Ada yang bilang vaksin COVID-19 memiliki chip yang dapat melacak orang. Dulu juga ada berita kalau KTP elektronik dipasangi chip. Halah, melacak dan mencari data pribadi orang Indonesia itu gampang kok, nggak perlu pakai chip-chip-an segala, cukup kepoin aja akun medsosnya.
Semua orang pasti setuju kalau orang Indonesia itu melek internet dan medsos. Bahkan menurut laporan We Are Social dan Hootsuite Januari 2021, sebanyak 170 juta jiwa atau sekitar 61,8% dari keseluruhan penduduk Indonesia aktif bersosial media. Dari hasil itu, kita dapat melihat bahwa mayoritas orang Indonesia memang memiliki medsos dan yang paling sering digunakan adalah Youtube (93,8%), Whatsapp (87,7%), Instagram (86,6%), dan Facebook (85,5%).
Itu kan data. Kalau mau secara lebih dekat, mungkin kita bisa melihat ke teman, saudara, dan tetangga sekeliling kita. Tahun 2009 saat saya pertama kali membuat akun Facebook, temannya baru sedikit karena paling banter ya cuma teman kampus. Sebelum whatsapp, kita dulu kenal BBM (Blackberry Messenger) yang cukup populer juga. Whatsapp juga masih sedikit penggunanya kala itu. Namun, seiring berkembangnya teknologi komunikasi, semakin banyak juga teman dan tetangga yang punya akun medsos. Sekarang hampir semua rumah tangga di kampung pun bisa bergabung ke whatsapp group RT.
Orang-orang tua generasi baby boomer (1955-1963), atau generasi sebelumnya, sekarang sudah punya Facebook, Whatsapp, bahkan yang terbaru ya bisa Tiktok-an. Kalau generasi setelahnya, ya jangan tanya lagi, mungkin malah punya semua platform medsos. Rata-rata penggunaan medsosnya pun sehari bisa 3 sampai 9 jam lho. Wow.
Indonesia boleh berbangga karena rakyatnya melek digital, tetapi sebenarnya semakin banyaknya akun pengguna medsos ini juga semakin menimbulkan kekhawatiran. Salah satu dampaknya ya betapa mudahnya kita bisa mencari data pribadi orang. Loh bukannya bagus? Ya bagus, kalau tidak disalah gunakan orang lain.
Kok bisa mudah dicari? Salah satunya ya karena orang Indonesia memiliki kebiasaan menamai akun medsos mereka dengan nama aslinya, meski disingkat. Alamat email saja biasanya nama asli juga karena kadang digunakan untuk mengumpulkan tugas sekolah/kuliah atau mengirim kerjaan ke bos, dll.
Setelah tahu salah satu akun medsos, kita juga akan mudah mencari akun medsos lainnya karena biasanya terhubung, termasuk ke nomor teleponnya. Nah dari akun medsos tersebut, kita kan bisa melihat postingan kabar dan foto terbaru seseorang.
Kalau mau tahu kerja di mana, rumahnya di mana, pasangan dan keluarganya siapa, itu juga gampang. Mereka mungkin membagi informasi pribadinya di profil medsosnya. Anaknya berapa, gimana penampilan dan keadaan terbarunya sekarang jadi bisa dikepoin. Kalau mau melihat semua anggota keluarganya, ya cari saja foto lebaran atau kumpul-kumpulnya. Pasti ada foto anggota keluarga lengkap, bahkan ada foto anak kecil atau Kakek Nenek yang nggak punya akun medsos sekali pun. Dalam foto keluarga besar, kita juga akan bisa tahu siapa saja saudara-saudaranya, serta terkadang kita bisa langsung tahu akun medsos mereka sekaligus.
Saya paling sebel kalau lihat ada yang mensyen suami/istrinya ketika berkomentar di postingan yang bahas soal suami istri, misal nggak pekanya suami bla bla bla. “Baca itu, Papa @blablabla.” “Tuh, Yah @blablabla.” Bukankah itu peluang orang lain tahu kalau si A berpasangan dengan si B dan si pasangan itu nggak peka, dll. Kalau bisa di-kepo akun Laki/Bininya dan ternyata tajir kan bisa jadi peluang orang lain untuk mendekatinya. Syerem nggak sih? Lagian kalau ngirim postingan/artikel itu ya kan bisa di-skrinsyut trus dikirim atau bisa disuruh baca langsung saja? Kan privasi juga?
Dari akun medsos seseorang, kita juga akan bisa tahu dia berteman dengan siapa saja, atau menyukai apa, termasuk berita apa saja yang sering dibagikannya di medsos mereka. Nggak perlu repot juga untuk tahu dia lagi punya masalah apa karena dia juga bakal curhat sendiri di status atau postingannya. Yang lebih WOW lagi, kita bahkan bisa tahu posisi sekarang atau minggu kemarin pergi ke mana karena biasanya mereka juga suka nge-tag nama tempatnya atau mengulas tempat yang dikunjunginya.
Alasan bahwa medsos seseorang bisa mencerminkan kepribadiannya mungkin menjadi alasan para HRD untuk menanyakan akun medsos para pelamar pekerjaannya. Portolifo seseorang bisa jadi tertulis jelas di medsosnya, seperti Facebook atau LinkedIN misalnya. Semakin tak ada privasi dan batas antara pekerja dan perusahaannya.
Risih nggak sih ditanya Pak Bos “Kemarin ke pantai ya sama teman-temannya?” yang ternyata dia lihat postingan piknik kita di Facebook atau Instagram? Kalau saya sih iyes, risih dong. Saya punya pengalaman soal ini. Saya dulu pernah izin cuti dadakan karena pergi ke Bandung dan saya upload beberapa foto tempat liburannya. Pas masuk kerja lagi, dipanggil Pak Bos dan diingatkan untuk tidak cuti dadakan lagi karena akan mengganggu stabilitas pekerjaan orang lain. Duh, apes, lain kali kalau cuti dan piknik nggak usah unggah foto-fotonya, takut ketahuan.
Pokoknya gampang lah cari orang Indonesia tuh asal dia punya medsos. Nggak perlu chip, lihat saja postingan medsosnya.
Kalau nggak punya medsos, aman dong?
Ya nggak gitu juga dong.
Salah satu kebiasaan orang Indonesia yang bikin kesal itu ya membagi informasi pribadi orang lain dengan entengnya tanpa minta izin yang punya. Misal nih, ditanya nomor hp si A ke B, ya B enteng aja ngirim nomor hp si A tanpa minta izin dulu boleh atau nggak dibagikan ke yang lain. Belum pula kalau ditambah kepo menanyakan status pernikahan, sekarang kerja di instansi mana, dll. Terdengar sepele, tetapi sebenarnya itu kan menyangkut masalah privasi dan data pribadi orang ya?
Selain itu, kemarin juga ada berita kalau data BPJS kita bocor padahal NIK (nomor induk kependudukan) kita ada di sana. Selain data BPJS bocor, kemarin juga heboh ada yang jual beli data foto KTP dan orangnya. Kalau benar itu data saat melakukan pinjaman online yang disebar, sepertinya kita benar-benar harus berhati-hati melindungi data pribadi kita. Ngeri banget nggak sih, data sepenting itu bisa bocor dan diperjualbelikan dengan bebas.
Di satu sisi, kita bisa lebih mengenal dunia yang lebih luas hanya dari genggaman ponsel kita saja, tetapi di sisi lain privasi kita dipertaruhkan. Dunia cyber memang bener-bener WOW...