Perkenalkan saya seorang mantan jomblo dan juga mantan karateka. Saya berkecimpung di dunia karate sejak saya jomblo hingga saya ditinggal nikah, sungguh tragis kan.

Eh, di sini saya tidak akan curhat masalah asmara saya atau memperkenalkan produk, baik produk pencerahan kulit hingga pencerahan rohani atau MLM bersyariah dan berpahala, tapi saya ingin mengemukakan sebuah masalah. Sebuah Masalah yang membuat kita gagal dalam segalanya yanki kita beda keyakinan. Saya yakin saya cukup tampan dan dia yakin saya tidak. Hancur toh.

Tapi, masalah sesungguhnya adalah ketika saya melihat fenomena yang ada di dunia Facebook Indonesia, khususnya tentang isu karateka yang dilarang memakai kerudung sewaktu kumite (pertandingan adu jotos) sungguh mengugah memori indah saya.

Eh, bukan ketika saya dilarang memakai jilbab, tetapi ketika awal mula menginjakkan kaki di matras lapangan pertandingan, sunguh penuh gairah dan rasa yang tidak bisa dijelaskan dengn kata-kata, oleh karena itu tidak saya tulis, sebab tidak bisa diungkapkan toh.

Pengalaman pertama kali saya ketika pertama kali ikut pertandingan, adalah saya ikut, saya kalah dengan terhormat, bukan karena saya dilarang mengunakan jilbab dan tidak bersedia membuka jilbab sebagaimana berita yang berkembang. Tetapi karena lawan saya terlalu lemah dan saya tidak mau menyakitinya jadi saya mengalah dengan terhormat. Sebab saya terlalu banyak "main kasar" sehingga sebelum di diskualifikasi mending saya mengalahkan diri.

Eh, pasti kalian tidak percaya dengan saya, ya itu urusan anda bukan urusan negara, sebab negara menjamin kepercayaan warga negaranya. So, percaya saja jika jomblo akan bahagia pada waktunya, dan percayalah hal itu hanya kepercayaan jomblo.

Pengalaman lainnya adalah ketika melakukan technical meeting, di antara orang-orang yang berpakaian serbakeren, baju atlit dan pastinya hots pant bagi sebagian atlit cewek, yang aduhai. Saya memberanikan diri datang dengan memaki sarung lengkap dengan peci dan baju khasnya, dan alhamdulillah saya tidak dilarang masuk, saya sih enjoy.

Tapi teman saya banyak yang menjauh dan ketika ditanya kenal saya atau tidak, mereka mengatakan tidak kenal, kan kampret toh.

Oh ya, saya punya guru atau Simpe yang juga seorang Kiai dengan gelar Sabuk hitam DAN IV, dia baik dan tidak pernah mencampuradukkan agama dan olahraga, sebab dia profesional. Menurut beliau, karate itu baik, sebab menjaga kesehatan dan membuat kita khusuk ketika berpikir dan berpikir lebih lama. Long time, Bro. Bahkan, dia berteman baik dengan sorang Simpe "kafir" dari Surabaya, tapi beliau tidak pernah mempersoalkan hal itu.

Oh ya selain kafir dia seorang keturunan China juga loh, seram toh. Memang dalam pertandingan karate khususnya kumite alias adu jotos, sebenarnya penampilan bukanlah hal penting. Sebab, nilai yang didapat bukan dari itu tetapi dari akurasi serangan, penempatan titik serangan dann tehnik yang digunakan.

Tidak ada larangan memakai atribut keagaaman, kecuali atribut senam lantai, atribut sporter bola dan atribut lainnya, yang tidak bisa melindungi bagian tubuh dari pukulan dan tendangan. Tapi memang dilarang menggunakan atribut keagamaan seperti memakai jubah atau imamah, sebab ya ndak mungkin toh dia melakukan tendangan meigeri jodan atau mawasi geri (tendangan dengan kaki tinggi pokoknya deh) dengan pakaian itu.