Prayoga Pratama Wijaya, dari nama saja sudah terpampang betapa gagahnya dirinya. Seorang Perwira TNI yang sholeh pemikat hati Sonia.
Rajin sholat tepat waktu, suara merdunya sewaktu ngaji membuat siapapun Wanita yang melirik tak mampu menahan untuk tidak tertarik.Sonia salah satu pengagum rahasianya.
Sonia adalah seorang guru TK yang sangat sederhana. Sonia yang berasal dari desa ini bertemu dengan Tama sewaktu di Desa Karasungkan sewaktu Tama mengabdi menjaga wilayah perbatasan jaga-jaga jika akan terjadi peperangan.
Awal mula perkenalan Sonia dengan Tama sungguh tidak terduga. Sewaktu istirahat murid Sonia berlari histeris keluar rumah karena saking excited nya bertemu tentara. Ayah murid Sonia yang dulunya pensiunan Tentara sangat kagum dan bangga saat bertemu tentara.
Saking excitednya hampir saja murid Sonia tertabrak tank yang di kendarai dua orang terntara tersebut. Turunlah seorang tentara tampan yang berparas manis nan rupawan, Prayoga Pratama Wijaya namanya.
Sorot mata teduh dan berparas laki-laki baik ini mengguncangkan perasaan Sonia saat ia mengembangkan senyum murid nya, Febri yang terkenal pendiam sejak ditinggalkan ayahnya.
Momen singkat inilah pembuka perkenalan yang tidak terduga di antara mereka. Setelah itu di jam makan siang, Sonia memilih pulang lebih awal karena vertigonya kambuh. Semalam menyelesaikan tugas kuliah S-2 nya yang mendekati deadline.
Sonia memang seselesainya kuliah S-1 ia menyambi mengajar di salah satu Sekolah Dasar Negeri di kampungnya.
Sebelum perjalanan pulang, Sonia mampir di warung soto untuk makan terlebih dahulu dan bertemu lah ia dengan Tama dan perkenalan lebih lanjut bermula di situ.
Seakan semesta merencanakan pertemuan Sonia dengan Tama dipersering. Salah satunya di malam itu, di acara pengajian di Desa nya Tama menjadi qori’ pengganti karena di sebuah acara kegiatan di kelurahan ada kendala teknis.
Taburan benih cinta yang tumbuh tanpa sengaja merambat di hati Sonia, meski tumbuh tanpa perawatan sang empunya. Obrolan panjang pun terangkai dalam kesyahduan malam.
Melihat hal itu Ido, teman Sonia yang sejak lama menyukai Sonia pun merasakan kecemburuan. Ido seorang pria mapan yang bernama lengkap Ivano Denando sebentar lagi ia melanjutkan kuliah di luar negeri dengan beasiswa.
Pria yang memiliki nama panggilan Ido juga merupakan idaman wanita di kampungnya. Akan tetapi sayang, sampai saat inipun ia tidak mampu menaklukan hati Sonia, wanita pujaan hatinya.
Ido tahu betul bahwasanya Sonia memiliki masalah dengan dirinya sendiri, dan Sonia ingin menyelesaikan permasalahannya sendiri terlebih dahulu, maka dari itu Ido mencoba menahan perasaannya untuk tidak mengatakan pada Sonia, karena takut Sonia menghindarinya.
Bagaimana pun, apa boleh buat Sonia saat ini malah terpincut dengan seorang tentara. Sayangnya, tentara tersebut meskipun masih menyandang gelar single, namun di hatinya masih dipenuhi Wanita yang ia damba di kota kelahirannya.
Betapa hancur hatinya Sonia.
Aku seorang Wanita pendiam yang merasa belum selesai dengan diri sendiri. Merasa jika ada seorang yang tidak menyukaiku aku akan merasa menjadi seorang yang paling buruk sedunia. Biar ku jabarkan bagaimana perasaanku saat ini.
Sudah sejak lama aku merasa sering diselimuti kesendirian. Entah terkesan tidak mampu mensyukuri kehidupan. Namun, inilah hasil dari pengalaman atau kejadian buruk yang menimpa gadis kecil yang semasa kecil ada pengasuhan yang keliru dan lingkungan yang tidak bersahabat.
Jika kutuliskan satu-satu ada rasa apakah aku malah mengungkit takdir yang tercipta untukku? Namun, jika tidak dijabarkan satu-satu aku tidak ingin selama hidup dirundung kepiluan seperti ini.
Mungkin tidak banyak dari orang merasakan demikian, namun inilah yang aku rasakan. Menjadi orang yang sulit sekali terhubung dengan orang lain. Menjadi rekan yang merepotkan karena orang lain terkesan mempunyai tanggungan moral menjaga perasaankui. Menjadi teman yang tidak mampu menciptakan kehangatan. Menjadi sahabat yang tidak mampu memberi kepercayaan. Capek? Jangan tanya, sulit sekali saya jelaskan.
Jika kawan pembaca merasakan hal serupa, berarti kita sama. Namun, jika kawan pembaca tidak mengalamin, percuma saya jelaskan panjang lebar di sini.
Bullshit lontar dari mereka yang tidak merasakan, jika kalian yang tidak bisa memahami namun mengomentari, alhasil jatuhnya hanya bisa menghakimi. Perasaan yang kami rasakan ialah ada sebuah tembok besar yang menghalangi kami menuju kehangatan dan keintimiman.
Ada prinsip ideal yang selalu kami pakai untuk memandang kehidupan. Prinsip saklek yang didoktrin sejak kecil dan kita bawa hingga sekarang, walakhir seringkali menemui kesalahpahaman dengan orang.
Hal fatal yang aku khawatirkan ialah, dalam masalah jodoh dan pernikahan. Bagaimana ke depan jika masalah pada diri sendiri ini tidak kunjung terselesaikan. Namun, aku akan terus berusaha untuk memperbaiki itu semua.
Mas Tama yang aku damba ternyata tidak mengharapkan aku secercah cahaya saja. Sakit? Sungguh. Namun bagaimana pun dunia harus tetap berjalan.
Aku mau bersaing dengan semua cewek yang menyukaimu. Tapi aku memilih mundur jika harus bersaing dengan seseorang yang ada di hatimu sekarang. Mungkin kamu terlalu sempurna untuk diriku yang rakyat biasa ini.
Setelah sakit hati yang Sonia rasakan, Ido temannya dari kecil selalu mendampingi kemanapun Sonia ingin menghibur diri.
Sonia baru tersadar, untuk apa mencintai pria yang tidak mencintainya. Ia memiliki pembelajaran penting dari semua itu, bahwasanya lebih baik hidup dengan pria yang mencintainya daripada mengorbankan diri mencintai seorang yang tidak mencintai kita. Sampailah pada akhirnya Sonia terbuka atas segala pengorbanan yang Ido berikan, luluhlah hati Sonia dan jatuh cinta lah ia pada Ido.