Seharusnya aku pergi, bahwa kau benar-benar tak mencintai. Tapi aku tidak seperti itu. Aku akan terus-menerus mencintaimu, sampai benar-benar aku tahu; bahwa Tuhan tidak menggariskan kita untuk bersatu.
Tidak mudah untuk memulai cerita cinta yang baru. Semuanya butuh proses; butuh waktu untuk merangkai cinta-cinta yang selalu menjadi pilihan hidup. Itulah alasan, kenapa aku tidak pergi untuk mencari.
Maaf, jika perasaanku merepotkan dirimu. Aku tidak bisa mencegahnya. Semua perasaan ini datang tanpa rencana, bahkan tidak tahu harus mengenal dirimu. Semuanya mengalir pada takdirku. Dan, semesta yang senantiasa mempertemukan kita untuk berjumpa.
Aku juga tidak memaksa pada hati yang enggan untuk bercinta. Meski, kata-katamu melukai hati ini, memporak-porandakan hati yang sempat aku rangkai; untuk mewujudkan cinta yang senantiasa aku banggakan; menceritakan pada buku, pada teman-teman kampus dan terutama pada Ibuku. Tetap aku akan kokoh dalam mempertahankan.
Memang ini hal bodoh. Mencintai tanpa di cintai. Sebagian orang, mungkin akan pergi begitu saja. Tapi, aku akan tetap menanti meski dirimu pergi ke lain hati.
Setiap aku merindukanmu. Aku selalu menyelipkan namamu di penghujung malam. Namamu menyelinap di dalam kata-kata yang suci. Untuk mengabdi dan meminta; bahwa Tuhan telah menggariskan kita untuk bersatu. Meski, mencintaimu penuh kepahitan yang aku rasakan. Hatiku berkata; bahwa kau yang terbaik untukku kelak.
Bukan sempurna yang aku cari. Bukan juga materi yang aku nanti. Ini perasaan hati; yang tahu ke arah mana ia berpatri.
Untukmu yang di sana. Aku di sini selalu merindukanmu. Di dalam putaran waktu yang tidak menetap; aku berharap agar kita kelak bisa saling menatap, untuk menyembuhkan rindu yang selalu menggebu-gebu.
Dan, aku selalu berharap pada malam-malam yang sunyi. Semoga kamu di sana sama-sama merindukan aku. Meski, perasaan ini belum aku ungkapkan. Melalui senyuman yang selalu kamu pancarkan; itu adalah pertanda bahwa kau tengah sedang merindukan aku untuk datang.
Untuk mengukir cerita cinta yang selalu menggema. Tualang bersama. Menua berdua. Bertukar perasaan saling cinta dan rindu. Aku harap itu terjadi.
Terjadi di dalam kenyataan sesuai ekspektasi yang menjadi khayalanku saat ini.
Jika suatu saat. Kamu memilih untuk mengarungi lautan asmara bersama orang yang kamu cintai. Tidak apa-apa. Aku akan menerima dengan lapang dada. Mungkin, itu yang terbaik untuk kita; untuk tidak saling merindu. Dan mungkin, itu juga hal yang terbaik untuk kita. Tuhan memang maha baik. Selalu mengetahui mana yang terbaik untuk hambaNya.
Aku juga tidak akan menyesali; bahwa aku telah mengenal dirimu berkali-kali. Itu suatu kebahagiaan sekaligus menjadi sebuah kenangan yang begitu mengesankan. Mencintaimu adalah hal yang teristimewa bagiku. Bagi hidupku dan cerita kenangan yang telah usai.
Malamku penuh dengan kenangan yang selalu aku bayangkan, dari setiap malam datang.
Sekali lagi aku katakan. Semoga kehadiranku tidak merepotkan dirimu.
Kamu fokus saja dengan kegiatanmu sehari-hari. Jangan pernah merasa terganggu. Aku harapkan juga kamu tidak membenci perasaan ini. Perasaan yang selalu aku tuliskan di dalam buku. bahkan, di sosial media juga sempat aku abadikan.
Aku hanya ingin. Mencintaimu adalah sesuatu yang paling mengesankan dalam hidup. Kamu mampu merengkuh jiwa yang sedih. Mencintaimu dalam bayangan; aku merasakan kau memeluk erat-erat jiwa ini. Selalu menjadi momen yang paling aku tunggu ( ketika mengingat ).
Sudahlah. Jangan terlalu sibuk dengan mencari cara; supaya aku jauh di depan mata. Aku sadar, ketika kamu tak benar-benar mencintai dan Tuhan telah menetapkan garis kita untuk tidak bersatu. Aku akan pergi membawa pergi cinta ini. Membawa kemanapun kaki ini melangkah. Sebagai menguat. Sebelum aku menemukan cinta yang baru ( kalau bisa ).
Menangis itu pasti. Tapi aku tidak akan pernah menceritakan kepada siapapun. Biarkan kenangan cintamu menjadi cambuk diriku. Untuk tidak mencintai seseorang orang yang salah. Aku akan belajar dari pengalaman ini. Tentang mengalah. Mengalah dari perasaan cinta yang tidak mungkin aku dapatkan.
Jika aku datang hanya sebagai pemberi kebahagiaan. Untuk apa aku mencintaimu. Aku ingin dirimu menangisi aku. Karena kamu rindu ingin bertemu. Dari sinilah kita akan menemukan; bahwa cinta itu saling melengkapi.
Tidak bertepuk sebelah tangan seperti ini.
Pada malam yang selalu aku rindukan. Rindu mengingat kenangan yang tidak pernah aku lupakan. Meski, cintaku bertepuk sebelah tangan. Senantiasa aku akan menerima kenyataan; bahwa tak selamanya yang di cintai itu harus di miliki.