...menjadi titik awal keberlangsungan manusia modern mengisi dan berkehidupan dalam bumi.
Tiada Henti Mengambil Hikmah Masa Lalu
Sejauh ini, manusia belum pernah berhenti melakukan perjalanan kilas balik sejarah, berupaya menelaah asal-usulnya.
Dalam kepercayaan Abrahamic Religion (Israil, Kristen dan Islam) atau sering disebut agama langit, menjadi acuan mendasar perihal upaya dimaksud dalam kaitan pendekatan sains dan teknologi.
Sudah menjadi kesepakatan ilmuwan sejarah hingga saat ini bahwa, awal mula era peradaban manusia modern, itu sejak nabi Nuh Alaihis Salam berhasil menyelamatkan orang-orang sebagai pengikutnya, beserta beberapa fauna dan flora, ketika bumi mengalami bencana alam global berupa banjir bandang yang menenggelamkan seluruh permukaan bumi.
Bahtera Nuh yang disebut pada ketiga agama tersebut, lalu terdampar di satu bukit bernama Juddi dan menjadi titik awal keberlangsungan manusia modern mengisi dan berkehidupan dalam bumi.
Sebelum masa nabi Nuh Alaihis Salam, adalah nabi Idris Alaihis Salam dan nabi Adam Alaihis Salam, yang jarak antar masa generasinya berkisar 1000 hingga 3000-an tahun.
Pada masa (terutama) nabi Adam Alaihis Salam dan istri beliau, Hawa, saat turun dari langit ke bumi, maka di bumi sudah ada 'manusia' yang kemudian dimanusiakan oleh nabi Adam Alaihis Salam, agar mereka mengacu pada tatanan peri kehidupan sebagaimana manusia langit, dalam konteks mengikuti aturan-aturan yang telah digariskan oleh Sang Pencipta.
Dalam perjalanannya, ribuan tahun kemudian, manusia dan 'manusia' tetap ada. Hingga, sebagian di antara mereka musnah diterjang banjir bandang, pada masa nabi Nuh Alaihis Salam.
...titik temu tentang adanya missing link ada di sini.
Golongan Darah Langka Penaut Rantai yang Hilang?
Menarik menjadi telaahan sekarang, tentang adanya indikasi keturunan 'manusia' adalah mereka yang memiliki golongan darah yang mengandung faktor Rhesus (Rh+), yang jauh lebih banyak di bumi.
Dibanding, keturunan manusia dari langit, yang tiada jejak Rhesus (Rh-) dalam golongan darah mereka, yang berjumlah lebih sedikit dalam bumi.
Mereka, langka.
Golongan darah manusia Rh- itu banyak bertebaran di wilayah-wilayah tempat pada masa-masa turunnya wahyu-wahyu langit, perkembangan awal Abrahamic Religion.
Tentu, ilmu pengetahuan terus berkembang, sampai kelak menemui titik batas kemampuan nalar manusia.
Ilmu pengetahuan mengarah ke fenomena yang demikian, adanya faktor Rhesus dalam golongan darah manusia.
Dalam kitab-kitab Abrahamic Religion, sepakat bahwa nabi Adam Alaihis Salam dan Hawa, istri beliau, mendapat amanah untuk menebar aturan Ilahiah di dalam bumi.
Amanah yang lebih bukan termaknai sebagai hukuman. Karena mereka berdua, manusia-manusia langit, telah mendekati pohon terlarang di alam surga atas bujuk rayu iblis dan setan, yang kedua makhluk laknat terbuat dari bara api ini diijinkan oleh Sang Pencipta untuk menggoda manusia hingga akhir waktu kelak. Berbeda dengan manusia, maka iblis dan setan mulai alam tercipta hingga sekarang gak mati-mati sampai kiamat nanti.
Bukan termaknai sebagai hukuman bagi nabi Adam Alaihis Salam dan Hawa, melainkan sebagai amanah suci agar bumi menjadi tempat tinggal yang nyaman dan layak tinggal bagi makhluk-makhluk hidup di dalamnya, hingga akhir waktu nanti.
Kiranya titik temu tentang adanya missing link ada di sini, dalam konteks jejak Rhesus. Missing link, mata rantai yang hilang, satu istilah yang umum digunakan dalam telaahan tentang proses evolusi manusia.
Sejak itu, 'manusia' dan tentunya manusia keturunan langsung nabi Adam Alaihis Salam mendapat bimbingan agar berperilaku berakhlak.
Mereka, khususnya 'manusia', diberi teladan bagaimana bicara, bagaimana berkomunikasi, bagaimana melukis, bagaimana menulis, bagaimana mengubur jasad, bagaimana bercocok tanam, bagaimana membuat api dan lain sebagainya, dalam cakupan sedapat mungkin mendekati perintah-perintah Sang Pencipta.
Termasuk, bagaimana menghindari bujuk rayu iblis dan setan.
Oleh karenanya dalam kitab suci Quran, terdapat Kalam-Kalam Ilahiah, kapan Dia menyampaikan sebagai Yaa Bani Adama (wahai anak cucu Adam) dan kapan Dia menyampaikan Yaa Ayyuhalladzina Amanu (wahai orang-orang beriman).
Satu pemandangan dinding gua yang ditemukan di daerah Maros Sulawesi Selatan, terdapat karya-karya lukisan jaman purba yang mengindikasikan telah ada jejak 'manusia' sejak puluhan ribu tahun lampau, di daerah tersebut. Foto sumber; bbc.com, Cave paintings change ideas about the origin of art, Oct. 8, 2014.
Kembali pada fenomena temuan lukisan-lukisan pada dinding-dinding gua jaman purba yang teranalisa oleh ilmu pengetahuan telah berusia sedikitnya 40-an ribu tahun, maka para manusia dan 'manusia' yang mengimani ajaran nabi-nabi masa-masa awal kenabian di bumi.
Dalam perjalanan sejarahnya pun, manusia dan 'manusia' sudah berasimilasi, bercampur baur, kawin-mawin. Namun, faktor Rhesus masih menjadi penanda.
Hingga, nabi Nuh Alaihis Salam dan seisi bahteranya yang selamat dari banjir bandang seisi bumi, menjadi awal berkembangnya manusia berperadaban modern hingga saat ini.
Fenomena yang menggurat sejarah manusia, sejak gunung, bukit, lembah dan gua, telah menjadi saksi bisu sebagai tempat-tempat wahyu-wahyu Ilahiah pada era awal Abrahamic Religion turun ke bumi, melalui pembawa pesan-pesan Ilahiah, yakni para nabi dan rasul.
Ilmu pengetahuan dan agama, keduanya memang terbukti saling melengkapi.
Bahan bacaan menginspirasi tulisan;
- https://www.merdeka.com/dunia/temuan-dna-dari-8000-tahun-lalu-di-indonesia-ungkap-sosok-misterius-di-sulawesi.html
- Gosh, Pallab, 2014, Cave paintings change ideas about the origin of art, bbc.com