Napas neoliberalisme itu khas berembus dengan penekanan pada evolusi wahyu ilahi dan kebaikan manusia yang dapat dinyatakan dengan titik-titik temu yang sejalan dan bermanfaat bagi peradaban. Embusan khas napas ini selaras dengan apa yang telah diucapkan oleh Nadiem Anwar Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dalam bentuk ejawantah lain yang sejenis.
Beliau mengatakan bahwa: jangan terlalu yakin dengan apa yang Anda kira Anda tahu. Berpeganglah pada angka. Percayalah pada data. Buktikan dan praktikkan apa yang Anda pikirkan. Dengan begitu, secara konstan Anda membuktikan validitas sebuah data.
Kemudian ada lagi seorang teolog liberal yang telah meninggalkan teologi Injilnya, namun ia masih dapat melayani Tuhannya. Tersebutlah Harry Emerson Fosdick (1878-1969) yang telah mengatakan bahwa: demokrasi yang baik itu bertumpu kepada keyakinan bahwa ada kemungkinan luar biasa yang muncul dari rakyat biasa.
Kedua pernyataan bijak di atas menggiring kita pada sebuah kekuatan polulasi yang akan menjadi senjata tajam, baik berupa sampel yang terukur ataupun data deskriptif sensus yang valid.
Apa yang dikhotbahkan Harry di atas, serta yang telah dikatakan oleh Pak Menteri itu, merujuk juga pada tingkatan populasi mahabesar dan hal luar biasa yang biasa disebut dengan "suara rakyat" atau "vote". Hal luar biasa dari suara rakyat biasa (vote) yang dalam kehidupan masyarakat berupa preferensi politik.
Hal luar biasa ini (vote) makin gila lagi ketika melibatkan statistika untuk menajamkan perngaruhnya. Perhitungan-perhitungan yang cepat dan akurat ala statistika inferensial sering digunakan untuk mengawasi suara sebagai suatu kenyataan bilangan-bilangan aritmatika yang mempunyai probabilitas.
Peran statistika tersebut sangat nyata dalam perhitungan cepat (quick count) yang dikenal pula dengan istilah “a parallel vote tabulation” (PVT), di mana pelaksanaan quick count itu sesungguhnya merupakan praktik nyata teknik sampling yang menjadi basis statistika inferensial.
Teknik sampling yang dipergunakan dalam metode quick count biasanya adalah sampel yang ditentukan secara proporsional berdasarkan populasi yang ada. Inilah era kemenangan ilmu pengetahuan terlihat nyata yang merupakan bagian dari napas neoliberalisme.
Perhitungan-perhitungan cepat dan tepat merupakan metode akurat untuk memonitor perkembangan pemilu. Dalam hal ini, data dan metode statistik memegang peran utama dengan ketundukan penuh kepada kaidah ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.
Dengan fenomena di atas, maka telah berdiri berbagai lembaga yang memberikan layanan perhitungan cepat. Di antara lembaga-lembaga tersebut juga kadang merangkap fungsinya untuk melakukan survei opini publik terhadap persoalan politik, ekonomi, pendidikan, sosial, konsultasi politik, hingga layanan pemenangan kandidat dalam Pemilu.
Termasuk pula laman Faktadata yang mempunyai kredibilitas di dalam pengolahan data-data inferensial, seperti dengan menggunakan (n) = Sampel, dan (N)= Populasi serta nilai (e) = Interval keyakinan/error, maka tingkat validasi ketelitian pada sebuah penelitian bisa mencapai 95% dengan eror sebesar 5%.
Penggunaan rumus Slovin sangat dominan sekali dalam sebuah perhitungan quick count, di mana formula ini sangat bermanfaat untuk menghitung jumlah sampel minimal.
Khususnya apabila perilaku dari sebuah populasi tidak diketahui secara pasti serta digunakan dalam penelitian survei dengan jumlah sampel besar sekali, sehingga didapatkan sampel yang sedikit tetapi dapat mewakili keseluruhan populasi.
Berangkat dari ide perihal margin error inilah memberikan kesempatan kepada para peneliti untuk menetapkan sampel minimal berdasarkan tingkat kesalahan atau margin of error.
Oleh karena itu, perolehan suara yang ditunjukkan oleh hasil sampel quick count, yang bercirikan statistik inferensial secara keseluruhan, harus memiliki kesalahan (kurang dari 5%) atau dalam notasi (<5%) bila dibandingkan dengan hasil rekapitulasi resmi KPU yang dilakukan terhadap seluruh populasi yang bercirikan statistik deskriptif (sensus).
Bila hasil tersebut memenuhi syarat di atas, maka sampel quick count yang ditentukan untuk mewakili seluruh populasi yang ada dapat dikatakan berhasil. Dengan begitu, maka kita telah melakukan pengujian hipotesis, melakukan prediksi observasi masa depan, atau membuat model regresi.
Itulah pentingnya penggunaan statistika. Ketika intensitas penggunaan statistika sebagai alat analisis dalam penelitian rendah, dan adanya kecenderungan subjektivitas serta bias yang besar, maka makin banyak pula kekeliruan yang telah dilakukan dalam tahap pengambilan keputusan.
Rendahnya kualitas penguasaan dan pemahaman ilmu statistika dan ilmu-ilmu terkait dengan penelitian diduga telah menjadi salah satu penyebab rendahnya intensitas penggunaan statistika sebagai alat analisis dan perlawanan di segala bidang penelitian dan pengamatan.