Masker adalah pelindung wajah dan hidung dari butiran-butiran halus debu atau asap kendaraan. Masker digunakan sebagai pelindung pernapasan.
Ada beberapa jenis masker yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu masker kertas, masker bedah (biasa digunakan dokter bedah), masker karbon aktif, dan masker pernapasan. Dan saat ini, penggunaan masker kesehatan tidak hanya bisa digunakan untuk bidang kedokteran saja, tapi masker yang dibeli di apotek-apotek ataupun toko kelontong sudah banyak menjadi konsumsi publik untuk kegiatan sehari-hari.
Penggunaan masker tersebut sebenarnya sangat bagus dan berdampak positif bagi kesehatan. Masker kesehatan tersebut tidak hanya dibuat dengan kertas, namun sebagian dibuat dari butiran plastik.
Beruntungnya, masker kesehatan sekali pakai yang sering digunakan sehari-hari oleh kebanyakan orang saat ini berbahan utama kertas tisu. Namun tidak memungkiri adanya sebagian masyarakat yang menggunakan masker yang terbuat dari butiran plastik. Jika penggunaan masker berbahan kertas ini bisa terinovasi lebih dan bisa digunakan beberapa kali, tentu akan sangat menghemat dan memberi solusi.
Masker kertas sekali pakai untuk perlindungan debu satu lapisan, dua lapisan ultrasonic dengan bahan 100% kertas tisu, dan desain pengelasan ultrasonik dengan earloop elastis melingkar di bagian luar, berfungsi untuk perlindungan debu, mencegah bakteri masuk rongga mulut, dan mengeluarkan gas beracun serta mencerna bau.
Masker ini sudah sangat tepat digunakan dalam bidang kesehatan dan perawatan kecantikan. Tapi kurang tepat jika pengunaannya yang sering untuk kegiatan sehari-hari. Manfaat dan pembuatan masker ini memang sangat baik digunakan dalam bidang apa pun. Yang menyayangkan untuk digunakan dalam kegiatan sehari-hari, yaitu hanya bisa sekali pakai.
Barang-barang yang hanya bisa digunakan sekali pakai akan berujung pada penumpukan sampah dan meningkatnya kebutuhan atas bahan pokok untuk produksinya (pohon). Masker sekali pakai ini dibuat dari kertas tisu yang bahan utamanya adalah bubur kertas (paper pulp), namun juga bisa dibuat dari daur ulang kertas bekas.
Untuk memperoleh bubur kertas, maka dibutuhkan bahan utama pembuat kertas, yaitu serat selulosa yang dapat ditemukan di tanaman tebu, bambu, jerami, dan kayu.
Sampai saat ini, pembuatan kertas menggunakan bahan baku kayu karena memiliki serat selulosa yang kandungannya sekitar 44 - 60%. Maka bisa kita bayangkan akan berapa banyak kayu yang ditebang, kemudian berapa lama kita menunggu tumbuhan baru, khususnya yang berbatang kayu, untuk tumbuh dan tua hingga siap ditebang.
Penggunaan masker akan meningkat hanya karena digunakan sehari-hari, seperti berkendara atau penutup wajah dari terik matahari. Penggunaan berlebihan masker justru membuat masalah baru yang menjadi tugas bersama kalangan masyarakat yang peduli akan lingkungan.
Mari hitung penggunaannya jika setiap hari digunakan tanpa jeda. Misalkan satu hari menggunakan minimal satu masker, maka dalam satu tahun untuk satu orang akan membutuhkan 366 pieces (pcs) masker. Kemudian penggunaan masker tersebut merata di kalangan masyarakat Indonesia yang rata-rata penduduknya puluhan ribu. Demi memenuhi hasrat penggunaan masker yang baik bagi kesehatan itu, kita semua akan menumpuk sampah setelahnya.
Masker kertas saat ini sudah banyak digunakan di kalangan mana pun, terutama yang sering terlihat adalah pelajar dan mahasiswa. Mereka menggunakannya untuk melindungi wajahnya dari debu dan terik matahari dengan membeli di apotek per pack atau per pcs.
Harganya memang tidak mahal, dan sangat sesuai dengan kantong. Penggunaannya memang tidak dilarang, tapi terlalu sering bukan menyelamatkan, justru menambah perkara baru.
Membahas penggunaan yang terlalu sering akan menumpuk sampah bukan semata-mata tidak bersolusi. Kita bisa memanfaatkan kain untuk masker dan ini tergolong lebih efisien. Terjangkau, lebih hemat, bisa digunakan berkali-kali, dan lebih mudah cara merawatnya.
Masker dengan bahan kain akan membutuhkan perawatan tersendiri tentunya, seperti penggunaan minimal berapa kali sudah perlu dicuci kemudian bisa digunakan lagi setelahnya. Perawatan masker kain akan jauh lebih efektif daripada menumpuk bekas-bekas masker kertas yang menjadi sampah dan siap dibakar menjadi polusi atau dikubur ke tanah yang menunggu waktu cukup lama untuk penguraiannya.
Kondisi tanah yang menjadi pembuangan sampah kertas tersebut juga tidak menjamin akan subur dan gembur jika berlebihan yang ditampung.
Berdasarkan jurnal repository USU (Universitas Sumatera Utara) yang bersumber pada BPPT 2006, terdapat data sampah kertas yang bisa didaur ulang dan tidak, yaitu sebagai berikut:
No | Jenis Kertas Bekas | Sumber | Produk Recycling |
1 | Kertas komputer dan kertas tulis | Perkantoran, percetakan dan sekolah | Kertas komputer, kertas tulis dan art paper |
2 | Kantong craft | Pabrik, pasar dan pertokoan | Kertas kraft dan art paper |
3 | Karton dan box | Pabrik, pertokoan dan pasar | Karton dan art paper |
4 | Koran, majalah dan buku | Perkantoran, pasar dan rumah tangga | Kertas koran dan art paper |
5 | Kertas bekas campuran | Rumah tangga, perkantoran dan pertokoan | Kertas tisue, kertas tulis kualitas rendah, art paper |
6 | Kertas pembungkus makanan | Pertokoan, perkantoran dan rumah tangga | Tidak dapat didaur ulang |
7 | Kertas tisue | Rumah tangga, perkantoran, rumah makan dan pertokoan | Kertas tisue (jarang yang dapat didaur ulang kembali) |
Dari uraian data di atas, kita dapat melihat bahwa untuk bahan kertas tisu, sebagian jarang yang bisa didaur ulang. Jadi sudah bisa bayangkan bagaimana bekas masker itu menumpuk dan tidak bisa didaur ulang, meski kertas tergolong sampah yang bisa diuraikan lebih cepat daripada plastik. Kertas dapat terurai sekitar dua sampai enam bulan.
Mari mulai untuk menggunakan masker kain demi kelangsungan lingkungan yang seimbang. Bukan berarti tidak diperbolehkan menggunakan masker sekali pakai, tapi meminimalisasi penggunaannya akan lebih bijak.