Banjir menjadi permasalahan serius Jakarta. Meski sudah berkurang di bawah kepemimpinannya, Ahok tidak begitu saja merasa puas. Terbukti, penanggulangan banjir Jakarta merupakan program prioritas Ahok dalam Visi Misi di Pilkada DKI Jakarta 2017, yang sudah bisa kita baca di laman resmi KPUD Jakarta.
Banjir bukan hanya menyebabkan kerugian materi semata, melainkan juga berimbas ke hal lainnya. Seperti, menimbulkan wabah penyakit, tersendatnya kegiatan belajar anak-anak, pengungsian di mana-mana, dan masih banyak lagi lainnya.
Namun, beberapa tahun belakangan ini banjir sudah berkurang. Dibandingkan pada tahun 2007 dan 2010, banjir pada masa-masa sekarang masih bisa terkontrol dan cepat surut. Hal ini, dikarenakan gencarnya pemerintahan di bawah Ahok dalam beberapa tahun melakukan beberapa langkah konkret.
Di antaranya, normalisasi sungai, merelokasi warga dari bantaran kali sehingga sungai diperlebar, dibentuknya pasukan oranye dalam mengatasi kebersihan sungai, got, sarana prasarana, dan lain sebagainya, serta berbagai langkah lainnya yang sudah kita rasakan manfaatnya.
Langkah Konkret
Disamping meneruskan program yang sudah dijalankan selama ini, dalam visi misinya terhadap penanggulangan banjir Jakarta, Ahok-Djarot juga mempunyai terobosan baru yang nyata. Terobosan tersebut, nantinya akan menjadi pijakannya dalam melawan bencana banjir.
Ahok menginginkan pengembalian fungsi sungai benar-benar terwujud. Bangunan-bangunan liar yang berada di bantaran sungai, nantinya akan dibongkar dan merelokasi warga ke rusun yang sudah disediakan. Untuk memastikan sungai berfungsi sebagaimana mestinya, Ahok mewajibkan lurah dan camat memantau dan mengawasinya.
Tidak hanya fokus pada sungai saja, Ahok-Djarot juga memfokuskan ke hal-lain. Seperti, mempercepat penyediaan ruang terbuka hijau (RBT) sebesar 5%. Penyediaan RBT ini didapat dari menyelesaikan pembangungan 17 waduk dan 9 embung untuk menambah tampungan air.
Di antaranya, waduk: Jagakarsa, Rawa Minyak, Pinang Ranti, Pondok Rangon 1 dan 2, Kampung Ramnbutan, Cilangkap, Marunda, Lebak Bulus, Cilandak Marinir, Brigif, Kampung Rambutan 1, Cimanggis, Sunter Hulu, Rawa Lindung, Kamal dan Longstorage. Embung: Cipedak, Lebak Bulus 3, Lapangan Merah, Kramat Jati, Haji Dogol, Sejuk Raya, Penganten Ali, Cendrawasih, dan Sunter Jaya.
Selanjutnya, Ahok akan menambah kapasitas Pompa Air dua kali lipat dari kapasitas pompa saat ini untuk mempercepat surutnya genangan dan tindakan preventif banjir, khususnya daerah rendah. Bukan hanya itu saja, tanggul laut (NCICD A) menjadi perhatian khusus Ahok-Djarot. Pasangan ini akan membangunnya sepanjang Pantai Utara Jakarta.
Tidak ratanya air hujan di Jakarta, yang mana menjadi penyebab banjir akan dikurangi dengan menghubungkan saluran-saluran air di seluruh Jakarta. Tidak hanya itu, Ahok-Djarot juga akan membangun sistem pengawasan saluran air untuk mengurangi genangan dan banjir.
Di samping itu juga membuat otomatisasi pintu-pintu air. Sehingga, menyesuaikan ketinggian air, curah hujan, dan kondisi saluran air.
Bukan saja fokus pada hilir saja, Ahok-Djarot juga akan membangun waduk di hulu sungai melalui pemberian hibah kepada pemda sekitar wilayah Jakarta untuk mengatur debit air yang masuk ke Jakarta. Hal-hal kecil pun, turut diperhatikan dalam mengurangi banjir. Seperti, memperbanyak biopori dan sumur resapan melalui gerakan menabung air secara berkelanjutan.
Penanggulangan banjir Jakarta, tidak hanya dilakukan pemerintah semata. Masyarakat juga dituntut ikut berkontribusi dalam menjaga lingkungan. Tanpa adanya sinergi ini, program-program yang sudah dengan jelas dan terarah yang dicanangkan Ahok-Djarot tidaklah berarti.
Alam, lingkungan, dan kita merupakan satu kesatuan dalam menjaga keseimbangan alam. Kita bisa bayangkan, seandainya program yang sudah disusun denga jelas, rapi, dan tertata ini tidaklah terwujud. Maka, kita semua jangan berharap banjir di Jakarta akan teratasi.