Urgensitas Karakter:

Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting di dunia. Orang-orang perlu belajar dengan giat dan mempelajari segala sesuatu dalam dunia pendidikan agar dapat membangun negaranya menjadi negara yang maju.

Pada masa sekarang, memang tidak dapat dipungkiri jika gelar pendidikan yang kita punya akan menentukan segala jenis pekerjaan kita.

Akan tetapi, gelar akademik saja tidak akan cukup, perlu juga membangun karakter yang baik. Dengan karakter pribadi yang baik, maka gelar akademik yang sudah kita miliki menjadi daya tawar tersendiri bagi banyak orang. Sementara itu, proses pendidikan sendiri masih banyak mengejar aspek kognitifnya daripada aspek psikomotoriknya.

Masih banyak pendidik atau guru yang mengajar di sekolah hanya menjadikan kegiatan belajar mengajar menjadi suatu formalitas pekerjaan saja. Proses belajar mengajar ini lebih terlihat pada sisi formalitas belaka tanpa melihat karakter masing-masing anak.

Menemukan guru-guru yang mengajarkan bagaimana menjadi seorang yang baik, etika-etika serta mendidik karakter anak masih sangat jarang ditemukan. Bagi banyak orang, guru merupakan sebuah pekerjaan tanpa dibarengi tanggung jawab mendidik karakter anak.

Krisis Karakter Saat Ini:

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme adalah masalah yang sedang melanda negara yang kita cintai. Masalah ini bukan rahasia lagi, karena hampir setiap hari kita membaca, mendengar dan menyaksikan hal tersebut baik melalui surat kabar, internet maupun televisi. 

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme mungkin sudah lama mengjangkit negara ini, namun keberanian penegak hukum untuk mengungkap secara transparan kepada publik masih belum optimal dilaksanakan karena berbagai alasan.

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang dilakukan oleh oknum pejabat di negeri ini, mulai dari kalangan masyarakat, pegawai negeri / swasta, anggota DPR, menteri, gubernur, bupati maupun pengusaha, ini memerlukan penanganan yang serius dari pemerintah agar masa depan bangsa dapat diselamatkan dari kehancuran yang tidak kita inginkan. 

Perilaku yang dilakukan oleh oknum tersebut menunjukan mereka memiliki tabiat atau watak ( karakter ) yang tidak baik. Oknum yang telah melakukan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ada yang telah dijadikan tersangka oleh penegak hukum ini patut diberikan apresiasi, karena pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme sejalan dengan program pemerintahan Presiden Joko Widodo tentang gerakan revolusi mental.

 

Pemikiran Remaja:

Di dalam buku tentang Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences), Daniel Goleman menjelaskan kepada kita bahwa kecerdasan emosional dan sosial sangat diperlukan dalam menjalani kehidupan.

Kebutuhan menggunakan kecerdasan emosional dan sosial mencapai 80%.Berbeda dengan kecerdasan intelektual. Di Sekolah, kecerdasan intelektual menjadi hal yang sangat utama dibandingkan dengan kecerdasan emosional dan sosial.

Sementara itu, kecerdasan intelektual dalam kehidupan hanya mencapai 20% saja. Sangat jauh daripada kecerdasan emosional dan sosial.

Dari sinilah pendidikan karakter sangat diperlukan agar peradaban bangsa menjadi lebih baik dan beradab. Jangan sampai bangsa kita diisi oleh orang-orang tanpa adab dan biadab.

Ada banyak pilar-pilar karakter yang harus ditanamkan pada peserta didik, terutama anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Salah satu pilar karakter yang harus ditanamkan pada anak adalah kejujuran.

Kejujuran perlu dilatih dan diajarkan sejak dini, bukan hanya pada anak, tetapi juga bagi kita semua. Kejujuran merupakan benteng atau fondasi diri kita dari semuanya.

Selain kejujuran, masih ada pilar karakter lain yang harus diajarkan kepada murid-murid, yakni perilaku keadilan. Dewasa ini, perilaku keadilan semakin dipertanyakan. Ada berbagai macam kasus di negeri ini yang tidak berpihak pada keadilan. sering kali kasus yang ada selalu berat sebelah dalam penyikapan.

Selain keadilan, masih ada pilar-pilar karakter lain yang harus diajarkan pada anak. Karakter tersebut merupakan rasa hormat. Dengan adanya rasa hormat, anak-anak dan juga kita akan lebih menghormati dan menghargai orang lain. 

Bukan hanya sifat egois yang dikedepankan. Sebagai contoh, anak-anak akan menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, bukan malah menindasnya.

Pilar Karakter Dalam Dunia Pendidikan:

Dengan adanya pilar-pilar karakter tersebut, anak-anak akan saling menghargai setiap ide dan juga tepat dalam mengambil keputusan.

Marjanis sendiri pernah menyampaikan 18 nilai pendidikan karakter, diantaranya religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.

Manfaat dari karakter itu sendiri apabila di tanamkan sejak dini maka dapat membentuk dan memperkuat kepribadian diri sendiri, juga membantu meningkatkan dan melatih peserta pendidikan karakter secara mental dan moral, mencegah kegilaan orang-orang yang berakhlak dan berakhlak buruk.

Memperbaiki keadaan pikiran dan moral individu dapat menciptakan suasana yang kondusif dan mencegah perpecahan.

Pendidikan karakter jika diterapkan lebih dalam akan membuat anak-anak menjadi pribadi yang lebih baik. Pribadi yang baik ini tentunya juga harus mendapat dukungan, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Hal ini karena pendidikan bukan hanya tanggung jawab guru saja, tetapi tanggung jawab kita bersama untuk mendidik generasi yang lebih baik.