Selain galauin si Dia, kupu-kupu dan kura-kura juga bisa jadi penyebab mahasiswa sering galau, lho!

Belum lama penerimaan mahasiswa baru, pasti teman-teman maba sudah disuguhkan dengan tawaran berbagai organisasi atau kegiatan, seperti BEM, UKM, HIMA, dan lain sebagainya. Biasanya sih dari kakak tingkat sendiri yang akan memberikan pengenalan atau sebuah pertunjukkan guna memikat hati para maba agar mau bergabung dengan UKM dan organisasi tertentu.

Teman-teman sendiri sudah mengikuti kegiatan apa saja, nih di kampus?

Atau teman-teman lebih memilih jadi mahasiswa kupu-kupu?

Eitts! Jangan salah paham dulu ya, teman-teman. Kupu-kupu di sini bukan dalam artian sebenarnya, kok! Alias bukan hewan ya, hehehe. Kupu-kupu adalah singkatan dari kuliah pulang-kuliah pulang, sementara kura-kura adalah singkatan dari kuliah rapat-kuliah rapat atau sebutan bagi mahasiswa yang aktif di kegiatan kampus.

Kenapa kok kupu-kupu dan kura-kura dijadikan bahan pergalauan oleh mahasiswa, terutama mahasiswa baru? Padahal kelihatannya sepele dan tidak terlalu penting, ya?

Anggapan seperti itu sebenarnya kurang tepat ya, teman-teman. Pasalnya di balik pilihan menjadi mahasiswa kupu-kupu atau kura-kura ini pasti ada plus dan minusnya. Ada hal penting dan bermanfaat yang bisa teman-teman dapatkan, sekaligus risiko yang perlu dihadapi nantinya dari apa yang teman-teman pilih.

Sebelum ini, mungkin ada beberapa mahasiswa yang sudah memiliki rencana jika sudah diterima di kampus nanti akan melakukan apa dan kegiatan apa saja yang ingin diikuti. Namun, tak sedikit juga yang masih bingung dan bahkan enggan untuk aktif dan mengikuti kegiatan kemahasiswaan. Entah itu organisasi, perlombaan, atau yang lainnya.

Lantas, apa yang menjadi penyebab mahasiswa-mahasiswa ini kurang meminati bermacam kegiatan di kampus?

Ada banyak faktor sebetulnya. Apa saja?

Yang pertama, malas. Faktor yang sebetulnya kurang cocok dijadikan alasan mahasiswa kurang meminati kegiatan di dunia perkuliahan. Banyak mahasiswa yang merasa kalau kuliah atau kegiatan akademik saja sudah melelahkan, apalagi kalau ditambah dengan organisasi dan tetek bengeknya.

Iya, sih tidak semua mahasiswa seperti itu. Tapi kan tidak sedikit juga yang demikian. Mereka lebih memilih pulang setelah perkuliahan selesai. Entah itu pulang ke rumah atau ke kos bagi mahasiswa yang merantau. Mahasiswa yang seperti ini biasanya cenderung malas untuk berlama-lama di kampus.

Tentunya ini sangat bertolak belakang dengan mahasiswa yang suka mengikuti organisasi, mereka menganggap kampus layaknya rumah kedua.

Faktor yang selanjutnya, karena sulit membagi waktu. Sebagian mahasiswa baru merasa kesulitan untuk memanajemen waktu antara perkuliahan dengan kegiatan non akademik. Banyak yang takut jika mengikuti kegiatan organisasi di kampus akan mengganggu waktu belajar, keteteran dalam mengerjakan tugas, dan sebagainya.

Kesulitan dalam membagi waktu ini bisa juga diakibatkan karena terlalu lamanya sekolah daring semasa SMA, yang ketika itu semua kegiatan baik organisasi dan lain serba dilakukan secara online. Hal seperti ini cenderung membuat kita merasa lebih santai dan kurang memperhatikan ketepatan waktu. Kasarnya, sih kurang disiplin.

