Tulisan ini saya tunjukan untuk semua orang khususnya untuk para pecinta dan yang sedang berusaha mengamalkan nilai-nilai Al-Qur’an.
Dalam perjalanan menuntut ilmu, pasang surut rasa semangat itu lumrah, terkadang rasa Lelah dan malas silih berganti menghampiri.
Namun tentunya rasa malas dan lelah jika dibiarkan dan dipelihara terus menerus dapat menyebabkan terlambatnya seseorang dalam menggapai cita-cita.
Bahkan bisa menyebabkan kegagalan dan berujung dengan penyesalan. Apalagi bagi seseorang penghafal dan penjaga Al-Qur’an
Baik yang masih proses menghafal ataupun yang sudah selesai hafalannya, mereka dituntut untuk selalu bisa berusaha istiqomah
Dan pastinya rasa sabar dan semangat sangat diperlukan untuk mencapai sebuah keberhasilan dan keistiqomahan.
Lalu bagaimana caranya agar dapat memelihara rasa sabar dan semangat itu?
Tentunya faktor internal atau faktor dari kesadaran diri sendirilah yang paling utama dan berdampak besar pada keistiqomahan.
Namun selain itu faktor eksternal juga sangat berpengaruh, seperti lingkungan, orang-orang sekitar, termasuk juga nasehat dari para guru dan ulama.
Menurut saya pribadi dan teman seperjuangan saya, sebagai salah satu penuntut ilmu bidang Al-Qur’an hal itu sangat berpengaruh dalam memacu semangat kami untuk selalu berusaha istiqomah.
Berikut ini akan saya tuliskan beberapa nasehat atau dawuh dari beberapa guru dan ulama Al-Qur’an yang inshaallah akan bermanfaat bagi kita semua.
Terutama untuk orang-orang yang sedang berusaha memperbaiki hubungan dengan Al-Qur’an dan ingin menggapai cinta dan syafaat dari Al-Qur’an.
“Kita tahu bahwa dalam kehidupan Al-Qur’an salah satu penuntunnya, jika kegelisahan sering menghampiri, barangkali kita lupa atau meninggalkan Al-Qur’an”. KH. Abdul Hadi Yusuf.
Maksutnya, jika kita sering kali merasa gelisah mungkin kita lupa atau bahkan meninggalkan Al-Qur’an yang notabenya sebagai pedoman, penuntun dan petunjuk dalam kehidupan.
Jadi bisa diartikan itu sebagai kode atau bahasa rindu Al-Qur’an kepada kita untuk segera mendekat.
“Cintailah Al-Qur’an, Allah akan mencintaimu. Sayangilah Al-Qur’an, Allah akan menyayangimu. Berkhidmat untuk Al-Qur’an, Al-Qur’an akan berkhidmah kepadamu.” Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad.
“Khususe wong Qur’an ojo kepengin nggenahne uripe, tapi kepengeno nggenahne Qur’ane, yen Qur’an genah, mesti uripe bakal nggenah.”
(Khususnya orang Qur’an jangan berkeinginan merawat kehidupannya (duniawi), tapi berkeinginanlah untuk merawat Qur’an, jika Qur’an-nya terawat, pasti kehidupannya akan terawat) KH. Munawwir Munajat Salatiga.
“Enak gak enake uripmu tergantung sejauh mana kamu ngeramut Al-Qur’an.”
(Enak tidaknya kehidupanmu tergantung sejauh mana kamu merawat Al-Qur’an) K Agus Jauhari Nadzirun Mojokerto.
“Jangan sibuk memikirkan kedepannya kita akan menjadi apa, biar saja itu diatur oleh Allah. Fokuslah dengan apa yang kamu jalani saat ini, jika yang kamu jalani sekarang bersama Al-Qur’an, pasti akan Allah muliakan.” KH. Ahmad Farisi Yusuf.
Maksudnya, Jika seseorang mencintai dan menyayangi Al-Qur’an lalu hidupnya di abdikan untuk Al-Qur’an maka orang itu tidak usah khawatir tentang masa depannya bagaimana.
Karena inshaallah pasti dipermudah urusannya oleh Allah, sebab saat Al-Qur’an sudah mencintai dan berkhidmah pada pecintanya, maka Allah-lah yang akan menanggung dan menjamin urusan hamba tersebut.
Intinya orang-orang Qur’an tidak boleh terlalu memikirkan urusan duniawi nya, tapi disarankan untuk fokus dan istiqomah merawat Qur’an-nya. Inshaallah Allah yang menjamin kehidupannya.
“Ora usah minder, kemampuane wong iku dewe-dewe, sing jelas sing dibutuhke wong Qur’an iku sabar lan istiqomahe. Wong pintere koyo opo nek gak isoh istiqomah, gak bakal tutuk, wis sing penting nderes nderes lan nderes.” Nyai Siti Barokah Chariroh Ulin Kacangan, Boyolali.
(Tidak usah minder, kemampuan orang itu berbeda-beda, yang jelas yang dibutuhkan orang menghafal Qur’an ialah sabar dan istiqomah. Orang mau sepintar apapun kalau tidak istiqomah, tidak akan sampai tujuan, sudah yang penting muroja’ah, muroja’ah, dan muroja’ah).
Maksutnya, Dalam menghafal Al-Qur’an yang paling utama ialah bisa bersabar dan istiqomah, kepintaran bukanlah patokan nomor satu.
Jadi yang bercita-cita menjadi seorang hafidz hafidzoh tidak perlu merasa pesimis karena merasa tidak terlalu pintar.
Tidak usah khawatir, selama kita mau berusaha, bersabar dan istiqomah, inshaallah akan tercapai apa yang menjadi tujuan kita.
“Menghafal Al-Qur’an memang tidak mudah,apalagi menjaganya, terutama jika sudah sibuk maka harus punya semangat yang kuat, jika sudah semangat dan berusaha bersunggung-sungguh tetapi masih lepas-lepas hafalannya dima’fu, asalkan sudah benar-benar usaha” KH. R Muhammad Najib.
Maksudnya, Seorang penghafal Al-Qur’an itu memang tidak mudah terlebih ada tuntutan jika lupa adalah sebuah dosa.
Namun terlepas dari itu jika seseorang itu sudah berusaha dengan sungguh akan tetapi belum juga lancar atau lanyah maka akan dima’fu.
Mengapa dima'fu oleh Allah? karena pada dasarnya kelancaran atau lanyah itu adalah sebuah anugrah dan rezeki pemberian dari Allah yang setiap manusia berbeda porsinya dan waktu mendapatkannya.
Itulah beberapa nasehat dari para guru dan ulama Qur’an yang tentu sebenarnya memiliki makna lebih dalam dan luas dari yang saya tulis.
Semoga setiap yang membaca tulisan ini dapat memahami penjelasan saya dan dapat mengambil manfaat dan barokah dari guru-guru dan ulama ahli Qur’an.
Semoga semakin banyak orang-orang yang semangat belajar dan menghafalkan Al-Qur’an. Jazallahhu ahsanal jaza, syukron katsiron.