Cartra tak rupawan namun peduli, Terselip buku sederhana dalam bilik-bilik laci di lemarinya, persis 9 bulan sebelum ia meninggalkan Tarpiali. Catra tak pernah secara langsung berbicara mengenai modernitas maupun materialitas. Karena alasan logis, bahwa ia tak memperdulikannya. Sekian isi kepala Cartra mengenai hubungan erat antara Modernism dan Materialism:
“Sebelumnya harus disadari, bahwa Materialisme tidak memiliki hubungan relasional dengan Modernisme. Materialisme adalah salah satu ideology yang menitikberatkan pada eksistensi material, tidak mengakui dan mempercayai hal-hal yang bersifat Non materi, menganggap bahwa “Keyakinan” atau “Kepercayaan” adalah suatu hal yang niscaya, tidak perlu terlalu sistematis dalam membahas segala sesuatu yang instingtif seperti, lapar, haus, curiga, kecewa, sedih, senang, dll”.
Membaca tulisan Cartra aku membayangkan ia dalam kesendirian super konkrit. Ia tegas, mengatakan bahwa materialisme menutup celah sistematis pada hal-hal non-materi. Menarik. Lanjut..
“Dalam pandangan Realisme hal ini tentu saja akan terjadi, karena pada dasarnya, hal-hal terkait instingtif adalah elemen yang tidak bisa dikaji dari sudut pandang Materialisme, bahkan akan menjadi kehancuran besar bagi setiap penganutnya apabila mereka menyadari akan ketidak validan pola mereka dalam menanggapi realitas”.
Terisak, ia terbelenggu sinisme. Sepertinya punya masalah pribadi dengan salah satu penganut Nihilism. Kembali ke Cartra.
“Dewasa ini, yang seringkali terjadi adalah, kesalahpahaman manusia, mereka menganggap bahwa Modernisme adalah efek turunan yang dihasilkan oleh pandangan Materialisme, dan mereka menganggap bahwa keduanya adalah dua sublim yang relasinya niscaya. Di Pasrifia tak ada orang yang peduli dengan realitas, apatisme mereka justru membuatku memiliki waktu untuk membagi realitas menjadi dua bagian. Aku tak akan menjelaskannya”.
Hey gila, hampir semua orang di Pasrifia juga seperti itu, hanya mampu melempar penat, tak bertanggung jawab terhadap susunan ilmiah. Aku tau mengapa kau dan kawan-kawanmu menghabiskan sisa umur dalam kondisi sulit mencari madu dan susu. Lanjut..
“Materialisme hanya sebuah ideologi yang terbatas oleh forma benda. Modernisme adalah konsep yang tidak memiliki kaidah hukum atau aturan tertentu, Modernisme bukanlah suatu ideologi yang meniscayakan sikap yang relevan, karena cukup naif apabila meyakini sebuah ideologi yang lemah secara logis, lalu berharap menjadikannya sebagai muara seluruh prilaku relevan. Butuh sesuatu yang lain, aku dulu menyebutnya “Benda Sakti”, sekarang “Teknologi”. Terkait dengan Modernism, modernism adalah cara pandang atau prilaku ke-“kini”-an, yang sangat “sekarang” mungkin. Ini kecerobohan.
Bagi para penyembah isi benak, hal ini harus disingkirkan dari meja uji validitas, Modernism dan Materialism telah mereka tolak secara apriori, walaupun membantahnya dengan “Jangan Aprior dalam berargumen”.
Aku tak menyangka Cartra sesinis ini, masih lanjut.
“Kesadaran terhadap rapuhnya modernitas dan materialism akan menuntut setiap pribadi untuk membongkar hirarki berpikirnya, Permasalahannya adalah, apakah kepribadian yang proporsional dapat terbentuk apabila manusia mengaitkan dua elemen barusan? Yang terjadi saat ini adalah, manusia melekatkan keduanya.
Manusia menjadikan keduanya solid, manusia membentengi kedua elemen itu dengan ikatan kuat. Ideologi tak mampu runtuh bila tak diuji. Kegagalan karakter terbangun karena melekatkan dua sublim yang seharusnya tak berkaitan, dan sebaliknya. Memisahkan dua sublim yang seharusnya tidak terpisah.
Salah satu contoh, ketika mendengar kata “Idola”, yang terpikir di benak manusia adalah “eksistensi wujud manusia yang terkenal” dan memiliki popularitas “di zaman sekarang”. Ini adalah bukti akan degradasi kesadaran manusia saat ini dalam memahami konsep yang luas. “Idola” adalah konsep persepsi mengarah kepada Personal, yang hadir berkaitan dengan suatu keterampilan atau kemahiran, pengorbanan, kisah lalu, sejarah, dan apapun yang bisa dibanggakan. Manusia sering menyempitkan yang luas, dan meluaskan yang sempit”.
“Manusia yang populer di zaman sekarang” adalah persepsi yang muncul ketika mendengar kata “Idola”. Kalau diperhatikan, dalam kalimat bertanda kutip diatas, terjadi penggabungan dua elemen yang berbeda, “Manusia yang populer” adalah indikasi material yang terbangun dari pandangan materialisme, sedangkan “di zaman sekarang” adalah pandangan Modernisme yang dipaksakan agar mengandung relasi keniscayaan dengan Materialisme.
Ketika kebobrokan pemahaman ini berlanjut, maka yang terjadi adalah, setiap manusia akan berupaya untuk mencari wujud “Material” dan memperhitungkan masa eksisnya terkait dengan zaman sekarang. Sudah lalu harus berlalu, jangan dipaksa eksis. Kita terpenjara oleh tata bahasa yang disuntikkan pada awal evolusi manusia. Jerat besi tak nampak mata, jerat lebih kecil dari sutera menyandera validitas.”
Luar biasa orang gila satu ini, bila ia menceritakan tentang orang gila, aku rasa tidak segila dirinya.