"..Love leadership tidak hanya tentang melakukan hal yang benar, melainkan tentang melakukan hal yang benar dengan alasan yang tepat.."
Hallo Kawan! Beberapa minggu ini perhatian saya teralihkan pada kemajuan teknologi yang kian cepat, tentu kemajuan ini menyenangkan tapi rasa-rasanya kecepatan ini sedikit mengganggu kondisi kebatinan saya.
Persoalan kemajuan dan kecepatan teknologi membawa saya berefleksi kembali dengan tema yang sering kali diceritakan oleh Harari dalam setiap karyanya, terutama “21 Lessons for 21st Century”, yang berkisah tentang “Tantangan Teknologi” pada bab pertama dari buku ini. kekhawatiran ini berkaitan dengan tema tantangan teknologi dan irrelevancy umat manusia.
Tantangan Teknologi & Irrelevancy Umat Manusia
Pada era digital dan teknologi yang semakin berkembang, manusia dihadapkan pada berbagai tantangan dan bahaya yang dapat membahayakan eksistensi manusia itu sendiri. Tantangan teknologi yang paling jelas adalah ancaman bagi pekerjaan manusia.
Menurut sebuah laporan jurnalistik yang diterbitkan oleh BBC News, diperkirakan bahwa sekitar 800 juta pekerjaan akan digantikan oleh kecerdasan buatan pada tahun 2030. Jika hal ini terjadi, maka akan terjadi krisis kerja besar-besaran di seluruh dunia dan akan memperburuk ketidaksetaraan sosial.
Selain itu, teknologi juga dapat mempercepat perubahan sosial dan membawa risiko besar bagi keamanan digital. Bassem Raba’a dan Adel A. Ghazzawi menulis artikel di Journal of Business Ethics yang menjelaskan bahwa teknologi dapat memperburuk ketidaksetaraan sosial dan mengancam hak asasi manusia.
Selain itu, teknologi juga dapat memicu perubahan sosial yang sangat cepat, seperti disintegrasi keluarga dan ketergantungan pada teknologi, yang dapat mengancam kesehatan mental dan fisik manusia.
Yuval Noah Harari sendiri kurang lebih menjelaskan tantangan ini ke dalam beberapa tema krusial dalam kitabnya yang berjudul "21 Lessons for the 21st Century", dia membahas beberapa tantangan teknologi dan dampaknya yang mengancam dan menciptakan keadaan irrelevancy bagi umat manusia dalam era modern yang canggih, cepat, terhubung dan terus berubah.
Pertama, Perubahan Teknologi yang Cepat. Perubahan teknologi yang sangat cepat mengubah seluruh aspek kehidupan manusia. Teknologi membuat pekerjaan manusia menjadi lebih efisien, tetapi juga mengancam lapangan kerja manusia dengan adopsi teknologi baru yang lebih canggih.
Teknologi juga mengubah perilaku manusia dan budaya, sehingga dapat menghasilkan perbedaan pandangan antargenerasi dan menyebabkan ketidakseimbangan dalam masyarakat.
Kedua, Krisis Kemanusiaan. Saat ini, dunia dihadapkan dengan banyak krisis kemanusiaan, termasuk masalah lingkungan, krisis pengungsi, konflik antarnegara seperti perang Rusia-Ukraina, dan terorisme. Teknologi dapat membantu mengatasi beberapa masalah ini, tetapi juga dapat menjadi penyebabnya, seperti perubahan iklim yang disebabkan oleh industrialisasi dan perang yang semakin canggih dengan akses teknologi yang semakin gila.
Ketiga, Isolasi Sosial. Teknologi yang semakin canggih telah menciptakan bentuk-bentuk baru isolasi sosial, termasuk isolasi individu dalam lingkungan sosial dan masyarakat. Teknologi telah mengubah cara manusia berkomunikasi dan berinteraksi, terutama dengan kemunculan media sosial.
Ini menyebabkan isolasi sosial yang memengaruhi kesehatan mental dan fisik, serta mengganggu kemampuan manusia untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang sehat.
Keempat, Disrupsi Teknologi. Teknologi dapat memicu disrupsi di berbagai bidang, termasuk politik, ekonomi, dan masyarakat. Teknologi dapat memperkuat pemerintahan yang otoriter dan mempengaruhi proses pemilihan umum. Teknologi juga dapat mengubah cara masyarakat bekerja, mempengaruhi lapangan kerja, dan mempengaruhi kesejahteraan ekonomi.
