Konstelasi konflik Israel-Palestina menunjukkan dinamika yang fluktuatif. Pasca normalisasi atau perbaikan hubungan diplomatik negara-negara Arab-Israel, Palestina makin dihadapkan pada permasalahan serius. 

Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain yang tergabung dalam negara-negara Teluk dan Liga Arab telah bersepakat damai dengan Israel. Situasi tersebut memicu kemarahan Palestina. Karena perjuangan Palestina selama ini telah "dikhianati". 

Situasi terbaru, Palestina kembali berkecamuk dengan serangan dari Israel. Sebagaimana diberitakan bahwa pesawat Israel menyerang jalur Gaza pada Rabu (16/9/2020). Peristiwa tersebut memicu konflik berkepanjangan bagi kedua negara.

Konflik Israel-Palestina

Gejolak konflik antara Israel dan Palestina adalah pertikaian abadi yang sampai sekarang belum ada solusi terbaik untuk menyelesaikannya. Bahkan, konflik kedua negara tambah memanas belakangan ini. Tidak selesai sampai situ, situasi konflik diperparah dengan tindakan Israel menyalahi kesepakatan dengan menganeksasi Tepi Barat. 

Keputusan Israel untuk memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem juga memicu konflik baru. Sementara, yang terbaru Israel melakukan normalisasi hubungan diplomatik dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain. Kondisi ini membuat Palestina semakin terpojokkan. 

Perjuangan Palestina selama ini dirasa sia-sia. Karena UEA dan Bahrain yang tergabung dalam Liga Arab memutuskan untuk berdamai dan membuka hubungan diplomatik secara resmi dengan Israel. Situasi ini membuat Palestina teralineasi dari anggota Liga Arab dan kawasan.

Prakarsa Damai Arab 2002 yang disebut sebagai salah satu "solusi" bagi konflik Israel-Palestina. Tetapi, dalam persoalan ini, UEA dan Bahrain dinilai mencederai kesepakatan damai tersebut. Sementara Arab Saudi tetap dalam kesepakatan awal, bahwa negara-negara Arab tak akan membuka hubungan diplomatik resmi dengan Israel. Jika Israel tidak mematuhi kesepakatan sebelum Perang Enam Hari 1967. 

Polemik konflik Israel dan Palestina memang sangat kompleks. Dinamika dan transformasi yang terjadi antara kedua belah pihak adalah hal yang bersifat mutlak. Perbedaan ideologi, kepentingan, wilayah atau teritorial, faktor politik, ekonomi, dan stabilitas keamanan menjadi faktor terjadinya konflik berkepanjangan tersebut.

Masa Depan Palestina 

Pasca normalisasi hubungan diplomatik antara UEA, disusul Bahrain dengan Israel. Palestina mengatur strategi baru atas tindakan tersebut. Pihak Hamas dan Fatah juga tengah berdiskusi membahas proses perjuangan kedepan dalam membela Palestina. 

Selama proses normalisasi, pihak Hamas juga bertemu dan berdialog dengan Hizbullah di Lebanon. Hasan Nasrallah, pemimpin Hizbullah akhirnya bertemu dengan Ismael Haniyeh, pemimpin Hamas, di Ain al-Helweh, sebuah kamp pengungsi Palestina terbesar di Lebanon. 

Melalui pertemuan tersebut, keduanya membahas tentang strategi dan upaya yang harus dilakukan dalam perjuangan membela Palestina. Hizbullah menyambut pertemuan dengan Hamas sebagai silaturrahim antar dua kelompok yang memperjuangkan Palestina.

Proses penyelesaian konflik Israel-Palestina akan terus berlanjut. Skenario dan upaya apapun dilakukan untuk mencari solusi terbaik untuk penyelesaian konflik keduanya. Bahkan "The Deal of The Century" atau Kesepakatan Abad Ini, yang ditawarkan oleh AS dianggap sebagai bagian penyelesaian konflik Israel-Palestina. 

Tetapi, sayangnya tawaran proposal tersebut malah menguntungkan Israel daripada Palestina. Oleh karena itu, proposal tersebut hanya sebuah solusi semu. AS dinilai selalu memihak Israel dan mendukung kebijakan-kebijakan Israel, meski hal itu telah mencederai dan melanggar kesepakatan.

Kedepan, perjalanan perjuangan Palestina membela haknya untuk mempertahankan wilayahnya masih panjang dan berliku. Situasi yang tidak menguntungkan bagi Palestina terjadi dalam proses normalisasi negara-negara Teluk, UEA dan Bahrain dengan Israel.

Ditengah situasi tersebut, Palestina harus mencari celah diantara sengkarut politik yang dinamis. Israel pun didukung oleh AS sebagai sekutunya di kawasan. Maka, setiap kebijakan dan keputusan yang dikeluarkan tidak bisa terlepas dari campur tangan AS.

Meski atas dasar tersebut, Liga Arab masih terus memperjuangkan Palestina. Walaupun UEA dan Bahrain telah melakukan normalisasi dengan Israel. Liga Arab yang tak satu suara dalam membela Palestina juga menjadi salah satu persoalan bagi perjuangan negara tersebut.

Terakhir, masih ada kemungkinan terjadi dalam proses politik kawasan yang semakin bertransformasi. Kita tengah menanti apa strategi Palestina selanjutnya. Lalu, bagaimana normalisasi ini berdampak luas bagi masyarakat Timur Tengah? Babak baru konflik Israel-Palestina tengah dimulai.