Jika kita mendengar ungkapan “teror di Paris”, semua pasti memberikan respon yang cepat. Ya, sebuah tregedi yang menelan banyak nyawa yang tak berdosa. Kejadiannya memang sudah lama. Namun ingatannya masih pekat menghantui pikiran kita. Atau mungkin pikiran seluruh umat di dunia.
Bagaimana jika ungkapan serupa dilontarkan kepada kita, namun dengan sedikit redaksi yang berbeda, “teror di Istanbul”. Mungkin, tidak banyak yang mengerti. Jangankan untuk mengerti, tahu sekilas saja mungkin tidak seberapa. Padahal, kejadiannya baru beberapa hari yang silam. Korbannya, cukup banyak. Tidak kalah banyak dengan yang terjadi di Paris itu. 42 orang yang meregang nyawa. Sebuah angka yang spektakuler!
Waktu itu, sekitar 3 hari yang lalu, suapan ku tiba-tiba terhenti. Waktu itu aku tengah makan sahur bersama keluarga. Suara yang muncul dari seorang penyiar berita di sebuah statisiun televisi berhasil menyita perhatianku. Katanya, telah meledak beberapa bom di sebuah bandara. Entah bandara yang mana, aku tak tahu. Awalnya ku kira di salah satu bandara di Indonesia, ternyata di bandara Istanbul, Turkey. Oh.. Turkey. Tiba-tiba aku kebelet ingin tertawa. Aku tertawa.. ya, tertawa..
Lho, dengar musibah kok malah tertawa? Ya, memang. Aku memang tertawa, tapi tertawa ku tentu bukan tanpa alasan.
Apa anda pernah melihat, ada orang yang sedang tertawa, tapi air matanya ikut keluar? Lho, lagi tertawa kok malah nangis? Ya, begitulah.
Saking lucunya, sampai-sampai air mata ikutan keluar. Ketika sebuah tawa tak mampu lagi mewakili perasaan senang, air mata pun menjadi alternatif terakhir untuk mengungkapkan rasa bahagia yang tak terhingga. Hmm, kira-kira alasan ku tak jauh berbeda dengan logika yang barusan. Tinggal dibalik saja..
Bingung? Tentu tidak. Karena anda yang sedang membaca tulisan ini tentu mengerti bagaimana bermain logika yang baik. Ada dua alasan terbesar, mengapa rasa sedih ku harus diwakili dengan sebuah tawa. Pertama, itu terjadi di Turkey. Yang kedua, itu adalah sebuah peristiwa yang, ah, sudah sangat mainstream. Teror bom!
Turkey, saat ini terkenal dengan era kebangkitannya. Kebangkitan dari segi ekonomi, politik, pembangunan, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan kekuatan militernya yang konon mampu memberikan bantuan untuk mengatasi krisis di negeri tetangga, Suriah.
Turkey, Sebuah Negara makmur yang saat ini begitu dikagumi karena pemimpinnya yang begitu tegas dan bijak. Rakyatnya begitu cinta kepada pemimpinnya yang amat pandai menarik simpati. Ya, Recep Thayyib Erdogan. Masih jelas terekam olehku bagaimana ia mampu menyihir puluhan ribu massa saat kampanye sebelum terpilih menjadi seorang Presiden. Di sisi lain ia juga terkenal dengan ketaatan ibadahnya sebagai seorang Muslim. Benar-benar sosok pemimpin yang luar biasa.
Tersiar kabar, bahwa Turkey ikut mengambil peran dengan beberapa Negara lainnya untuk membantu Negara tetangganya, Suriah, dalam memberantas kelompok ekstrimis bernama Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS). Kekuatan militer yang cukup tangguh mampu memberikan andil yang besar untuk memberantas kelompok yang menebar teror dengan mengatasnamakan agama tersebut.
Hasilnya cukup meyakinkan. Militer yang dikirimkan pemerintah Turkey mampu menjatuhkan korban yang tidak sedikit dari kubu lawan. Mungkin hal ini yang menyebabkan negeri itu sering diteror dengan bom oleh ISIS akhir-akhir ini. Hitung-hitung buat balas dendam, atau sakit hati karena aksi mereka dihambat terus oleh militer Turkey. Entahlah.
Amat disayangkan, belakangan ini begitu banyak terjadi teror bom di Negara yang pernah menjadi pusat pemerintahan Islam itu. Niat baik pemerintah untuk membebaskan Negara tetangga dari kekacauan malah membahayakan dirinya sendiri. Ibarat sebuah pepatah, “senjata makan tuan”. Telah banyak masyarakat sipil yang berjatuhan diakibatkan aksi balas dendam yang dilakukan oleh antek-antek ISIS.