Terakhir, Kurangnya Pemahaman dan Pengetahuan. Sering kali, manusia tidak memiliki pemahaman atau pengetahuan yang cukup tentang dampak teknologi terhadap masyarakat. Kurangnya pemahaman ini dapat menyebabkan ketakutan dan ketidakpastian dalam masyarakat, serta menghambat kemampuan masyarakat untuk mengambil keputusan yang tepat tentang teknologi yang kian cepat.
Semua tantangan ini dapat mengancam keberlangsungan hidup manusia dan mengurangi relevansi manusia di dunia yang semakin terhubung. Tentu tantangan semacam ini sangat mengkhawatirkan, tapi kekhawatiran akan menjadi sia-sia tanpa upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk memastikan manusia tetap menjadi relevan dengan kehidupan di Era teknologi semacam ini.
Dalam kesempatan tulisan ini, saya mengusulkan Love Leadership sebagai jalan keluar dalam upaya-upaya para pemimpin dan setiap orang untuk memastikan kesanggupan berselancar di atas tsunami teknologi dan irrelevancy pada kehidupan umat manusia.
Love Leadership
Dalam jalan memahami konsep Love Leadership, saya berkenalan dengan seorang penulis Robert Havens yang pada 2018 lalu menulis “What Is Love Leadership, and Why Do We Need It Now?” dan diterbitkan oleh Forbes. Havens menjelaskan bahwa Love Leadership adalah suatu pendekatan kepemimpinan yang didasarkan pada prinsip-prinsip cinta, empati, dan kerja sama.
Love Leadership melibatkan kemampuan untuk memimpin dengan memberi dan menerima kasih sayang, serta mengembangkan hubungan saling percaya dan saling menghormati. Love Leadership bukan hanya tentang mencintai bawahan atau membiarkan bawahan mencintai pemimpin, tetapi tentang membentuk budaya organisasi yang mempromosikan kesejahteraan semua orang yang terlibat di dalamnya.
Dalam konteks saat ini, Havens menekankan bahwa Love Leadership menjadi semakin penting karena perubahan sosial, teknologi, dan politik yang terjadi di seluruh dunia. Havens mengemukakan bahwa Love Leadership dapat membantu memperbaiki masalah dalam organisasi yang disebabkan oleh kelemahan kepemimpinan, seperti kurangnya kepercayaan dan keterbatasan dalam komunikasi antara bawahan dan atasan.
Selain itu, Love Leadership juga dapat membantu mengatasi tantangan sosial dan lingkungan yang semakin kompleks, serta membantu mempromosikan inovasi dan kreativitas yang mendorong pertumbuhan organisasi.
Dalam tulisannya, Havens juga mengemukakan bahwa Love Leadership melibatkan empat elemen utama, yaitu kepercayaan, belas kasih, harapan, dan inspirasi. Havens menekankan bahwa dengan mengembangkan keempat elemen ini, pemimpin dapat menciptakan lingkungan kerja yang sehat, produktif, dan inovatif.
Dalam kesimpulannya, Havens menyatakan bahwa Love Leadership dapat membantu organisasi untuk mencapai kesuksesan jangka panjang, sambil menciptakan budaya kerja yang lebih bermakna dan memuaskan bagi seluruh anggota organisasi.
Havens mengajak para pemimpin untuk mempertimbangkan konsep Love Leadership dan menerapkannya dalam praktik kepemimpinan mereka, demi kebaikan organisasi dan masyarakat pada umumnya.
Love Leadership sebagai Jalan Keluar dari Ancaman Teknologi dan Irrelevancy
Mengadopsi pandangan konseptual dari Love Leadership yang dijelaskan oleh Robert Havens dalam tulisannya tentang empat elemen utama, yaitu kepercayaan, belas kasih, harapan, dan inspirasi, ini dapat memainkan peran penting dalam mengatasi tantangan teknologi dan irrelevancy manusia yang dijelaskan oleh Yuval Noah Harari dalam bukunya "21 Lessons", serta membawa angin segar dan jalan keluar bagi kepemimpinan umat manusia.
Pertama, kepercayaan (trust) adalah elemen penting dalam Love Leadership. Havens menjelaskan bahwa kepercayaan menciptakan iklim yang baik dalam organisasi, di mana setiap orang merasa dihargai dan dihormati. Dalam konteks teknologi, kepercayaan menjadi faktor penting dalam mendorong inovasi dan pertumbuhan organisasi, karena kepercayaan memungkinkan kolaborasi dan kemitraan yang lebih erat antara individu dan organisasi.
Dalam bukunya, Harari juga menyoroti pentingnya kepercayaan dalam menghadapi tantangan teknologi, terutama dalam konteks pengumpulan data dan keamanan siber. Dengan membangun kepercayaan antara individu dan organisasi, pemimpin dapat membantu melindungi privasi dan keamanan data, sambil mendorong inovasi dan perkembangan teknologi yang lebih maju.
