Rasa cinta yang amat besar selalu memiliki nilai tinggi. Tak hanya dalam bentuk materi, tapi juga sebuah nyawa.

Begitulah dengan sepak bola, olah raga yang paling popular di dunia ini juga didukung dengan adanya penggemar di tiap kelompoknya. Adanya penggemar loyal dan fanatik membuat club sepak bola merasa memiliki pemain ke 12 yang selalu setia mendukung dan mengawal club kesayangan mereka.

Menjadi penggemar sepak bola memang bisa sangat menyenangkan. Namun, ternyata ada juga hal-hal tertentu yang bisa menimbulkan kerugian tersendiri bagi seorang penggemar sepak bola. Seperti hal nya bulan lalu yang mengakibatkan tragedi Kanjuruhan (1/10/2022).

Laga derby Jawa Timur antara Arema versus Persebaya Surabaya yang di menangkan oleh Persebaya ini berujung protesnya fans Arema Malang dengan turun kelapangan sehingga terjadinya bentrok dengan aparat kepolisian.

Hingga tulisan ini terbit sebanyak 135 orang meninggal dunia, mulai dari anak-anak yang usia belasan tahun hingga orang tua bahkan ada yang satu keluarga menjadi korban jiwa dalam tragedi kanjuruhan.

Dimedia sosial pun ragam respon terkait tragedi itu saling lempar opini, fans dari kedua belah pihak Persebaya “Bonek” dan Arema Malang “Aremania” saling memberikan support terkait kejadian tersebut. Bahkan seluruh postingan di media sosial banyak sekali yang memposting turut berduka cita terkait tragedi.

Padahal dalam hal lain Bonek dan Aremania ini sering kali bentrok dan bahkan sering saling serang di media sosial, dengan postingan meme(sarkas) atau bahkan saat bertemu dengan fans di wilayah mereka dengan menggunakan atribut tim lawan. Maka bisa dipastikan akan terjadi hal yang kurang mengenakkan yang akan terjadi.

Lalu sebenernya fans itu seperti apasih? sehingga terasa sangat cintanya fans terhadap apa yang mereka favoritkan, serasa hidup mati untuk yang di idolakan.

Definisi Fans

Fans dari berbagai definisi secara umum dipahami sebagai istilah untuk menyebutkan kelompok penggemar dari suatu budaya popular, sering juga fans di diskripsikan dengan fanastisme. Menurut Matt Hills (2002:VII) menyebut definisi fans sebagai yang paling umum dipahami orang kebanyakan, bahwa fans adalah seseorang yang terobsesi dengan bintang, selebriti, film, program TV, band, kelompok tertentu, seseorang yang dapat menghasilkan banyak informasi tentang objek fandom mereka, missal seseorang dapat mengutip baris atau lirik, bab, dan syair favorit mereka dari grup musik.

Definisi di atas penulis dapat menggaris bawahi bahwa redaksi fans sebagai “mereka yang terobsesi”, pemahaman terhadap fans seperti ini memang dirasa cenderung menempatkan fans sebagai efek dari kehadiran selebritas dan media.

Selaras dengan itu pemahaman tentang fans di teruskan oleh Joli Jensen (1992:10) bahwa eksistensi fans berada dalam lingkaran fan-star relation dengan pihak fans yang menjadi pasif hanya sekedar menangkap segala bentuk umpan dari star-system.

Henry Jenkins(1992) Menyebutkan bahwa Star-system dimaknai dari segala aspek bentuk dan aspek terciptanya suatu produk budaya popular seperti actor/aktris, lagu, film dan lain-lain. Sederhananya Jensen menjelaskan fans, sebagai sebuah respon dari system kebintangan.

Sebagai kelompok yang pasif, fans kemudian dianggap mudah dikelabuhi dan dibujuk. Karena dipandang lebih irasional dari perilaku yang dilakukan oleh bintang yang mereka favoritkan selalu di senangi hingga level yang bisa dikatakan tidak masuk akal.

Pertanyaannya apakah fans selalu semata-mata menjadi konsumen? Lalu apakah fans selalu menjadi pembela bagi bintang favoritnya atau sebaliknya sebagai alarm bagi tim agar selalu serius dalam menjaga performanya?

Fans Sebagai Konsumsi Semata?

Cara pandang fans dilihat dari perspektif studi komprehensif melihat fans memiliki kesempatan untuk melakukan negosiasi atau bahkan menolak apa yang ditawarkan industri. Sedangkan pada pemikiran Stuart Hall (1980) bahwa media merupakan pembawa makna dominan yang diamanatkan industri, untuk memberikan makna pada setiap teks yang di akan dikonsumsi fans.

Maka fans tak selamanya menerima makna yang sama, sehingga akan ada negoisasi oleh fans sesuai dengan pengetahuan dan wacana yang menjadi acuan dalam keseharian fans.

Menurut Hanry Jenkins (1992) bahwa fans memproduksi beberapa hal mulai dari makna dan interpretasi, karya seni, komunikasi dan Identitas alternatif. Jenkins juga menyebutnya sebagai Fan Culture Production, konkritnya seperti fan art, fan song, fan video-making dll.

Melalui ragam contoh di atas bahwa ada yang di produksi fans, pada dasarnya fans tidak lagi dianggap pasif, namun juga ikut andil secara aktif melalui reproduksi atas teks dengan tidak selalu Bersama dari apa yang di tawarkan industri.

Jankins menyebut lebih mendalam bahwa “penggemar adalah konsumen yang juga memproduksi, pembaca yang juga menulis, penonton yang juga berpartisipasi”. Sehingga menunjukkan bahwa posisi fans sebagai producer and consumer.

Fans tidak lagi dianggap pasif ketika dihadapkan pada produk kultural yang dilahirkan dari bintang favoritnya, mereka juga memiliki dinamika aktif yang bergerak sesuai dengan moda interpretasi fans terhadap bintang favoritnya.

Sudut pandang dari Fans sepak bola juga mulai terasa kuat sebagai kelompok yang aktif dalam melakukan satu perlawanan terhadap kungkungan industri sepak bola, dari kuatnya posisi industri sepak bola saat ini, fans tidak lagi hanya sebagai penonton di dalam stadion.

Kini fans juga menginkorporasi dalam industri tersebut mulai dari penjualan merchandise, ikut serta dalam kegiatan sosial, hingga ikut dalam memberikan usulan ide bagi klub yang mereka dukung dan lain sebagainya.

Pola Inkorporasi yang dilakukan mungkin akan menjadi sebuah warna baru serta menjadi relasi fans dan bintang. Namun fans bisa tidak berhenti pada satu titik saja karena selama fans dapat memaknai atas teks yang di konsumsinya maka di situ akan ada peluang terjadinya resistensi.

Dan dari situ pula kesempatan untuk keluar dari sebuah industri sebagai induk dari bintang (klub sepak bola) mungkin dengan kekerasan tapi dari sana ada kesempatan bahwa fans tidak lagi dapat di kendalikan dari seluruh aspek kehidupan, fans memiliki ruang tersendiri dan berkuasa atas diri mereka sendiri.

Maka sudah saatnya fans jadi sebuah partner dalam membina dan membesarkan suatu bintang, agar menjadi relasi yang sehat.