Jatuh cintanya boleh irrasional, tapi untuk memiliki orang yang kita cinta perlu langkah rasional. Itu simpulan dari penuturan seorang kawan yang nota bene seorang lelaki. Ini dapat menjawab curhatan beberapa perempuan yang mengadukan persoalan cinta.

Adalah benar cinta itu sebuah rasa tapi segala implikasinya harus dipikirkan dengan logika. Ini berlaku untuk pihak lelaki maupun perempuan. Dalam teori Sosiologi ala Homans, cinta adalah hubungan pertukaran material dan non material. Itu kalau tak boleh disebut transaksional. Intinya take and give kudu seimbang. Seimbang dalam rasa dan seimbang dalam pengorbanan. Jika ngejomplang ya the end. Logis sekali, kan?

Hal ini lah yang dalam logika perempuan luput dinalar. Itulah mengapa budak cinta kebanyakan perempuan. Didominasi perasaan sehingga berkorban berlebihan. Lelaki bucin ada tapi tidak banyak. Itupun hanya dari kalangan tipikal feeling introvert. Jumlah prosentasenya tak signifikan.

Umumnya lelaki adalah makhluk rasional. Kita perlu menghargai itu. Dalam beberapa hal mereka benar untuk berhitung dalam urusan cinta. Sebagai perempuan kita juga harus belajar berfikir dengan logika yang sama. Jika tidak sepenuhnya rasional, ya minimal perempuan harus menyisakan sedikit saja ruang untuk akal sehat.  Sebelum bertekuk lutut pada cinta, pahami dulu apa yang dirasakan. Jangan sampai perempuan dirugikan karena terlalu jauh melangkah.  

Perempuan kadang tidak bisa mendefinisikan kebutuhan.  Apakah ia butuh limpahan cinta dari lawan jenisnya ataukah butuh memiliki cinta sepaket dengan orangnya. Paket komplit dunia akhirat apa paket hemat?

Jika ia hanya butuh limpahan cinta maka kapan saja ia bisa menjalin hubungan itu sampai rasa bosan datang dari salah satu pihak. Namun jika butuh memiliki orangnya juga, maka tidak sederhana urusannya. Nah, sudahkah dipikirkan sampe ke sana?

Ini perlu clear sejak awal agar tidak membebani semua pihak yang terlibat. Jangan sampai perempuan merasa digantung dalam sebuah hubungan. Jangan sampai lelaki dicap sebagai pihak yang mempermainkan perempuan. Kasihan kan padahal itu bukan kesalahan lelakinya.

Sebaliknya, untuk kaum lelaki jika perempuanmu minta kepastian hubungan itu artinya cerdas. Logikanya jalan. Berbanggalah dengan keberaniannya. Jika ia berani meninggalkanmu karena tidak adanya kepastian itu artinya lebih cerdas lagi. Aih... Itu mah kisah artis yang sempat viral. Konon judulnya ditikung saingan dengan sholat malam.

Begini saja, bagaimana lelaki jika tertarik pada sebuah mobil di show room tapi belum ada uangnya? Ia pasti berfikir dua kali sebelum benar-benar mengunjungi show room nya. Tak berani selonongan menyentuhnya. Ia mungkin meminta brosur mobil itu. Mencari tahu harganya, memajang gambarnya di wallpaper hp atau memasang di dinding kamar. Mulai mengkalkulasi harga. Ia menetapkan deadline impiannya. Pendek kata ada upaya terstruktur untuk memiliki mobil idamannya. Paham kan maksud saya?

Ini jelas bukan sekedar modus melainkan aksi nyata. Baik diam-diam atau diumumkan cinta akan sepenuhnya mempengaruhi kehidupan seseorang. Mengubah orang lebih giat belajar/bekerja. Jadi rajin menabung, dsb. Begitupun dengan cinta. Kekuatannya untuk mengubah seseorang begitu luar biasa.

Saking luar biasanya, dalam batasan agama cinta itu kemudian diatur. Tujuannya agar tak membahayakan pihak-pihak yang terlibat.  Ada rambu-rambu yang mengatur keduanya.

Jatuh cinta pada lawan jenis itu alami asalkan dibingkai dengan sesuai. Semua aturan itu dibuat untuk alasan rasional. Salah satunya melindungi pihak yang sering kalah oleh perasaan. Ini bisa pihak yang mana saja, tapi seringnya sih perempuan.

Soal aturan main ini, mengingatkan saya pada seorang Dosen yang sebut saja namanya Mas Bagus. Sejak masih mahasiswa semester satu diam-diam jatuh cinta pada Mbak Maria anak kampus sebelah. Tak ada orang yang menyadari karena Mas Bagus penuh rahasia. Eh tahu-tahu melamar bersama keluarga. 

Calon mempelai perempuannya kaget karna tidak menyangka mendapat lamaran itu. Semua teman kampusnya ikut heran. Tidak pernah ada ucapan cinta, tidak pernah ada desas-desus apapun sebelumnya. Ada yang tahu penjelasannya?

Ternyata oh ternyata, Mas Bagus sejak jatuh cinta memilih kuliah sambil kerja. Setidaknya biar tidak kepikiran terus. Harus banyak kesibukan. Buat modal juga kali ya. Ia tidak mengumumkan cintanya mungkin memastikan dulu perasaannya. Setelah yakin barulah menyusun langkah strategi. Mengkalkulasi peluang untuk memiliki orang yang ia cinta. Lulus cepat dan langung lamaran. So sweet.

Langkah pertamanya ia memasuki organisasi yang ada Mbak Maria di sana. Agaknya ia berjuang masuk dalam kepengurusan. Mungkin modusnya diam-diam melakukan pengawasan. Bukan beli kucing dalam karung. Sekaligus melihat siapa saja yang jadi saingannya. Mungkin lho ya.

Branding dirinya yang baik pada semua orang jadi cara memberi perhatian dengan elegan dan aman. Semisal meminjamkan buku atau motor untuk sekretariat. Mba Maria ini tidak punya kendaraan maka dia yang paling sering meminjam motor untuk aktifitas operasional. Tujuan Mas Bagus membayangi yang tercinta tercapai tanpa terdeteksi. Tak ada pacaran sebelum pernikahan. Detail cerita perjuangan lulus cepat, kerja dan menikah justru dikisahkan oleh ibunya.

Ketika logika yang bekerja maka lelaki mengkalkulasi segalanya. Bisa jadi menghitung juga apakah perempuan itu cukup baik untuknya. Bisa tidak nge-klik dengan keluarganya. Berapa social cost yang harus dibayarkan untuk memiliki impiannya. Jangan sampai juga lelaki kehilangan masa bebasnya hanya karena buru-buru menikah tho?

Teknik bagaimana menjaga agar perempuan tercinta tak didahului dilamar orang. Bagaimana memperhatikan tanpa harus php mengumbar perasaan. Bagaimana lulus segera dan bekerja. Semua butuh strategi tingkat tinggi yang bukan kaleng-kaleng. Rasional dan matang. Ini kisah nyata Mas Bagus yang taat hukum, eh anak Fakultas Hukum. Contoh sikapnya rasional khas lelaki. Satu yang pasti, rasionalisasi adalah hak segala bangsa. Perempuan tidak punya kuasa mengatur rasionalisasi kaum pria harus seperti kisah di atas.

Perempuan hanya harus mengkounter rasa dengan logika agar tidak terjebak kudeta atas dirinya. Jangan terlalu naif karna cinta dalam wajah manisnya sebenarnya penuh perhitungan "tersamar" seperti teori pertukaran. Perempuan perlu bersikap rasional demi kebaikan bersama. Be smart girls.