Orang-orang tak berdosa satu persatu berjatuhan diakibatkan oleh ledakan bom. Seakan apa yang dilakukan pemerintah adalah suatu dosa yang wajib dibalas, bagi mereka yang berpandangan ekstrim itu. Namun yang namanya pertempuran, semua bisa terjadi, tanpa pandang bulu. Sekarang rakyat Turkey tengah dibayang-bayangi ketakutan dan dihantui oleh kematian yang bisa datang kapan saja.
Teror bom yang terjadi baru-baru ini di sebuah bandara di Turkey itu, diklaim bukan dilakukan oleh orang muslim. Itu artinya, teror bom yang selama ini sering dikait-kaitkan dengan umat muslim, merupakan pernyataan yang sama sekali salah. Namun lagi-lagi, hal itu tidak memberikan pengaruh yang signifikan dalam mengurangi perasaan alergi terhadap Islam, atau sering disebut dengan “Islamophobia”. Alasannya, ya seperti biasa. Media.
Menyedihkan sekali memang, pengeboman. Saking mainstreamnya perbuatan ini, hingga aku tidak punya ekspresi yang lebih cocok lagi selain tertawa. Ya, tertawa. Mau menangis, semua orang pasti mampu melakukannya. Dan sudah pasti siapapun akan menangis mendengar kejadian seperti ini.
Kecuali bagi mereka yang punya hati, namun tidak tahu bagaimana cara menggunakannya. Dan bagiku, sebuah tangisan tidak mampu lagi mewakili kesedihan ku saat ini. Alasannya, ya sama seperti yang telah dicontohkan diatas tadi. Orang yang lagi tertawa, tapi ujung-ujung nya malah meneteskan air mata. Tinggal dibalik saja.
Bagaimana dengan Teror yang terjadi di Negara-negara lain? Ya, sama saja. Amat menyedihkan. Begitu banyak kelompok-kelompok tertentu yang mengatasnamakan agama, melakukan aksi-aksi teror untuk membantai orang-orang yang tidak sejalan dengan prinsip mereka. Ah, ini yang berbahaya bung. Agama yang seharusnya menjaga dan melindungi keselamatan manusia, malah dibelokkan oleh mereka yang berpengatahuan dangkal itu.
Aku rasa, semua kekacauan yang marak terjadi di timur tengah sekarang, disebabkan oleh sikap yang terlalu fanatic tersebut. Tidak menerima perbedaan, atau menganggap dirinya yang paling benar, adalah beberapa alasan yang membuat banyaknya terjadi perpecahan dan perang saudara antara sesama penganut sebuah agama yang sama. Seharusnya, ini tidak pantas terjadi. Apalagi oleh umat Islam yang telah diajarkan dengan nilai-nilai kedamaian oleh Allah dan Rasul-Nya.
Balik lagi ke teror bom. Sebenarnya sangat wajar bila saat ini marak terjadi Islamophobia di beberapa tempat di berbagai belahan dunia. Meskipun kita umat Islam merasa sakit mendengarnya, namun itu tidak dapat dicegah. Selain memang beberapa golongan tertentu di dalam umat Islam sendiri yang melakukan teror-teror itu, peran media juga ikut andil dalam memperbesar pengaruh Islamophobia ini.
Kita dan mereka, harus pandai-pandai memilah media. Ada media yang memberitakan suatu peristiwa secara objektif, namun lebih banyak yang subjektif. Jika tidak hati-hati, khawatirnya malah kita yang mengidap penyakit “Islamophobia”. Padahal, tidak sedikit dari kalangan non-muslim yang juga melakukan hal yang sama, teror bom.
Intinya, saat ini kita sedang berada dalam situasi yang darurat. Jika tidak dimulai dari diri kita, lalu siapa lagi? Sudah saatnya masing-masing kita membekali diri dengan pengetahuan yang matang dan pas tentang agama. Jangan mudah diperdaya oleh orang-orang yang tak berakal, yang sedikit-sedikit mengatasnamakan agama.
Pandai-pandailah berpikir, agar agama anda tidak sekedar dijadikan topeng oleh mereka yang berepengetahuan yang dangkal itu. Sebab, kedamaian merupakan asas terpenting dalam sebuah agama. Begitu juga dengan Islam.