Asia Tenggara itu seperti laboratorium hidup Bagi mereka yang ingin belajar tentang keragaman agama dan keragaman budaya di dunia ini. Hal Ini dapat dibuktikan melalui keragaman tradisi tulisnya pada masa silam.
Masyarakat Asia Tenggara umumnya memiliki tingkat kesadaran literasi yang tinggi. Hal ini pula ditandai dengan keberadaan manuskrip-manuskrip, baik yang tersimpan di lembaga-lembaga maupun yang masih tersimpan di masyarakat. bahkan jumlahnya jauh lebih besar dari pada yang disimpan dan terawat rapi di perpustakaan.
Manuskrip Itu disimpan secara berjenjang. awalnya manuskrip itu ditulis oleh pengarang-pengarang, disimpan puluhan hingga ratusan tahun, lalu sebagian manuskrip itu disalin oleh penyalin.
Ini sering kali juga menjadikan pemiliknya yang menyimpan, mengoleksi kemudian turun temurun secara kekeluargaan. Jadi selain manuskrip itu disimpan di institusi pendidikan dan juga perpustakaan, ternyata manuskrip juga sebagian tersimpan di masyarakat umum.
Hal ini juga dibuktikan dengan banyaknya koleksi-koleksi manuskrip yang disimpan oleh para masyarakat umum khususnya di daerah-daerah terpencil. Manuskrip merupakan sumber-sumber tertulis yang ditinggalkan oleh nenek moyang kita untuk generasi di masa kini dan masa depan.
Keberadaannya itu sangat dibutuhkan sebagai inspirasi untuk menemukan jawaban atas setiap permasalahan yang sering kali hadir dalam setiap dimensi kehidupan manusia saat ini.
Permasalahan-permasalahan itu dapat berupa hal-hal yang bersifat intelektualitas, maupun persoalan individual yang menyangkut kehidupan pribadi manusia, bahkan permasalahan tersebut juga sering kali bersinggungan dengan jawaban terkait identitas kebangsaan di Indonesia.
Karena manuskrip berada dalam jumlah yang sangat melimpah keberadaannya di Indonesia maupun di Asia Tenggara.
Di masa lalu, masyarakat Asia Tenggara menulis di atas manuskrip yang terbuat dari beragam bahan seperti daun lontar, kulit kayu, kertas Eropa, bambu dan kertas modern. Senada dengan Bahannya yang beragam, Mereka pun menulis menggunakan bahasa dan aksara yang beragam pula.
Ratusan bahasa tertulis dalam ragam aksara ini telah memperkaya khazanah manuskrip di Asia Tenggara.
Manuskrip di Asia Tenggara sendiri juga sangatlah penting, karena berbagai tradisi dan ritual masyarakat tidak bisa dilepaskan dari kehadiran manuskrip itu sendiri.
Hal itu juga dapat kita ketahui bahwa manuskrip sebagai elemen utama di Asia Tenggara, karena manuskrip di dalamnya berfungsi sebagai alat perekam adat istiadat masyarakat setempat, transmisi ilmu pengetahuan termasuk di antaranya adalah pedoman dalam menjalankan agama dan kepercayaan yang dianut oleh para masyarakat Asia Tenggara itu sendiri.
Melalui manuskrip, jati diri dan identitas masyarakat Asia Tenggara disimpan untuk dilestarikan oleh penerusnya di masa depan.
Sejatinya manuskrip juga menyediakan sumber-sumber pengetahuan seperti sejarah pengobatan dan ajaran kearifan lokal yang senantiasa relevan sepanjang zaman. namun tidak banyak perhatian masyarakat terhadap sumber-sumber primer ini.
Banyak anggapan bahwa manuskrip merupakan benda usang yang sudah tidak berguna. akibatnya sering kali manuskrip disimpan secara sembarangan di tempat yang tidak layak sehingga mempercepat kerusakannya.
Di Indonesia, Dalam merawat manuskrip-manuskrip ini tentunya tidaklah mudah. Manuskrip manuskrip ini tentunya mempunyai berbagai ancaman. Untuk menjaga dan merawat manuskrip ini tentunya juga mempunyai tantangan yang besar.
Ada berbagai macam ancaman yang mempengaruhi manuskrip manuskrip tersebut, di antaranya adalah ancaman kulturan dan juga ancaman fisik.
Ancaman kultural pada manuskrip ini yaitu perkembangan zaman yang secara nyata mengancam eksistensi kandungan isi manuskrip, aksara, dan bahasanya, termasuk di dalamnya adalah di sebabkan pertikaian social.
Sedangkan ancaman fisiknya pada manuskrip di Indonesia sangat beragam, karena Indonesia merupakan iklim tropis dan lembab, maka dari itu iklim tersebut adalah tantangan dalam pelestarian manuskrip di Indonesia.
Selain itu, keberadaan binatang pengerat, bencana alam, dan ketidakpedulian kita terhadap benda cagar budaya adalah ancaman yang bisa membuat kerusakan mansuskrip datang lebih cepat.
Maka dari itu, kita harus melakukan penyelamatan terhadap manuskrip itu sendiri demi kelestarian manuskrip tersebut.
Dalam menyelamatkan manuskrip ini terdapat dua cara yaitu penyelamatan fisiknya dan penyelamatan isinya.
Salah satu penyelamatan yang penting adalah penyelamatan fisiknya, penyelamatan bisa dilakukan dengan adanya perawatan-perawatan.
Ada perawatan secara alami yang menggunakan bahan-bahan kimia, tapi di satu sisi juga kita harus bisa melakukan merawat isinya sekaligus juga merawat fisiknya.
Digitalisasi salah satu solusi penyelamatan manuskrip
Digitalisasi merupakan salah satu solusi yang terbaik karena satu sisi merawat fisik pada manuskrip itu sendiri namun juga di satu sisi harus merawat isinya. mendigitalkan berati mengalih mediakan dari bentuk semula menjadi bentuk digital.
Karena Pada dasarnya, misi filologi adalah menyajikan teks masa lalu yang bisa di baca, dan dipahami pada zaman sekarang, begitu pula dengan digitalisasi sebagai solusi untuk menyelamatkan naskah yang di sajikan dengan tujuan yang sama.
Maka dari itu sampai sekarang, digitalisasi merupakan cara yang paling baik untuk digunakan membuka akses ke semua orang terhadap manuskrip.
Salah satu contoh manuskrip dari ribuan manuskrip yang telah di digitalisasi adalah manuskrip keislaman koleksi pribadi La Ode Zaenu. Saat ini, koleksinya bisa kita akses secara luas melalui berbagai media digital manuskrip salah satunya yang bernama DREAMSEA.
Naskah yang tepatnya berada di Baubau, Sulawesi Tenggara ini umumnya berisi teks-teks dengan khazanah Islam, termasuk teks tafsir, hadist, tafsir Al-Qur’an, tassawuf, penjelasan hukum Islam, doa, teologi, tata bahasa Arab dan teks mistik.
Pada naskah ini umumnya di tulis di atas media kertas, baik kertas Eropa maupun dengan jenis kertas lain dengan aksara Jawi, Arab, Pegon, dan Buri Wolio.
Naskah-naskah yang terlihat menarik dalam koleksi ini Antara lain Durrat Al-Ahkam dan Utur Al- Miskiyah yang di tulis oleh Sultan Aidrus dan Insan Kamil oleh Al-Jilli.
Bahasa yang digunakan dalam teks ini antara lain, bahasa Melayu, Arab, dan Wolio.