Setelah pergelaran KTT G20 di Nusa Dua, Bali, Presiden Jokowi dan Ibu Iriana serta delegasi terbatas tiba di Bangkok, Thailand, pada 17 November 2022. Kedatangan presiden Jokowi sebagai kunjungan kerja dalam menghadiri rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ekonomi Asia Pasific (APEC) ke-29 tahun 2022 yang diselenggarakan pada tanggal 18-19 November 2022.
Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi mengatakan bahwa Presiden Jokowi juga akan melaksanakan sejumlah pertemuan bilateral di Bangkok dengan sejumlah negara yang belum sempat melakukan pertemuan bilateral pada KTT G20 di Bali sebelumnya.
Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) adalah forum kerja sama ekonomi yang dibentuk pada tahun 1989 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan Asia-Pasifik melalui perdagangan bebas dan investasi terbuka.
Indonesia menghadiri KTT APEC 2022 bersama 20 negara lainnya yakni Amerika Serikat, Australia, Brunei Darussalam, Chili, Filipina, Hong Kong, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Papua Nugini, Peru, Rusia, Selandia Baru, Singapura, Taiwan, Thailand, Tiongkok, dan Vietnam. Meskipun presiden Rusia dan Amerika Serikat yakni Vladimir Putin dan Joe Biden tidak hadir pada KTT APEC tahun ini.
KTT APEC juga dihadiri oleh para pemimpin bisnis lainnya, dengan agenda utama membahas krisis energi global dan gangguan rantai pasokan serta mengusung tema Open, Connect and Balance.
Perdana Menteri Thailand, Prayut Chan-o-cha mengatakan bahwa pertemuan APEC tahun ini memfokuskan bahasan pada bidang perdagangan dan investasi baru untuk memenuhi kebutuhan global.
KTT APEC 2022 merupakan KTT terakhir yang dilaksanakan tahun ini setelah sebelumnya dilaksanakan KTT ASEAN di Kamboja dan KTT G20 di Bali.
Posisi Indonesia
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia bersama dengan Wakil Menteri Perdagangan, Airlangga Hartarto dan Jerry Sambuaga telah mengikuti pertemuan tingkat menteri APEC sebagai pertemuan pendahuluan menjelang penyelenggaraan KTT APEC 2022.
Melalui Press Briefing dari Thailand, Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa terdapat dua fokus sesi pertemuan pada Balance Inklusif, sustainable growth dan reconnecting the region, dengan membahas berbagai upaya untuk mewujudkan pemulihan inklusif dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di kawasan.
Berdasarkan situasi krisis pangan, energi, dan keuangan hingga ancaman resesi ekonomi mendorong kawasan Asia-Pasifik sebagai penggerak terhadap pertumbuhan ekonomi dunia yang resilien. Sehingga semua negara harus berkolaborasi untuk mencapai manfaat konkret bagi masyarakat dunia.
Konektivitas bidang infrastruktur kesehatan diperlukan melalui vaksin interoperability seperti aplikasi tracking hingga peningkatan konektivitas digital termasuk melalui public private Partnership.
Beliau juga berpesan bahwa Indonesia siap mendorong kerjasama dalam berbagai sektor termasuk melalui keketuaan Indonesia di ASEAN pada tahun 2023 mendatang.
Presiden Jokowi menyampaikan fokus utama Indonesia melalui pertemuan KTT APEC 2022 adalah mendorong pemulihan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Prinsip Indonesia adalah Leave No One Behind serta transformasi digital, ekonomi hijau dan hilirisasi sebagai prioritas Indonesia pada APEC 2022.
APEC mewakili lebih dari 3 miliar penduduk dan 60% GDP dunia sehingga APEC harus terus menjadi mesin pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik.
APEC dinilai mempunyai penyediaan kapasitas ekonomi diantaranya mewakili 38% populasi global atau 2,95 milyar penduduk, 62% PDB dunia atau 59 triliun US dollar, dan 48% total perdagangan barang dan jasa dunia dengan ekspor sebesar 13,6 triliun US dollar serta impor sebesar 13,6triliun US dollar.
