Korean Wave dan Gen Z di Indonesia

Saat ini di Indonesia perkembangan zaman maupun teknologi sudah  berkembang sangat pesat termasuk juga perkembangan media sosial dan internet yang memudahkan masyarakat Indonesia untuk berkomunikasi serta mengakses informasi baru. Masyarakat Indonesia juga bisa mengetahui informasi dari negara luar hanya dengan internet. 

Sebagian besar masyarakat di Indonesia banyak memiliki akun-akun media sosial seperti instagram, facebook, twitter dan sebagainya. Akun tersebut digunakan untuk memudahkan mereka dalam mengakses dunia luar seperti gaya hidup, gaya berpakaian, musik, dan tontonan. 

Teknologi tidak hanya memudahkan penyebaran informasi tetapi juga memudahkan penyebaran mengenai budaya dari berbagai negara. Menurut Grail Research (2011), gen Z atau generasi Z adalah generasi pertama yang sebenar-benarnya generasi internet. Generasi sebelumnya yaitu generasi Y masih mengalami transisi teknologi hingga menuju internet, sedangkan generasi Z lahir saat teknologi tersebut sudah tersedia. 

Karena hal itu generasi Z memiliki karakter yang menggemari teknologi, lebih cerdas, fleksibel, dan toleran pada perbedaan budaya yang ada. Generasi Z dekat dengan adanya teknologi, maka karena itu mereka dengan mudah mendapatkan informasi-informasi baru dan cepat terbawa pengaruh budaya luar seperti dari pakaian, musik, tontonan, dan sebagainya. Salah satu negara yang membawa pengaruh besar dalam hal ini adalah negara Korea Selatan.

Korea Selatan merupakan salah satu negara yang memberikan banyak pengaruh budaya terhadap remaja gen Z di Indonesia. Korean Wave yang memiliki arti gelombang Korea, mampu memperkenalkan budaya Korea Selatan kepada remaja gen Z di Indonesia dengan baik, dan cenderung mempengaruhi gaya hidup yang mereka miliki. Mulai dari gaya berpakaian, cara bersikap, selera musik, makanan, produk kecantikan, dan lain sebagainya. 

Para remaja gen Z saat ini cenderung menyukai musik K-Pop/Korean Pop (Musik Pop Korea) dan sudah jarang mendengarkan musik dari negara sendiri. Tidak hanya itu, gaya berpakaian mereka pun juga sudah terpengaruh dengan style Korea, seperti menggunakan crop top, celana pendek, dan sebagainya. 

Korea Selatan juga memberikan pengaruh dari sisi tontonan. Sebagian besar dari mereka menyukai drama Korea yang memiliki banyak alur menarik. mereka sangat antusias dan bersemangat jika menyangkut hal-hal yang berbau Korea. Mereka juga lebih tertarik untuk mempelajari bahasa Korea dibandingkan belajar bahasa daerah dari negara sendiri. 

Hal ini tentunya memberikan dampak yang besar terhadap kecenderungan remaja gen Z di Indonesia. Mereka seakan kehilangan jati dirinya sendiri karena sebagian besar terpengaruh oleh budaya Korea dan lupa akan budaya negara sendiri. 


Das Man menurut Martin Heidegger

Heidegger mengatakan bahwa manusia memiliki rasa keterjatuhan, di mana manusia membiarkan dirinya jatuh dan terperangkap dalam eksistensi yang sekedar mengikuti orang lain. Dalam kondisi ini, manusia membiarkan dan mengizinkan orang lain untuk mengatur dan membentuk eksistensinya. Cara berpakaian, gaya bicara, berpikir, bergaya, bercita rasa, public figure, iklan, dan media massa merupakan tujuan dan acuan hidup dari manusia. Heidegger beranggapan bahwa manusia yang memilih untuk menjadi das man adalah hal yang wajar dialami oleh manusia.

Manusia memiliki alasan untuk menjadi das man yaitu menjadi orang yang tidak otentik dan kehilangan keunikan untuk menjadi versi terbaik dari diri sendiri yang berarti hidup dengan cara mengizinkan orang lain memutuskan apa yang terbaik bagi dirinya. Dengan cara tersebut perasaan manusia yang cemas akan tanggung jawab akan terasa terbebaskan karena jika memutuskan sendiri manusia sering merasa cemas karena tidak tahu risiko apa yang akan terjadi.

Karena itulah manusia memilih untuk menjadi das man (tidak otentik) sehingga kecemasan dan tanggung jawab dari perbuatannya yang gagal nantinya akan ditanggung bersama dengan orang lain yang memutuskan hal tersebut. Manusia selalu tunduk, menyerah dan membiarkan dirinya terbawa jauh dari dirinya. Jadi eksistensi manusia adalah bertumpu pada orang lain.


Korean Wave dan Das Man pada Gen Z di Indonesia

Bisa kita lihat, bahwa perilaku das man (tidak otentik) sangat terlihat dalam kasus pengaruh budaya Korea pada gen Z di Indonesia saat ini. Seperti yang sudah dikatakan oleh Heidegger bahwa manusia memiliki rasa keterjatuhan, yaitu membiarkan orang lain memutuskan apa yang terbaik bagi dirinya, misalnya dalam cara berpakaian, gaya bicara, berpikir, dan sebagainya. Jadi manusia memilih untuk menjadi das man (tidak otentik) dan eksistensi manusia adalah bertumpu pada orang lain.

Sama seperti remaja gen Z di Indonesia pada saat ini, banyak dari mereka yang mengikuti gaya berpakaian seperti orang Korea, sehingga ciri khas berpakaian mereka ini hampir sama. Mereka juga banyak menyukai public figure dari Korea seperti idol dan aktornya, mereka juga menyukai berbagai macam makanan dan camilan dari negara Korea ini. 

Mereka dengan senang hati menerima pengaruh tersebut karena banyaknya remaja lain yang melakukan hal itu. Hal ini mereka lakukan karena sebenarnya mereka takut menjadi berbeda dari yang lain dan takut diejek karena ketinggalan tren. Karena hal itulah mereka menjadi mengikuti dan membiarkan orang lain mengatur mereka, sehingga perasaan cemas akan beban mereka nantinya menghilang karena mereka merasa hal ini akan ditanggung bersama-sama.

Hal ini tanpa disadari membuat para remaja gen Z di Indonesia menjadi kehilangan keunikan dari diri mereka masing-masing. Dan karena selalu mengikuti orang lain dan membiarkan orang lain mengatur mereka akhirnya membuat mereka menjadi tidak memiliki kesempatan untuk menunjukkan diri mereka yang terbaik dengan menjadi diri mereka sendiri.


Kesimpulan

Perkembangan teknologi yang semakin maju memberikan dampak kepada remaja gen Z di Indonesia. Mereka menjadi mudah terbawa pengaruh budaya dari negara lain. Hal ini membuat mereka menjadi tidak otentik.

Pandangan dari Martin Heidegger ini bisa dihubungkan kepada mengapa remaja gen Z di Indonesia banyak mengikuti dan mudah terpengaruh oleh budaya luar. Dimana hal ini dipengaruhi oleh rasa 'keterjatuhan' yang berarti eksistensi manusia hanya sekedar mengikuti orang lain yang akhirnya menjadi das man (tidak otentik).