Menjadi mahasiswa bukanlah hanya sebatas status sosial ataupun akademik, melainkan jugae terdapat sebuah tanggung jawab yang harus dijalani bagi insan tersebut. 

Secara garis besar penulis mengerucutkan Tanggung Jawab mahasiswa menjadi dua; Pertama, Tanggung Jawab Akademik. Kedua, Tanggung Jawab Sosial (no. 2 kita bahas lain hari ya).

Tanggung Jawab akademik merupakan tanggung jawab yang melekat pada seorang mahasiswa sebagai pelajar di suatu lembaga perguruan tinggi atau kampus. Tanggung jawab tersebut bisa berupa tugas-tugas, kehadiran pembelajaran dikelas dan keaktifan selama menjadi mahasiswa yang itu menyangkut kegiatan di kampus.

Hal itu dilakukan sebagai proses penggodokan dalam rangka melahirkan insan terdidik, insan intelektual yang siap meneruskan cita-cita Bangsa Indonesia.

Karena tidak bisa dipungkiri peran mahasiswa pada bangsa ini sangatlah besar sedari dulu hingga hari ini, Kampus mempunyai peran krusial terhadap perubahan kehidupan sosial yang ada.

Hanya saja belakangan ini seperti terdapat pergeseran pada dunia kampus dengan insan akademiknya. 

Masyarakat berbondong-bondong mati-matian memasukkan anaknya ke kampus-kampus ternama hanya untuk mendapat selembaran nilai yang disebut ijazah, dengan harapan setelah selesai kuliah anaknya bisa mendapat pekerjaan yang layak dan bergaji besar sebagai pengganti pengeluaran semasa perkuliahan.

Bagi penulis, Jelas di sini terdapat kekeliruan yang mengkhawatirkan.

Kampus yang seharusnya dijadikan sebagai tempat Pembelajaran dan Pengembangan yang nantinya akan melahirkan insan terdidik, berubah menjadi hal nya Industri yang menghasilkan komoditas yang bisa ditukar dan menghasilkan kekayaan dikemudian hari. 

Fenomena ini tentunya akan sangat mempengaruhi dunia akademik, Tri Dharma Perguruan Tinggi berakhir menjadi jargon kosong.

Intermezo

Penulis ambil beberapa fenomena sebagai sample untuk bahan diskusi kita kali ini.

 Pertama, penulis sering kali melihat banyak mahasiswa yang masuk kelas hanya karena takut nilainya kecil.

Kedua, tidak sedikit penulis melihat proses pembelajaran dikelas berjalan Formalitas, baik itu dari dosen sekalipun mahasiswa sendiri.

Dari fenomena di atas, penulis rasa dunia pendidikan sedang berada di dalam jurang kemerosotan yang tentunya akan berimplikasi serius kepada sendi-sendi kehidupan lainnya.

Berikut penulis paparkan beberapa gejala yang menjadi indikasi dari fenomena di atas.

1. Masuk kelas untuk absensi

Dari beberapa mahasiswa yang penulis temui rata-rata dari mereka memasuki perkuliahan hanya karena takut absensinya kosong, sehingga tak sedikit teman sekelasnya menjadi ‘penyedia jasa’. Karena nantinya absensi tersebut akan menjadi salah satu indikator penilaian pada raport atau ijazah.

Bagaimana bisa seorang insan akademik lebih takut pada nilai yang kecil daripada menjadi bodoh?

2. Proses pembelajaran kelas yang berjalan formalitas. 

Dari beberapa obrolan dan pengalaman pribadi penulis, sangat sering penulis memperhatikan proses pembelajaran di dalam kelas yang berjalan seolah-olah formalitas. 

Semisal, kita lihat presentasi di dalam kelas. Pertama, presentasi yang dilakukan benarlah seperti lelucon tanpa ada keseriusan. Kedua, makalah yang digunakan hasil dari copas (copy paste). Ketiga, Penyampaian materi yang berlangsung asal-asalan (yang penting presentasi selesai). Keempat, kualitas dialektika dalam sesi diskusinya rendah dan tidak sedikit juga penanya sendiri bertanya tanpa dasar (sebagian dari mereka bertanya secara terpaksa karena tidak ada yang mau bertanya).

Bagaimana bisa seorang insan akademik akan mempunyai nalar yang kritis dan berpengetahuan yang luas apabila proses pembelajarannya saja sebercanda itu?

**

Hal-hal di atas terjadi dan menjadi sebuah kebiasaan pada mahasiswa hari ini. Penulis juga yakin, hal-hal tersebut pasti diwajarkan di hari ini. 

karena hal-hal yang dilakukan berulang kali secara terus-menerus, tanpa disadari akan merangsang alam bawah sadar manusia serta berubah menjadi sesuatu hal yang wajar.

Fenomena-fenomena di atas terjadi tentu tidak dengan sendirinya, penulis menemukan beberapa faktor yang mempengaruhi.

1. Niat Belajar yang tidak kuat

Tidak kuatnya niat belajar tentu akan sangat mempengaruhi pada konsistensi belajar, seseorang ter, seseorang tersebut akan dengan sangat mudah terbawa arus yang ada pada lingkungannya. 

Jika niat seseorang kuat, maka penulis rasa seberapa keruh lingkungan sekitarnya kesadaran seseorang tersebut tidak akan goyah.

2. Orientasi Belajar

Jika seseorang tidak mempunyai orientasi belajar yang jelas, seseorang tersebut akan menyepelekan setiap pembelajaran yang ada.

3. Lingkungan 

Faktor terakhir tentunya lingkungan, sedikit besarnya lingkungan mempunyai pengaruh terhadap konstruk berpikir seseorang yang tentunya akan berpengaruh pula dalam menentukan sikap.

REFLEKSI

Menurut penulis 3 faktor di atas mempunyai pengaruh terhadap fenomena yang terjadi pada kehidupan akademik hari ini, yang tentunya tidak boleh kita biarkan begitu saja.

Terakhir penulis tanyakan, apakah mungkin esensi Tri Dharma Perguruan tinggi hari ini bisa didapat dari serangkaian budaya yang seperti itu? 

Apakah mungkin kampus masih bisa melahirkan insan-insan yang akademis? 

Tentu jawabannya Tidak!

Tidak boleh lagi ada insan akademik yang lebih takut dengan nilai yang kecil ketimbang dengan nalar kritis yang tumpul!

Tidak boleh lagi ada insan akademik yang menjalani proses pembelajaran secara formalitas dengan hanya ber-orientasi pada selembaran nilai ijazah saja!

Fenomena-fenomena di atas bagi penulis merupakan suatu pengkhianatan terhadap proses pembentukan jati diri dan pengkhianatan terhadap proses merupakan sesuatu yang tidak bisa ditoleri. 

Bagaimana bisa insan akademik memiliki jiwa akademisi apabila prosesnya saja dikhianati?

Dari sini penulis mengajak kepada seluruh insan akademik untuk sama-sama berjanji kepada diri sendiri agar tidak meninggalkan tanggung jawab akademik, dan berjanji untuk tidak mengkhianati proses pada diri sendiri!

Terakhir penulis mengajak, mari sama-sama kita tata kembali niat belajar kita.

Mari sama-sama kita luruskan kembali niat belajar kita.

Mari sama-sama kita perkuat kembali niat belajar kita.

Semoga Bermanfaat. Salam Takdzim.