Ratusan peserta tampak berjibun pagi itu. Pasalnya hari itu, Kamis (22/02/2018) bertempat di Aula Pascasarjana IAIN Surakarta diselenggarakan bedah buku berjudul Problem Solving ala Nabi, Belajar dari Kearifan Nabi Muhammad SAW dalam Menyelesaikan Masalah. Kegiatan tersebut mengundang Abd. Halim, M.Hum sebagai penulis buku dan Dr. Ja’far Assagaf selaku pembanding yang merupakan dosen ahli bidang studi hadis di IAIN Surakarta.
Halim mengawali paparan mengenai motivasi dan proses kreatif penulisan buku dengan mengutip quote dari sastrawan ternama Pramoedya Ananta Toer atau yang akrab dipanggil Pram, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam sejarah, menulis adalah bekerja untuk keabadian”. Halim menjelaskan agar tidak patah semangat dalam berkarya, dia mencontohkan bahwa naskah buku tersebut, pernah ditolak oleh dua penerbit sebelum akhirnya ada penerbit yang berkenan menerbitkannya.
Selanjutnya sesuai judul bukunya, Halim menjelaskan tentang pemilihannya terhadap sosok Nabi Muhammad SAW sebagai teladan dalam pemecahan masalah (problem solving). Mengutip ungkapan Raghib As-Sirjani, yaitu jika seseorang tidak mempelajari sosok Rasulullah Muhammad SAW, maka akan banyak nilai-nilai kebaikan yang lepas dari perhatian manusia, akan banyak samudera ilmu yang hilang dari dunia ini.
Selain itu Nabi Muhammad merupakan sosok yang dipuji dan diagungkan bukan hanya karena parasnya yang rupawan, tapi lebih dari itu adalah akhlaknya yang mulia, perangainya yang lembut dan santun. Maka tak mengherankan jika nama Nabi Muhammad, penyebar agama Islam, penguasa Arabia, berada pada urutan nomor wahid dalam buku 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia karya Michael H. Hart. Mendaras perjalanan Nabi juga sebagai upaya dan bukti cinta kepada kanjeng Nabi.
Halim juga memaparkan tentang cara dan karakteristik dakwah Nabi Muhammad dalam mengajarkan Islam, karena untuk menjadi problem solver diperlukan metode dan pendekatan yang bisa diterima masyarakat. Beberapa karakteristik cara Nabi berdakwah antara lain; welas asih (menyayangi), tegas, bertahap, mengedepankan harmoni, solutif, memudahkan tidak mempersulit, dan mengedepankan sifat memaafkan.
Intinya dari buku tersebut menegaskan bahwa kehadiran Rasulullah SAW dalam setiap persoalan masyarakat selalu menjadi problem solver, pemecah masalah. Hal tersebut dipaparkan dalam kisah-kisah yang disertai hikmah terbagi menjadi empat bagian, yaitu permasalahan dalam keluarga, permasalahan di kalangan sahabat, etika pergaulan dengan non-muslim, dan mengatasi berbagai problem kehidupan. Halim mengakhiri paparan dengan mengutip ungkapan Al-Suhrawardi Al-Maqtul, “Tirulah orang-orang hebat, karena hasrat meniru orang hebat sudah merupakan sebuah kemenangan”.
Paparan kedua dari Dr. Ja'far Assagaf yang merupakan pakar ilmu hadis, beliau mengapresiasi karya tersebut. Karya tersebut bagus dan layak dibaca masyarakat umum agar diteladani berbagai cara Nabi dalam menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan. Secara substansi sudah bisa diraih apa yang diinginkan oleh penulis.
Beberapa catatan yang diberikan antara lain pengulangan pengambilan rujukan/sumber. Kemudian ada kesalahan pengutipan nama kitab rujukan dan pengambilan data, meskipun karya tersebut karya populer, kevalidan data juga penting agar masyarakat tidak memperoleh informasi yang salah. Masukan dari Dr. Ja’far seyogyanya diberikan sedikit polesan teori sosial agar lebih mengena. Kesimpulan akhir beliau, buku tersebut bagus, hanya kurang teliti di dalam menulis data sejarah.
Di akhir paparan Dr. Ja’far menyelipkan pesan kepada hadirin yang hadir tentang pentingya ketekunan sebagai modal dalam segala aspek, utamanya dalam mencari ilmu. Cintai apa yang kamu lakukan, bergaul dengan orang yang lebih pandai untuk belajar ilmunya, dan jangan ragu/malu untuk mengakui kelebihan orang.