Maka dari itu, setelah semuanya kembali normal, kegiatan kembali dilakukan secara offline, banyak yang kurang terbiasa. Dan akhirnya, perlu melakukan adaptasi alias penyesuaian. Tidak sedikit mahasiswa yang beranggapan kalau tugas-tugas kuliah yang lumayan banyak ini juga sudah cukup membuat mereka sibuk.

Kegiatan kampus yang sering dilaksanakan saat weekend, juga menjadi salah satu penyebab tak sedikit mahasiswa enggan untuk mengikuti kegiatan organisasi. Mereka lebih suka memanfaatkan weekend dengan bersantai, mungkin dengan menonton film atau jalan-jalan. Istirahat sejenak setelah satu minggu yang hectic. Ada juga yang menggunakan Sabtu dan Minggunya untuk mencicil tugas-tugas yang belum sempat terselesaikan.

Nah, di balik alasan-alasan mahasiswa tidak ingin mengikuti bermacam kegiatan di kampus, sebetulnya banyak manfaat dan ilmu yang bisa teman-teman peroleh apabila bergabung dalam organisasi.

Manfaat yang pertama, yaitu pengalaman. Di dunia perkuliahan inilah saatnya teman-teman mencari dan explore pengalaman sebanyak mungkin. Beranikan diri untuk mencoba hal-hal yang baru dan menantang. Ini juga sekaligus akan melatih soft skill teman-teman nantinya. Mulai dari public speaking sampai bagaimana kita membangun personal branding.

Mendapat relasi juga salah satu manfaat apabila teman-teman mengikuti organisasi maupun kegiatan di kampus. Pasti teman-teman juga sudah tahu seberapa penting relasi itu. Carilah relasi sebanyak mungkin. Dengan mengikuti berbagai kegiatan di kampus, teman-teman bisa  menjalin relasi dengan mahasiswa dari bermacam fakultas, bahkan juga dengan kakak tingkat.

Sadar atau tidak, dengan teman-teman memiliki banyak relasi sebenarnya itu sangat membantu apabila kita sedang membutuhkan bantuan. Apapun itu. Misalnya saja saat teman-teman akan menyelenggarakan sebuah acara atau kegiatan, tetapi teman-teman mengalami kesulitan terkait pendanaan, dengan memiliki relasi teman-teman bisa bekerja sama mungkin dengan cara promosi dan sebagainya.

Ternyata mengikuti kegiatan non akademik di dunia perkuliahan itu banyak manfaatnya ya, teman-teman. Selain ilmu, relasi pertemanan juga bisa kita dapatkan. Teman-teman si mahasiswa kura-kura pasti merasa relate dengan hal ini.

Namun, perlu digarisbawahi kalau mahasiswa yang kuliah pulang-kuliah pulang itu bukan berarti mahasiswa yang malas dan tak bisa mendapat bermacam manfaat yang diperoleh saat kita mengikuti organisasi di kampus.

Mahasiswa yang kupu-kupu bisa jadi mereka sedang mengikuti organisasi di luar kampus, magang dan berwirausaha, mengikuti pelatihan, atau bahkan sedang meng-handle acara besar. Jadi, kita tidak boleh langsung menjustifikasi hal-hal buruk pada mahasiswa yang hanya kuliah pulang-kuliah pulang dan nampak tidak aktif di kampus.

Karena si mahasiswa yang kura-kura alias kuliah rapat-kuliah rapat pun pasti memiliki sisi yang kurang baik. Tak sedikit mahasiswa yang gila-gilaan mengikuti bermacam organisasi hingga kesulitan untuk membagi waktu dengan kegiatan perkuliahan yang sebetulnya lebih penting. Tak sempat mengerjakan tugas, berujung pengumpulannya melebihi tenggat waktu yang sudah ditentukan.

Dari sini bisa kita ambil kesimpulan, baik mahasiswa yang kupu-kupu maupun kura-kura pasti memiliki sisi positif dan negatif. Tergantung bagaimana kita menyikapinya. Sebaiknya teman-teman ikuti kegiatan yang sesuai dengan kemampuan. Jangan memaksakan diri. Karena yang terpenting dari apa yang kita lakukan adalah kualitas, bukan kuantitasnya.

Just step by step.

Keep it up!