Urgensi kerjasama APEC diperlukan dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan khususnya mendorong peningkatan investasi ekonomi hijau serta kapasitas dan transfer teknologi. Tentunya Indonesia harus optimis terhadap inisiatif yang diangkat dalam pertemuan KTT APEC dengan mendorong pemulihan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Terdapat dua sektor prioritas yang disampaikan Presiden Republik Indonesia sebagai upaya pemulihan melalui intervensi Indonesia terhadap peluang dari inisiatif Thailand “The Bangkok Goals for theBio-Circular-Green Economy”, yakni:
Pertama, Indonesia mendorong kolaborasi mutlak dalam mengatasi ancaman inflasi, ketahanan pangan melalui APEC FoodSecurity Roadmap Towards 2030, dan melalui ketersediaan pupuk dan pakan ternak dalam mencegah serangan krisis pangan penduduk dunia.
Adanya hilirisasi serta pembangunan infrastruktur sebagai kunci pendorong pembangunan rantai pasok pangan dan energi terhadap negara berkembang melalui produksi sebagai nilai tambah tidak sebatas pada sumber bahan baku semata.
Kedua, Indonesia mendorong peningkatan kekuatan kemitraan ekonomi digital maupun ekonomi hijau. Berdasarkan pengalaman transaksi ekonomi masa pandemi cenderung mengarah pada digitalisasi dengan manfaat yang semakin dirasakan. Sehingga dukungan penuh APEC diperlukan termasuk melalui transformasi digital serta pembangunan sumber daya manusia.
Ekonomi kreatif melalui industri kreatif mendukung masa depan sekaligus pilar pertumbuhan inklusif melalui pembangunan terhadap UMKM maupun startups serta keterampilan literasi digital. Selain itu, ekonomi hijau dapat mendorong pemulihan ekonomi kawasan.
Tantangan Indonesia
Melihat bagaimana dukungan serta komitmen Indonesia pada KTT APEC 2022, secara garis besar terdapat dua tantangan besar politik Indonesia dalam menghadapi tahun 2023 mendatang, yakni:
1. Resesi Ekonomi 2023.
Ancaman adanya resesi ekonomi 2023 akibat kenaikan secara bersamaan suku bunga bank sentral menjadi tantangan terhadap ekonomi dan politik Indonesia. Selain dari dampak pandemi Covid-19, adanya invasi Rusia ke Ukraina serta diikuti dengan sanksi internasional semakin menekan inflasi global sangat mempengaruhi penyebaran pasokan global.
Meskipun pemerintah Indonesia optimis dalam menghadapi tantangan tersebut, melalui dorongan berbagai komoditi seperti kelapa sawit dan batubara serta ekspor produk manufaktur untuk menguatkan ekonomi dalam negeri.
Namun,Indonesia harus lebih berhati-hati terhadap risiko terguncangnya sistem pasar keuangan global seperti kemungkinan masalah bank-bank kecil dalam mengakses pasar keuangan lain guna mendapatkan likuiditas.
Selain itu, Penentuan posisi Indonesia secara aktif melalui berbagai forum internasional dalam upaya mengakhiri konflik Rusia dan Ukraina pun perlu memperhatikan sikap Gerakan Non-Blok sehingga tidak menimbulkan polemik baru antara Indonesia dengan kedua negara tersebut.
2. Ketua ASEAN 2023.
Sebagai ketua ASEAN 2023, Indonesia tentunya akan menghadapi tantangan internal maupun eksternal seperti adanya konflik pelanggaran HAM di Myanmar dan kehadiran Timor Leste sebagai anggota baru ASEAN beserta konflik Cina-AS yang semakin memanas khususnya dalam keterlibatan keduanya sebagai mitra ASEAN.
Indonesia perlu memperhatikan tantangan negara anggota serta permasalahan internasional yang berdampak pada ASEAN. Sehingga bagaimana Indonesia memastikan sentralitas, relevansi, serta solidaritas kawasan ASEAN menjadi langkah yang penting dipersiapkan menuju ketua ASEAN 2023.
Sangat penting Indonesia memastikan masuknya Timor Leste tidak mengganggu berbagai agenda ASEAN dan mengembalikan solidaritas sertakredibilitas ASEAN dalam penanganan krisis politik di Myanmar. Sekaligus menangani pembahasan draft terkait kawasan Laut Cina Selatan yang dapat disepakati semua pihak.
Tahun 2023 menjadi peluang sekaligus tantangan terhadap politik dan ekonomi Indonesia. Terlepas dari tiga rangkaian KTT tahun ini, penentuan langkah yang tepat dan hati-hati sangat penting dipertimbangkan dalam menyambut dunia perpolitikan dan ekonomi kedepannya.