Pendidikan di Indonesia selama ini hanya melaksanakan bagaimana seorang siswa memiliki pengetahuan yang banyak, tanpa memperhatikan lebih jauh lagi bagaimana pengetahuan yang didapat bisa diterapkan atau tidak dalam kehidupan sehari-hari. 

Ilmu pengetahuan bukan hanya sebagai formatif saja dalam pendidikan, tetapi apa yang didapat dari pengetahuan itu bisa bermanfaat untuk diri sendiri maupun bangsa. Oleh karena itu, diperlukannya pendidikan karakter dalam setiap bidang pembelajaran. 

Salah satu pembelajaran yang bisa dimanfaatkan sebagai pembentukan karakter adalah sastra.  Sastra menjadi pembelajaran berkarakter, karena bukan hanya tentang sebuah karya yang indah saja, juga membentuk sikap dan budaya bangsa.

Sastra sebagai seni bukan hanya sekadar nilai keindahan saja. Sastra sebagai pembelajaran merupakan pengajaran yang meliputi seluruh aspek sastra, seperti teori sastra, sejarah sastra, kritik sastra, hingga apresiasi sastra. Secara sederhana Horace mengatakan bahwa sastra itu dulce et utile, artinya indah dan bermakna.

Sastra  juga memberikan pengajaran dan pengalaman hidup dalam kehidupan sosial budaya suatu bangsa. Dalam kesusastraan, sastra memiliki nilai kehidupan, norma, dan budaya yang dapat membentuk karakter seseorang. Dengan kata lain sastra cerminan keadaan yang perlu diwariskan kepada setiap generasinya.

Pembelajaran sastra memberikan manfaat bagi siswa. Para siswa lebih menghargai keberadaan sastra sebagai budaya bangsa yang dapat membentuk intelektual manusia. Sastra dan budaya memiliki hubungan yang tidak dapat terpisahkan. Setiap budaya di Indonesia pasti memiliki ragam sastra di dalamnya.

Budaya-budaya di Indonesia memiliki cara tersendiri menjadikan manusia sebagai makhluk yang cerdas dan berbudi pekerti yang baik. Oleh sebab itu, mempelajari dan menghargai sastra secara langsung telah membentuk karakter baik pada siswa.

Pembelajaran sastra menjadi salah satu pembelajaran di sekolah, yang terdapat dalam Standar Kompetensi(SI).  Seperti yang sudah diatur dalam kurikulum, bahwa materi sastra di dalam kurikulum dapat dikenali melalui Standar Isi (SI) yang dikembangkan oleh BSNP (Permendiknas No. 22 Th. 2006).

Di dalam SI terdapat Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran Bahasa Indonesia yang merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang digambarkan melalui penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia.

Pembelajaran sastra membawa perubahan karakter pada siswa. Pembentukan karakter melalui sastra terlihat pada pelajaran Bahasa Indonesia, seperti puisi, prosa, dan drama.  Nilai-nilai kehidupan yang disampaikan dari sebuah tema karya sastra memiliki pesan moral untuk disampaikan kepada pembaca.

Contohnya pada kegiatan apresiasi sastra puisi. Siswa diajarkan bagaimana cara menghargai puisi yang dibacanya. Tanpa disadari, pembentukan karakter pada siswa mulai tumbuh dengan menikmati hal indah dalam puisi dan menghargai puisi yang dibacanya.

Sastra dapat menumbuhkan sikap peka terhadap sesama. Seperti yang kita tahu, dalam sastra mempelajari: sejarah, teori, apresiasi, hingga kritik sastra. Belajar sastra memberikan manfaat bagi siswa. Contohnya mempelajari materi apresiasi sastra, siswa belajar apresiasi sebuah novel, puisi, ataupun cerpen.

Mengapresiasi sastra perlu kepekaan yang tinggi dalam memahami dan menilai karya sastra Tujuannya agar pesan yang disampaikan penulis sampai kepada siswa.  Siswa yang memiliki rasa peka yang tinggi, ia akan menemukan maksud dari pesan yang dituangkan penulis dalam sastra.

Pembentukan karakter pada siswa juga dapat dilihat dari nilai-nilai yang dapat diteladani  tokoh-tokoh dalam karya sastra dengan membacanya. Penulis biasanya selalu membuat penokohan yang berbeda-beda, agar pembaca maupun siswa dapat mengambil nilai yang baik dari sifat atau watak tokoh dalam sebuah karya sastra.

Manfaat pembelajaran sastra lainnya adalah meningkatkan kemampuan berbahasa. Mengapa sastra dapat meningkatkan kemampuan dan pengetahuan berbahasa siswa? Karena dalam sastra, bahasa yang digunakan merupakan kata yang indah dan kata-kata asing yang dapat menambah kosakata berbahasa.

Kosakata bahasa yang diperoleh dari bahasa sastra dapat membantu siswa membentuk karakternya untuk menjadi seorang yang  lebih percaya diri dalam berkomunikasi dengan teman, guru, maupun masyarakat. 

Siswa juga dapat menggunakan bahasa Indonesia secara kreatif dengan tetap memperhatikan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Beberapa manfaat pembelajaran sastra tadi dapat membentuk karakter pada siswa. Karakter-karakter yang terbentuk ini nantinya akan menjadikan siswa-siswa Indonesia menjadi generasi bangsa yang memiliki budi pekerti yang luhur, dan menghargai perjuangan bangsa Indonesia. 

Oleh karena itu, pembelajaran sastra bukan hanya sekadar mengenai keindahan saja, tetapi menjadi pembentukan karakter suatu bangsa, hal ini disebabkan karena pembelajaran sastra yang baik.

Pembelajaran sastra dalam pembentukan karakter siswa merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswanya tumbuh dan memiliki kesadaran untuk membaca dan menulis karya sastra.

Kesadaran ini yang akhirnya mampu meningkatkan pemahaman tentang kemanusiaan, menerapkan nilai-nilai kemanusiaan, meningkatkan pengetahuan sosial budaya, serta membentuk watak dan kepribadian yang lebih baik dan bermanfaat untuk bangsa dan negara. 

Mari kita lestarikan sastra untuk kemajuan bangsa Indonesia yang lebih baik lagi.


Tinjauan Pustaka:

Suryaman, Maman. Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Sastra. dalam https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/240 diakses pada 20 Oktober 2021 

Modul 1, Hakikat Sastra,  diakses pada 20 Oktober 2021