Jika ada yang paling ditakuti dalam kehidupan pernikahan, saya kok yakin itu adalah perselingkuhan. Dikhianati pasangan yang seharusnya saling mencintai ini bisa uwuwuwuw sekali, kan ya. Idealnya, pernikahan berlangsung langgeng selamanya penuh cinta kasih diantara suami dan istri lalu menjadi keluarga yang hangat bagi anak-anak mereka. Nyatanya, tak sedikit yang dihantam badai perselingkuhan dan tak banyak yang selamat. Menyedihkan memang.
Apakah saya sedang hendak menulis kiat-kiat menghindari perselingkuhan? Tidak. Setelah bertahun-tahun menikah dan banyak menonton film dengan tema perselingkuhan, agaknya saya sudah sampai di titik: tidak pernah ada antisipasi yang cukup ampuh untuk mencegah perselingkuhan. Ia akan bisa datang tiba-tiba seperti gempa bumi.
Jadi apa saya perlu membahas kiat-kiat menghadapi perselingkuhan, eh ya tidak juga. Hehe. Lagi-lagi, setelah mendapat banyak hikmah dari film bertema perselingkuhan, saya percaya bahwa tiap pasangan semestinya menemukan sendiri mekanisme pertahanan diri. Apakah akan berpisah atau terus bersama, tiap pasangan yang bisa menjawabnya. Dan ini beragam, tidak sama, berbeda-beda, etdah! Saya cuma ingin menegaskan bahwa hal begini ini adalah urusan privat tiap pasangan. Menikah itu (semestinya) sepaket dengan kesiapan menghadapi badai dan bagaimana bekerja sama mengatasinya.
Saya ingin berbagi pengalaman mencari hikmah dari menonton film-film dengan tema perselingkuhan yang keren sekali menurut saya. Mungkin ada banyak judul, ya. Yang sempat hits sebut saja serial drakor The World of The Married (2020) yang merupakan adaptasi dari serial berjudul Doctor Foster (2015) dari Inggris. Tapi menurut saya serial drakor itu lebih dramatis saja. Kesedihannya, kesakitannya, kemarahannya, agak berlebihan. Agak susah menjadi refleksi buat saya.
Nah, saya menemukan yang sedikit berbeda di film Kabhi Alvida Naa Kehna (KANK) (2006) dan serial My Mister (2018). Judul yang pertama, jelas terlihat film India. Judul kedua, serial drakor meskipun menggunakan judul berbahasa Inggris. Yang menarik dari film KANK adalah perspektif pelaku selingkuhnya. Film KANK, menuturkan tentang kisah pernikahan yang tidak bahagia, saya rasa begitu. Dev dengan Rhea dan di sisi lain ada Rishi dengan Maya. Tentu sumber ketidakbahagiaannya berbeda. Atas dasar alasan hajinguk itu, Dev bertemu dengan Maya dan saling jatuh cinta. Ya jelas itu perselingkuhan. Keduanya sadar melakukan lalu sadar juga menerima resikonya, kehilangan pernikahan masing-masing. Sadar juga sudah melakukan kesalahan karena menyakiti hati pasangannya. Setelah berpisah dari pasangannya, mereka tak segera bersama. Bahkan tak saling tahu jika masing-masing sudah bercerai. Bertahun kemudian, saat kedua mantannya sudah move on dan menemukan hidup baru, Dev dan Maya masih berkutat dalam kesendiriannya, barulah semakin sadar mereka saling mencari.
Film ini hendak menyampaikan bahwa perselingkuhan itu dilakukan dengan sadar, kok. Sengaja. Sejak menonton film ini, saya cuma nyengir jika mendengar kisah perselingkuhan dengan dalih: khilaf. Seolah ada hal lain di luar kesengajaan pelakunya, ya ora mashookkk. Itu poin yang menarik dari soalan perselingkuhan dari film ini. Soal cinta yang hilang dalam pernikahan lalu datang cinta baru dengan cara yang salah, maka pernikahan yang selesai jadi semacam ‘solusi’ agar tidak semakin saling menyakiti. Dan, bagi pelakunya, ada proses untuk menerima hukuman atas kesalahan dan karena cinta, akhirnya ya bersama. Saya penontonnya, masih merasa takjub dengan pemaknaan atas cinta yang ada sedih-sedihnya begini.
Kisah perselingkuhan yang menurut saya juga ‘agak tidak biasa’ ada di serial My Mister. Mirip dengan KANK, pelaku selingkuhnya adalah Lee Ji-ah, istri Park Dong-hoon (tokoh utama) dengan dengan lelaki lain. Bedanya, di serial ini tidak ada perspektif dari dua pasangan suami istri. Hanya satu saja. Dong-hoon yang diselingkuhi, di akhir kisah menerima si istri. Ia dengan segala upaya kedewasaannya, memaafkan istrinya. Di sepanjang serial, dikisahkan juga bagaimana ia mencari makna pernikahannya sendiri. Ia yang merasa selalu berbuat baik, disiplin, ternyata tidak bisa memenuhi kebutuhan kebahagiaan istrinya. Ia tahu istrinya salah, ia ingin melihat itu saja: manusia bisa saja bersalah dan berhak didiberi kesempatan kedua.
