Dulu saat masih duduk dibangku SMA, tak sabar rasanya ingin segera pamit dan mengejar cita di kota impian. Tryout, ujian, dan bimbingan belajar sudah menjadi rutinitas harian anak kelas tingkat atas, bahkan malam hari mereka masih saja kembali belajar.
Pandangan mereka tentang perkuliahan merantau akan sangat menyenangkan, serasa bebas tanpa larangan, berada di tempat baru yang tidak lagi membuat bosan seperti di tempat asal.
Berbeda dengan saat di rumah yang lebih terbatas waktu karena masih dalam pantauan orang tua. Anak rantau akan lebih bebas dalam membagi waktunya, mereka bisa bermain, belajar, mengembangkan diri mereka sesuai dengan apa yang mereka mau.
Itu menjadi salah satu kesempatan bagi mereka untuk bisa memanfaatkan waktunya dengan baik selama mereka hidup sendiri.
Tapi siapa sangka hal itu terasa sangat berbeda ketika mulai hidup jauh dari orang tua, dituntut mengatur segala hal sendirian, memenuhi kebutuhan sehari-hari di kost, beradaptasi dengan lingkungan kampus, belum lagi dibingungkan oleh pikiran “Mau makan apa hari ini?’’, benar bukan?
Sudah jadi hal yang biasa seorang anak rantau yang merindukan kehidupan di tempat asalnya, mereka yang terbiasa berkumpul dengan keluarga lalu kebutuhan makan yang telah tersedia setiap harinya sekarang tak lagi demikian.
Semua terasa sangat berat ketika mereka menyadari keluargalah sebenar-benarnya rumah. Ya, hati terasa tenang cukup melihat orang tua ada dan bahagia di samping kita.
Belum lagi merindukan teman bermain di kota asal, teringat kenangan di masa sekolah membuat hati ingin kembali mengulang masa saat itu. Pikiran selalu berujung tentang kapan bisa pulang ke rumah dan menghabiskan waktu bersama lalu saling bercerita.
Ternyata tak semudah itu untuk tumbuh dan bertahan di kaki sendiri, terkadang tetap membutuhkan teman atau orang lain untuk membantu menyelesaikan keresahan yang kian kunjung setiap saat, tapi semua itu tergantung dari kita sendiri bagaimana cara untuk menyikapinya karena tidak semudah itu untuk menemukan orang yang benar-benar ada untuk kita.
Bukan hanya tentang mampu atau tidak seorang remaja menuju dewasa ini untuk berjalan menyesuaikan diri didunia perkuliahan, tapi juga tentang bagaimanakah kondisi mental mereka? Apakah semua anak rantau memang baik-baik saja? atau ada diantara mereka yang tidak baik-baik saja?
Mungkin bisa dibilang seseorang beruntung diterima menjadi mahasiswa baru disekolah favorit kota impian, namun berjalannya waktu tidak menutup kemungkinan mereka merasa apakah ini suatu jalan yang tepat bagi mereka.
Seperti yang banyak orang bilang, kuliah memang berat tantangannya, tidak sedikit mahasiswa baru yang sulit untuk beradaptasi, sehingga menjadi kecemasan tersendiri bagi mereka untuk dapat menyelesaikan kuliahnya secara baik dan tuntas nantinya.
Buktinya mereka yang mulai masuk beberapa minggu di semester baru saja telah berpikir ingin pindah di jurusan yang lain karena merasa berada di jurusan yang salah, padahal untuk pindah di jurusan lain pun belum tentu menjadi keputusan yang jauh lebih baik.
Apalagi seorang anak rantau pasti banyak sekali yang sudah dikorbankan, jauh dari orang tua, biaya hidup yang tidak sedikit sehingga membuat mereka merasa harus mengganti semua jerih payah orang tua yang menghidupi mereka dengan sebuah kesuksesan kelak.
Kalau sudah begitu, bagaimana cara seorang mahasiswa agar mampu bertahan dan terus melanjutkan proses belajar di kota orang untuk ke depannya?
Kuliah melatih kita untuk mandiri, ketika kita hanya mengandalkan orang lain lalu tidak ingin belajar dan ingin tau, bukan hanya tertinggal saja tapi kita tidak akan dapat apa-apa dan hanya merugikan diri kita sendiri.
Sungguh, jika mendengar keluhan anak merantau pasti banyak masalah yang mereka hadapi. Hari- hari terasa berat bagi mereka yang masih beradaptasi dengan segalanya, padahal orang bilang semakin naik mahasiswa ke semester atas akan semakin banyak hal berat yang harus dihadapinya.
Terkadang memang perlu seseorang untuk tempat bercerita, jangan sampai semua masalah hanya dipendam sendiri yang berakibat menyerah dengan keadaan.
Masalah yang berat pasti akan selalu ada jalan keluarnya, bahkan setiap dari kita selalu menyadari bahwa apapun rintangannya selalu bisa terlewati. Lalu, apa masih ada alasan untuk menyerah?
Ingat semua akan terbayar ketika kita sungguh-sungguh dalam berproses di perkuliahan. Buktinya banyak anak merantau yang sukses dan memberikan tangis bahagia untuk kedua orang tuanya yang telah berhasil membawa anaknya menuju kesuksesan.
Sudah seharusnya anak perantau menyadari bahwa tidak akan didapati sesuatu yang kita impikan jika kita tidak benar-benar bergerak menghadapi sebuah perubahan dan tidak ada sesuatu hal yang sia-sia ketika kita melakukan segala hal yang baik untuk masa depan.
Kuncinya fokus dan sabar di setiap lika-liku perjuangan, berusaha semaksimal mungkin dan senantiasa dekat dengan tuhan. Ingat kawan bukan hanya tentang membanggakan orang yang kita sayang, tapi buat dirimu menjadi seseorang yang hebat dan dapat berguna untuk manusia lainnya.