Puisi
Luapan nadi kini tertular, bersama terik.
Mentari mengeringkan lembapan nadi tanpa tersisa
Tampa ampuh menyerbuh seluruh lapisan
Lenyap nadi dialam sementara,
bergelora menjelajali guna kedai.
Jejakkan kaki belum jumpainya,
mungkin saja terbuang dengan kumpulan debuan.
Terusir oleh pengusir embun dingin dibalik nadi
Singkiran cangkir tiada sepangkal sejahtera
Jauh sekali menerjang meninggi
Lenyap nadi dialam sementara
Tiada berhenti dibekasi semangat
Titipkan lenyapan tercair s,lamanya
Menggira hilang tanpa didasari
Sedikit Kabarpun terhanyut hilap keperaduan
Dalam dingin diam membawa pergi dengan rembulan
Tercampak bersamaan angin dan waktu.
Mweda , 2021
Bukan main-main
Puisi
Pedas dan seduh bercampur aduk
Sebuah rasa yang terselip
Panggung tertahan pada relasi
Antara pergi dan hilang
Antara Cinta bukan dosa
Dosa bukan cinta
Yang wajib menanggung tanpa rasa malu
Apa jalannya ? apa tujuannya ?
akhirnya inklusif soal hati dan perasaan
Bukan masalah logika,
semudah berucap anjur sistematika
Cinta bukan main-main, giat dan lancar mendalami kasus hatie
Teguh tandus memaknai hati
Yang harus bersilabuskan
Cinta bukan pelampiasan rasa
Jaga iklim sebelum terlambat
Yang patuhi batas interaksi cinta
Rasa merajak benih cinta
Ikhlas dan ku serahkan
Ihwal pengeserasan ini tanpa halau, tanpa mufakat.
Mweda, 2021
Belum bisa
Puisi
Mungkin ini saatnya,
Rasa untuk menuai,
yang dulu dimana indah.
Mungkin ini waktunya.
Pahit yang terkaji di lubuk Basung,
Indah permata di mata hati,
Sekarang bukan lagi bersama.
Cinta belum kuat.
Hati tak tabah,
Belum bisa lapis enggan.
Belum bisa jadi bagianmu,
Belum bisa jadi untukmu,
Belum bisa seperti yang diingini,
Belum bisa diberi bahagia.
Belum bisa menanggung luka, Bila nanti tak sharing bagian,
Slamat, Bahagia kan temu jati diri.
Jangan lupa senyum tanpa diingat.
Mweda , 2021
Merajak
Puisi
Aku tak kuat jalani
Betapa seakan terjebak,
Terinjak dari satu tuntutan
Dimana kita berpijak
Terus dicampakan,
Menghilapkan antar eksis dan ubah
Aku tidak layak terima,
Bagai duri terus menusuk di batin
Jiwa berkeping dan luluh daya
Semu terpakukan
Benci jadi landasan hias,
Jadi kurung dalam rasa
Daya juang merajak
Ambisi mengenggam terus meninggi
lewat tumpuan keyakinan,
Aku percaya dan kau percaya
Kelak aku dan kamu kan keluar ,
Terseberangi sampai lintas
Mweda, 2021
Beranikah aku ?
Puisi
Sepertinya sebuah perih ini
Yang tak layak ku memikul bersama panggung perasaan
Begitu luas cakrawala menerjang maju
Berkembang penuh hingga masuk di timbah sendi-sendi ,
Berbaur lahir dengan kata-kata yang tak sempat terungkap, benarkah aku berani ?
Barangkali ku mau mengeluarkan rasa ini
Bersamaan tekad kata angin berhembus mulus
Yang tak pernah bertemu rintangan
Beranikah aku menyikapi rasanya !!!
Kalaupun ini hidup, hidup memang milik dinamika
Senggan memang berani tapi tak terurut
Dalam kombinasi waktu yang terbeber
Terkurung dalam durasi waktu tak berbisa
Mweda , 2022
Senyum bukan pedang
Puisi
Undanglah humoris
lembut mulut tak menyelip arti
Balutan bahak mengubahkan kondisi
Berasa di awalan,
Lelucon indah tak berpisah
Senyumlah bukan pedang
Sering berlatih tampa taati
Berlaju bersama humor di luas tertati
Semerbak harum tercium dalam-dalam
Humor dan selamat
Menyongsong antar senyum
Taman ribuan wanggi risau
Yang tak jangkau
Teruslah tertawa-bawa
Berbuka handal berhabak-habak
Teruslah buka mulut
Senyum bukanlah risau
Mweda, 2022
Hari
Puisi
S'tiap hari cerah berhias rona senja
Akhir, bersambung ke esok juga.
Tepat fajar menyingsing
Dari timur Papua jelajahi ke barat
Yakin, tak sangkir mampu beradu.
Tiada bisa mengawal senja selain perasaan
Sampaikan rindu bebasku kepada empunyai "sang khalik"
Mweda, 2022
Angin sukar
Puisi
Sukar mamastikan angin
Karena begitu tulus lurus
Berhembus mulus tanpa diberi nama
Pasaran angin tanpa nama
Berhembus kencang bergoyong rerumputan
Itupun tanpa arah dilewatnya
Lewat berlaju dengan sejuk
Dingin terus menghamburi di sesi
Semoga besok kan lewat sesuai arah
Mweda, 2022
Rantai sistim
Puisi
Sebentulnya semua telah tersingkap Menyimak roda siklus yang terus berlangkah
Melaju sembari menyulam gelap Menabur gulita terus-menerus Tertandai sistim di kehidupan rill
Seperti pelindung atap negeri ini Yang terikat dalam rantai sistim hidup Oh Tuhan, Kemana kami berlindung ?
Mweda, 2022
Ekspresi tersendu
Puisi
Ekspresi wajah tersendu Ini realitas yang dialami Di atas alam dan manusia tak diberi ruang bebas berpendapat, papua.
Tanah Papua dijadikan pailit, Oleh mereka yang berwatak kapital Manusia dijadikan tak ada nilai martabat di bola biji mata mereka
Semua pintu demokrasi ditutup rapi oleh kekuatan aparat/militer Berambang ambisi mengeruk kekayaan alam Papua Berantas paksaan menjadikan kekuatan Hak Ulayat di godai noda kertas, Yang tidak selamanya di beri nilai dan arti hidup manusia
Disini ku berseru.... Turut berlapis yang dialami anak bangsa ini tentang psikologi dan sumber kehidupan Yang harusnya di jaga dan dirawat "bersamaan "
Mweda, 2022