Sebuah website yang memiliki fokus terhadap migas pernah meletakkan Indonesia dalam daftar 10 negara yang akan kehabisan stok minyak. Sungguh miris memang bila melihat Indonesia pernah berada di jajaran negara-negara pengekspor minyak terbesar di dunia bahkan Indonesia masih berada di anggota OPEC.
Dalam daftar tersebut, website ini menyebutkan bahwa Indonesia akan kehabisan stok minyak dalam waktu 12 tahun, walau tak disebutkan 12 tahun dari mulai kapan. Perubahan Indonesia dari pengekspor menjadi importir menurut mereka adalah karena kebutuhan akan minyak yang meningkat seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Ini adalah keadaan yang memang terjadi. Perekonomian kita memang meningkat, sehingga tak heran ketika harga BBM di Indonesia sempat mengalami naik turun, jumlah kebutuhan penduduk akan BBM tetap naik.
Hal yang sama terjadi juga di berbagai belahan dunia. Korea Selatan contohnya, negara dengan jumlah penduduk lebih dari 51 juta orang ini mengimpor minyak kurang lebih 2,5 juta bph. Padahal mereka juga menjadi pengekspor minyak ke Amerika, tapi ternyata Korea Selatan tetap membutuhkan bantuan impor minyak dari Iran.
Lalu ada juga Jepang yang memiliki pendapatan per kapita U$33.23 dan kebutuhan impor minyak sekitar 3,4 juta bph. Kejadian nuklir di tahun 2011 memberikan tamparan keras di perekonomian Jepang. Perekonomian terutama perdagangan Jepang sangat bergantung pada impor energi migas untuk menggerakkan roda-rodanya.
Bagaimana dengan Indonesia? Dalam setahun, Indonesia membutuhkan sekitar 72 kilo liter BBM. Pertamina sebagai perusahaan energi migas Indonesia hanya bisa mencukup 39 kilo liter BBM. Sisanya? Kita pun terpaksa mengimpor. Beberapa negara yang mengekspor minyak ke Indonesia adalah Arab Saudi, Rusia dan Nigeria.
Sehingga ketika Presiden Jokowi menargetkan Indonesia untuk lepas dari impor minyak di tahun 2023, kita pun dipaksa untuk melihat kenyataan yang ada. Bagaimana mungkin bisa kita lepas dari impor minyak sementara ada dua kondisi nyata yang sedang terjadi, yaitu stok minyak bumi Indonesia yang diperkirakan akan habis dan kebutuhan BBM Indonesia yang terus meningkat padahal produksi minyaknya tidak dapat mencukupi?
Sebuah kabar yang mencerahkan mulai digaungkan Pertamina semenjak Jokowi menetapkan target ini. Indonesia harus bisa berubah. Pertamina mulai mempersiapkan langkah-langkah dengan dukungan pemerintah untuk melepaskan ketergantungan minyak impor. Mulai dari efisiensi, diversifikasi, dan akhirnya peningkatan produksi.
Untuk peningkatan produksi, Pertamina mulai dengan menetapkan Megaproyek enam kilang. Di mana akan ada empat kilang lama yang di-upgrade dan pembukaan kilang baru. Dua kilang baru di Tuban dan Bontang dipercaya akan membantu produksi minyak Pertamina sehingga dapat meningkatkan cadangan BBM.
Empat kilang lama, Cilacap, Dumai, Balikpapan dan Balongan, yang bila selesai di-upgrade, nantinya akan lebih banyak lagi produksinya. Infrastruktur sekitar kilang pun diperbaiki untuk memperlancar distribusi.
Sebuah permulaan yang menjanjikan untuk menyambut masa depan di mana Indonesia tidak perlu lagi mengimpor BBM. Masa depan itu mungkin masih jauh, tapi tak lama lagi. Sebentar lagi akan kita tuai indahnya keberhasilan target ini bersama.