Liga Arab telah melangsungkan rapat secara virtual, Rabu (9/9), kemarin. Mereka tengah membahas masa depan Palestina dan situasi di kawasan yang makin kompleks. 

Dalam pertemuan tersebut, Sekretaris Jenderal Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit juga menekankan pada dukungan negara-negara Arab bagi perjuangan Palestina dan konstelasi politik pasca normalisasi UEA-Israel.

Ia juga mengatakan bahwa rencana perdamaian yang termasuk dalam Inisiatif Perdamaian Arab dan diadopsi oleh Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Arab pada tahun 2002 tetap merupakan rencana dasar yang telah disepakati untuk mencapai perdamaian yang komprehensif dan adil antara Arab dengan Israel.

Liga Arab juga memperingatkan agar Iran dan Turki tidak mengintervensi negara-negara Arab, seperti apa yang terjadi di Libya, Suriah, dan Yaman. 

Kondisi ini membuat stabilitas kawasan juga makin tak terkendali. Hal ini menjadi sorotan penting bagi Liga Arab merespon hal tersebut. 

Liga Arab dan Normalisasi UEA-Israel

Dalam kesempatan pertemuan Liga Arab kali ini, Palestina meminta agar Liga Arab mengeluarkan draft resolusi yang mengutuk dan mengecam kebijakan normalisasi UEA-Israel. 

Tetapi Liga Arab menolak mengeluarkan draft resolusi tersebut. Penolakan draft resolusi ini tentu membuat Palestina merasa terpukul. Pasalnya, kesepakatan damai UEA-Israel menjadi salah satu upaya "memojokkan" Palestina dan membuat Israel semakin diuntungkan atas normalisasi tersebut.

Dalam hal ini, Arab Saudi menyatakan dukungan penuh atas penyelesaian konflik Israel-Palestina dalam pertemuan Liga Arab tersebut. Melalui Pangeran Faisal bin Farhan al-Saud, Menlu Arab Saudi, menyatakan dukungan atas pendirian negara Palestina berdasarkan garis batas sebelum Perang Enam Hari tahun 1967.

Normalisasi UEA-Israel juga menjadi isu pembahasan dalam pertemuan Liga Arab kali ini. Tetapi, pada kesempatan tersebut, Menteri Luar Negeri Arab Saudi tak menyinggung dan mengeluarkan pernyataan terkait permasalahan tersebut. 

Upaya Israel "membujuk" dan mengajak normalisasi hubungan diplomatik dengan negara-negara Arab masih intens dilakukan. Dukungan AS menjadi salah satu kunci keberhasilan normalisasi tersebut.

Situasi pasca normalisasi UEA-Israel akan menjadi perbincangan dan diskusi menarik. Apalagi kesepakatan yang telah didapat antara UEA-Israel adalah usaha penghentian aneksasi Israel atas Tepi Barat. 

Tetapi, bagi Israel aneksasi Tepi Barat tetap harus dilakukan, meski mereka tengah melakukan normalisasi dengan UEA.

Konstelasi geopolitik Timur Tengah makin memanas. Ke depan, mungkin saja negara-negara Arab lain akan menyusul UEA untuk menormalisasi dengan Israel. Bahkan kemungkinan bisa saja memutuskan untuk memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem. 

Masa Depan Palestina

Di tengah situasi gepolitik kawasan yang memanas, kini Palestina hanya mampu melakukan diplomasi dan berusaha sekuat tenaga untuk memperjuangkan haknya. Dukungan Liga Arab atas upaya perdamaian konflik abadi Israel-Palestina adalah dukungan politis dan moral bagi Palestina.

Dari pertemuan Liga Arab kali ini, dapat diketahui bahwa dukungan negara-negara Arab untuk Palestina masih menyala. Meski, kecaman dan upaya "mengutuk" kesepakatan damai UEA-Israel tidak dikeluarkan secara sepihak oleh Liga Arab. 

Semua masih satu suara, yakni perdamaian bagi konflik Israel-Palestina dan penarikan Israel atas aneksasi Tepi Barat. Kesepakatan ini tak boleh diganggu gugat. Keputusan final tersebut tidak goyah sedikit pun.

Masa depan Palestina sangat tergantung bagaimana dukungan dan bantuan negara-negara Arab. Perbedaan ideologi, kepentingan politik, perebutan kekuasaan, stabilitas keamanan, dan keuntungan ekonomi menjadi faktor penting dalam upaya perdamaian Israel-Palestina. 

Selamanya Palestina akan tetap merana dan menjadi negara jajahan. Jika, negara-negara Arab tidak mau bersatu mendukung dan mengupayakan perdamaian antara kedua negara.

Palestina sangat berharap kepada Liga Arab dan pihak-pihak yang mendukung perdamaian konflik Israel-Palestina. Dukungan dan bantuan dalam bentuk moral dan politik sangat dibutuhkan Palestina dalam upaya mendapatkan hak yang mereka perjuangkan. 

Beberapa perjanjian sebelumnya terkait perdamaian antara Israel dan Palestina harus dikawal dengan tegas dan berkesinambungan.

Kesepakatan damai yang tidak memihak antarkeduanya harus dilakukan. Apabila kesepakatan masih memihak Israel untuk tetap melakukan aneksasi atas Tepi Barat dan menjadikan Yerusalem sebagai ibukota. 

Itu sama saja kesepakatan yang telah dimanipulasi dan direkayasa untuk kepentingan politik tertentu. Sehingga akan merugikan salah satu pihak, yakni dalam hal ini Palestina.

Kita semua tengah menunggu waktu dan perjalanan penyelesaian konflik Israel-Palestina. Rakyat Palestina tengah menaruh harapan besar agar mereka bisa mendapatkan hak atas tanah airnya. Menjadi bagian masyarakat dunia tanpa ada lagi konflik berkepanjangan dan dijajah oleh bangsa lain.