"Merantau karena ilmu menderita demi cita-cita, Maka jangan jadikan luka cinta sebagai alasan untuk lari dari impian."
Di tengah-tengah suasana pagi yang masih sepi, seorang pemuda berusia 22 tahun bernama Raka menggenggam koper berwarna hitam dan memasukkannya ke dalam kabin pesawat yang membawanya ke Surabaya untuk mulai perkuliahan di malang. Dia berasal dari sebuah pulau kecil di Indonesia bagian timur, dan kini memulai perjalanan ke kota besar untuk menuntut ilmu di salah satu universitas terbaik di Indonesia.
Raka telah menyiapkan segala sesuatu dengan matang, mulai dari pendaftaran universitas hingga akomodasi di Malang. Meski jauh dari keluarga dan teman-temannya, dia yakin akan mampu melewati semua tantangan yang akan dihadapinya sebagai seorang anak rantau, karena dia memegang prinsip dalam hidupnya bahwa merantau karena ilmu, menderita demi cita-cita.
Setelah tiba di Malang, Raka mencari tempat tinggal sementara sebelum menemukan kos-kosan yang cocok untuknya. Dia mencari informasi tentang universitas dan mengunjungi kampus untuk mendaftar sebagai mahasiswa baru Pascasarjana. Raka berjuang keras untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan, dan akhirnya berhasil diterima di jurusan yang dia inginkan.
Hari-hari awal Raka di Malang tidaklah mudah. Dia harus menyesuaikan diri dengan kehidupan di kota besar yang sangat berbeda dengan tempat asalnya. Dia harus beradaptasi dengan lingkungan yang asing, mencari teman baru, dan belajar untuk mandiri. Tapi Raka tidak menyerah. Dia terus berjuang untuk meraih cita-citanya, meski kadang merasa kesepian dan rindu dengan keluarganya.
Setelah beberapa bulan berlalu, Raka mulai merasa lebih nyaman dengan kehidupannya di Malang. Dia mulai memiliki teman baru dan mulai mengenal budaya kota yang beragam. Dia selalu mengerjakan tugasnya di café yang memberikan kenyamanan dan kedamaiaan kepadanya. Raka juga adalah seorang pengembala ilmu, yang senang belajar dan selalu memperdalam pengetahuannya di bidang yang dia minati..
Oleh karena kecerdasan yang dia miliki, Sehingga membuatnya banyak dikagumi oleh kaum wanita, karena memang keindahan seorang lelaki itu terletak pada akalnya. Seperti cerita dia bawah ini!
"Ada seorang lelaki yang bernama Lionel, dia adalah sosok lelaki yang cerdas dan pandai. Namun sayangnya Lionel Memiliki kulit hitam gelap dan wajah yang jelek pula. Suatu kali ketika ada seorang wanita yang bernama Josephine. Dia adalah sosok wanita yang sangat cantik namun memiliki kecerdasann dibwah rata-rata. Josephine datang menemui Lionel dan berkata kepadanya “aku ingin menikah denganmu.” Kenapa? Tanya Lionel. “agar kelak anak kita nanti sepandai kamu dan secantik aku!” jawab Josephine. Namun Lionel berkata “oh ttidak! Aku malah takut.”Takut kenapa? Lanjut Josephine “aku malah takut! Nanti anak kita itu, sejelek aku dan sebodoh kamu.” Jawab Lionel. Dari cerita ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Josephine tertarik pada Lionel karena kecerdasannya bukan fisiknya, itulah keindahan seorang lelaki yang sesungguhnya.."
Lalu apa kabar dengan lelaki yang menghabiskan waktunya dengan Cuma-Cuma (tidak belajar) dimana keindahan kalian?
Lanjut cerita!
Namun, di antara banyaknya wanita yang pernah mengagumi Raka, ada satu wanita yang sangat istimewa baginya. Namanya Husna, seorang mahasiswi yang selalu ceria dan memiliki semangat belajar yang tinggi. Husna dan Raka sering bertemu di kelas dan tempat-tempat lain di kampus, dan perlahan-lahan mereka mulai saling mengenal dan membangun hubungan yang lebih dekat.
Namun, suatu hari, Husna memberitahu Raka bahwa dia harus pergi ke luar kota selama beberapa bulan untuk mengikuti program magang. Raka merasa sangat sedih mendengar kabar itu, karena dia akan sangat merindukan Husna.
Meskipun Raka merasa kesepian dan sedih, dia tetap fokus pada studinya dan terus belajar dengan giat. Dia bahkan mengikuti beberapa seminar untuk memperdalam pengetahuannya. Namun, semakin hari, Raka merasa semakin sulit untuk melupakan Husna, dan dia merindukan kebersamaan mereka.
Setelah beberapa bulan berlalu, Husna akhirnya kembali ke kampus. Namun, ketika Raka menemui Husna, dia merasa ada yang berbeda pada diri Husna. Dia terlihat lebih dingin dan jauh, untuk menghindari Raka.
Raka merasa sangat bingung dan tidak mengerti apa yang terjadi. Dia mencoba untuk meminta penjelasan dari Husna, namun Husna tidak memberikan jawaban yang jelas. Raka merasa sangat sakit hati, karena dia tidak tahu apa yang salah, dan dia merasa seperti kehilangan satu-satunya orang yang benar-benar peduli padanya.
Namun, meskipun hatinya terluka, Raka tidak menyerah. Dia terus belajar dan berkembang dalam bidang ilmu yang dia cintai, dan dia mengambil kegagalan dan luka cintanya sebagai pembelajaran dan tantangan yang harus dia hadapi. Raka tahu bahwa ilmu yang dia pelajari tidak akan pernah meninggalkannya, dan dia yakin bahwa suatu hari nanti, dia akan menemukan seseorang yang akan memahami dan mendukungnya sepenuhnya.
Dan pada akhirnya, Raka benar. Dia bertemu dengan seorang wanita yang sama-sama mencintai ilmu seperti dia, dan mereka saling mendukung dan tumbuh bersama dalam cinta dan ilmu pengetahuan. Raka belajar bahwa kegagalan dan luka cinta adalah bagian dari hidup, dan dia tidak perlu terus menerus membawa beban masa lalu yang membuatnya sedih. Kini, Raka bahagia karena dia telah menemukan cinta yang sejati, dan dia tahu bahwa ilmu pengetahuan selalu menjadi sahabat setia yang akan selalu menemani dirinya dalam perjalanan hidupnya.