Kedua, Belas kasih (Compassion). Belas kasih adalah elemen kedua dari konsep Love Leadership. Belas kasih adalah sifat empati dan kepedulian pada orang lain. Dalam konteks penggunaan teknologi, belas kasih dapat diartikan sebagai perhatian pada dampak teknologi pada orang lain.
Harari mencatat bahwa penggunaan teknologi dapat memengaruhi hubungan antarmanusia. Salah satu contoh yang ia berikan adalah bagaimana teknologi dapat menggantikan pekerjaan manusia dan menciptakan ketidaksetaraan ekonomi.
Namun, Love Leadership menawarkan cara untuk mengatasi dampak negatif teknologi dengan menggunakan belas kasih. Sebagai pemimpin, kita harus mempertimbangkan bagaimana teknologi memengaruhi kehidupan orang lain dan mencari solusi untuk mengurangi dampak negatifnya.
Misalnya, kita dapat memikirkan cara untuk menciptakan pekerjaan baru yang cocok dengan kemajuan teknologi sehingga tidak ada yang kehilangan pekerjaan. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan dan potensi karyawan yang ada.
Ketiga, Harapan (Hope). Harapan adalah elemen ketiga dari konsep Love Leadership. Harapan berarti mempercayai bahwa masa depan akan menjadi lebih baik dan bahwa kita memiliki peran dalam menciptakan masa depan itu.
Dalam konteks teknologi, Harari mencatat bahwa ada banyak tantangan yang kita hadapi seperti perubahan iklim, kekurangan sumber daya, dan konflik politik. Namun, Love Leadership menawarkan harapan dengan mengajak kita untuk berpikir kreatif dan mengembangkan solusi untuk mengatasi tantangan tersebut.
Sebagai pemimpin, kita harus memperkuat harapan dengan menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi dan pemikiran kreatif. Kita juga dapat menginspirasi orang lain dengan menunjukkan contoh positif dalam menghadapi tantangan dan menunjukkan bahwa kita dapat menciptakan perubahan positif.
Keempat, Inspirasi (Inspiration). Inspirasi adalah elemen terakhir dari konsep Love Leadership. Inspirasi berarti menanamkan semangat pada orang lain dan memotivasi mereka untuk bertindak. Dalam konteks teknologi, inspirasi dapat berarti mengajak orang lain untuk memanfaatkan teknologi secara bijaksana dan bertanggung jawab.
Sebagai pemimpin, kita harus dapat menginspirasi orang lain untuk bertindak dan menciptakan perubahan positif. Kita dapat melakukannya dengan memberikan contoh positif dalam menghadapi tantangan dan memotivasi orang lain untuk mengambil tindakan yang bijaksana dalam memanfaatkan teknologi.
Kesimpulan
Dalam era teknologi yang semakin maju, tantangan yang dihadapi manusia semakin kompleks. Namun, konsep Love Leadership menawarkan solusi yang dapat membantu kita mengatasi tantangan dan menjaga relevansi manusia di masa depan. Dalam konsep Love Leadership, kepercayaan, belas kasih, harapan, dan inspirasi adalah empat elemen utama yang dapat membantu kita mengatasi tantangan dan menciptakan masa depan yang lebih baik.
Sebagai pemimpin, kita harus memperkuat empat elemen ini dalam diri kita dan memotivasi orang lain untuk melakukannya juga. Dalam memimpin, kita harus memiliki integritas dan kesadaran diri yang tinggi, serta mampu berkomunikasi dengan baik dan memimpin dengan cinta dan kasih sayang. Dengan Love Leadership, kita dapat membangun lingkungan yang inklusif, mengembangkan kemampuan orang lain, serta mendorong kolaborasi dan inovasi.
Selain itu, konsep Love Leadership juga menempatkan nilai-nilai keberlanjutan sebagai prioritas, sehingga kita dapat memastikan bahwa tindakan kita sebagai pemimpin tidak hanya menguntungkan saat ini, tetapi juga untuk masa depan. Oleh karena itu, hanya dengan mengadopsi Love Leadership sebagai panduan jalan bagi kita untuk menjadi pemimpin yang lebih baik dan membangun masa depan yang lebih baik untuk umat manusia dan planet ini.
"..Pada akhirnya kita hanyalah umat manusia yang menunggu waktu pulang pada-Nya, namun kepulangan yang indah selalu tentang cinta yang bertasbih padaNya untuk kebaikan seluruh makhluk dan semesta ciptaan-Nya.."
terima kasih, salam manusia biasa :)