddin Faiz. Ngaji Filsafat (Muhammad Iqbal: Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam).