Saat ini, banyak orang tua yang ingin agar anaknya melanjutkan pendidikan di pesantren. Meskipun harus merelakan sang anak jauh dari rumah dan menahan kerinduan untuk bertemu. Pesantren merupakan tempat untuk mempelajari agama Islam kemudian menanamkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Setiap pesantren memiliki ciri khas sehingga memiliki kelebihan masing-masing.

Umumnya, pelajar di pesantren disebut santri, sedangkan guru laki-laki disebut ustaz dan guru perempuan disebut ustazah. Selain belajar agama dan ilmu pengetahuan lainnya, santri di pesantren umumnya belajar bahasa asing seperti bahasa Inggris dan Arab. Mereka pun akan melakukan praktik berbahasa melalui percakapan sehari-hari serta pidato.

Tentu saja, orang tua berharap memperoleh banyak manfaat dengan menyekolahkan buah hatinya di pesantren. Berikut 7 manfaat belajar di pesantren yang dapat diperoleh anak.

1. Menjadi Penghafal Al-Qur’an

Tujuan utama belajar di pesantren adalah belajar ilmu agama dan menghafal Al-Qur’an kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan yang kondusif di pesantren mendukung para santri untuk menjadi penghafal Al-Qur’an.

2. Memiliki Lebih Banyak Waktu untuk Belajar dan Menanamkan Nilai Agama Islam

Para santri di pesantren umumnya akan mendapatkan pelajaran tentang Al-Qur'an, hadits, fiqih, tarikh atau sejarah Islam, bahasa asing, adab, dan lainnya. Sistem pesantren yang meminta para santri untuk mondok memungkinkan mereka belajar dengan kondusif. Ilmu yang dipelajari dapat dipraktikkan secara langsung dengan bimbingan para ustaz dan ustazah.

Santri memiliki lebih banyak waktu untuk belajar. Mereka memiliki jadwal kegiatan yang terencana. Nyaris tak ada waktu terbuang. Rutinitas ibadah tertata rapi. Selain itu, penanaman nilai-nilai agama Islam bisa dilakukan dengan lebih disiplin dan istiqamah karena berada dalam lingkungan yang tepat. Inilah manfat penting yang diperoleh santri di pesantren. Santri juga memiliki keleluasaan untuk berkonsultasi langsung dengan para ustaz/ustazah.

3. Mendidik Kemandirian dan Disiplin

Di pesantren, santri dididik untuk mengatur kehidupannya sendiri. Mereka memiliki jadwal yang ketat untuk belajar, mencuci, membersihkan kamar, dan berbagai jenis piket yang telah ditentukan. Bahkan, mengatur keinginan untuk membelanjakan uang.

Secara umum, kegiatan pesantren dimulai sejak pukul 03.00 hingga 22.00. Setelah itu, para santri wajib beristirahat. Agar kegiatan berjalan kondusif, pesantren memiliki tata tertib yang telah diketahui dan harus ditaati oleh orang tua dan santri. Umumnya, tata tertib tersebut disertai sanksi bagi yang melanggar. Tujuan memberlakukan tata tertib adalah agar pihak pesantren dapat melaksanakan kewenangan untuk membina santri dengan tertib dan aman.

Memang, sih, pada awalnya santri akan merasa berat. Mereka merasa terkekang dengan tata tertib dan berbagai aturan yang mengikat. Semua kegiatan diatur dan harus ditaati, mulai waktu tidur, bangun, makan, belajar, bermain, berpakaian, hingga berbahasa. Namun, pada akhirnya kekangan tersebut akan berbuah kebiasaan dan disiplin yang baik.

Jangan salah, di pesantren para santri juga memiliki waktu luang, kok. Hanya saja, waktu luang tersebut harus mereka gunakan untuk kegiatan ekstrakulikuler. Oleh karena itu, pesantren memiliki beragam ektrakulikuler yang dapat dipilih, seperti olahraga, sains, fotografi, seni, bercocok tanam, wirausaha, tata boga dan busana, dan lainnya. Para santri juga dapat mengikuti kompetisi untuk melatih kemampuan mereka.

4. Membangun Rasa Percaya Diri dan Memiliki Mental yang Kuat

Belajar di pesantren dapat membangun rasa percaya diri pada anak. Mereka akan bertemu dengan teman-teman dari berbagai daerah dan kebiasaan yang berbeda tanpa adanya campur tangan orang tua. Mereka akan berlatih menyesuaikan diri dan beradaptasi hingga tampil percaya diri.

Kehidupan tersebut akan membangun mental mereka menjadi kuat. Hal itu akan menjadi bekal untuk kehidupan di masa yang akan datang karena memiliki soft skill yang bagus. Oleh karena itu, anak yang akan mengikuti pendidikan di pesantren harus siap. Anak harus dapat menumbuhkan minat serta memiliki kesungguhan dan mental yang kuat. Orang tua berperan penting untuk memberikan fasilitas dan dukungan serta doa bagi anak.

5. Belajar Hidup Sederhana dan Memaknai Kehidupan

Pesantren juga mengajarkan santri untuk hidup sederhana. Pesantren memiliki aturan mengenai pakaian yang diperkenankan untuk digunakan. Santri tidak boleh menampakkan kemewahan, tetapi tetap layak dan sopan. Hidup di pesantren pun mengajarkan santri untuk makan dengan apa pun yang disediakan, bersyukur dengan apa pun yang diperoleh. Santri pun tidak bebas menggunakan uang jajan karena umumnya nominal telah ditentukan oleh pihak pesantren berdasarkan kesepakatan dengan orang tua.

Pesantren juga mengajarkan santri untuk belajar arti kehidupan. Tidak semua keinginan dapat terpenuhi. Tidak setiap pendapat harus diterima. Mereka belajar berbagi, berempati, dan bersimpati dengan teman-teman yang berasal dari lingkungan yang berbeda.

6. Tabungan Akhirat Orang Tua

Inilah satu hal yang diharapkan orang tua saat menitipkan anak di pesantren. Anak yang saleh dan salehah akan menjadi tabungan orang tua di akhirat. Salah satu yang akan dibawa sebagai bekal saat orang tua meninggal adalah doa anak yang saleh,’kan?

7. Memiliki Relasi yang Luas

Pesantren memiliki santri yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Kadang, ada pula yang berasal dari negara lain. Hal itu menjadikan santri memiliki relasi dan jaringan yang luas. Selain itu, para ustaz dan ustazah yang mengajar di sana pun sebelumnya telah memiliki jaringan ke berbagai daerah di Indonesia bahkan hingga mancanegara. 

Hal itu tentu berguna saat santri telah menyelesaikan pendidikannya dan berencana melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal itu juga berguna saat santri yang sudah selesai belajar ingin mengabdikan ilmu yang telah diperolehnya.

Nah, demikianlah 7 manfaat yang dapat diperoleh santri yang belajar di pesantren. Semoga seluruh manfaat tersebut tidak hanya berguna bagi santri, tetapi juga bagi keluarga dan masyarakat luas.