Dong-hoon banyak menemukan makna itu juga dari keterlibatan perempuan lain bernama Lee Ji-an, yang mencintainya. Dong-hoon seperti diberi pilihan antara menguatkan komitmen pernikahannya atau memenuhi ego maskulinnya untuk balas dendam. Ia seperti berusaha memahami bagaimana istrinya yang lemah terhadap komitmennya dan memilih berselingkuh. Meskipun pada akhirnya, tetap kembali pada kesadaran moral bahwa komitmen pernikahan lebih layak diperjuangkan.
Masih ada serial drakor lain yang cukup menarik juga membahas perselingkuhan, sebut saja judul semacam VIP dan Love ft. Marriage and Divorce (2021). Intinya, jika ingin melakukan refleksi atas pernikahan dengan isu perselingkuhan, sebenarnya ada cukup banyak referensi yang bisa kita ambil hikmahnya. Ini penting.
Saya rasa, saat kita menikah, kita cuma berangkat dengan semangat mencintai tanpa bekal menghadapi krisis perselingkuhan. Mungkin banyak yang beranggapan bahwa perselingkuhan hanya dilakukan oleh orang yang tidak serius dengan pernikahan atau tidak bahagia dengan pernikahannya. Padahal ukuran kebahagiaan pernikahan ternyata sangat subjektif, bahkan bisa saja berbeda diantara suami dan istri yang tidur seranjang. Di sisi lain, makin gencarnya isu poligami sebagai anggapan bagian dari praktik beragama yang seolah tidak bisa ditolak, juga membingungkan banyak pasangan mengenai perselingkuhan sebagai krisis. Setidaknya begitu amatan dan pengalaman saya berinteraksi dalam lingkup kecil pertemanan saya mengenai isu-isu pernikahan.
Menolak selingkuh tapi takut menolak poligami. Ini kan jebakan betmen khususnya bagi perempuan. Padahal jika mau sedikit dalam mengaji, poligami ini bukan anjuran kok, apalagi perintah. Jadi tidak dilakukan ya tidak berdosa. Menolak poligami, ya tidak berdosa. Dengan begitu, bersikap tegas menolak perselingkuhan, menjadi linier. Menolak perselingkuhan termasuk bagaimana menjaga diri menjaga komitmen pernikahan saat pernikahan sendiri terlibat masalah dan muncul godaan cinta baru.
Dalam hal ini, saya sarankan banyak menonton film khususnya yang saya sebut judul-judulnya di atas. Hahahahahahaha ….
Setelah menonton serial My Mister dan banyak judul lainnya, saya kok merasa hikmahnya ada di kesiapan memaknai perselingkuhan. Sebenarnya ia sama saja dengan krisis rumah tangga lainnya semacam soal uang, kesehatan, konflik dengan mertua-ipar-tetangga, sejenis lah. Ia mungkin lebih terasa ‘mengerikan’ karena terkait dengan rasa cinta, ya. Sejenis dengan hasrat membeli sepatu yang sudah diincar dan ternyata ada orang lain yang juga menginginkan sepatu itu. Pertarungan sengit akan susah dihindari. Kira-kira begitu. Jika terkait dengan rusaknya pernikahan, bukannya masalah uang, kesehatan, konflik keluarga eksternal, juga bisa merusak pernikahan? Sama bisa menyakitkannya.
Saya mulai berani membahas tema ini dengan suami. Bertanya, ada tidak orang lain yang menarik perhatian, yang mungkin membuat masing-masing kita bersimpati, atau lebih jauh lagi, apakah masing-masing kami masih saling mencintai seperti saat setuju memutuskan menikah. Adakah kebahagiaan yang perluu kami sepakati lagi. Pernikahan yang disebut sebagai mitsaqan ghaliza (ikatan sangat berat) ya saya rasa karena juga serapuh itu, kok. Di KANK dan My Mister misalnya, semua selalu diawali dari krisis internal. Bahkan juga di judul-judul lainnya. Jika krisis ini tidak dikenali apalagi diatasi, ya tentu saja godaan cinta lain akan semakin kuat. Sesederhana itu, tapi tidak semudah itu ya kan. Soal bagaimana menghadapi perselingkuhan jika sudah terlanjur terjadi, itu tergantung kesiapan masing-masing pasangan. Tidak pernah ada formula yang bisa sama.
Tapi daripada cuma cemas, khawatir, sibuk mencari antisipasi, bukannya lebih mudah nonton film dengan refleksi?