Akhir-akhir ini negara +62 sedang tidak baik-baik saja. Ada saja hal yang membuat geleng-geleng kepala. Mulai dari instansi penegak hukum yang membongkar aibnya sendiri dengan berkedok pelecehan seksual istri jenderal tetapi aslinya pembunuhan berencana lalu ada banyak orang yang meninggal dunia dengan cara yang sia-sia hanya karena rusuh saat menonton bola. Semua itu seolah-olah nyawa bukan lagi hal yang berharga.

Saat itu tepatnya pukul 5 sore, aku sedang menonton tv di ruang tamu. Semua acara menayangkan tantang tewasnya seorang brigadier J. Aku jadi bertanya-tanya, “kenapa lagi nih ?, berita tv semakin hari semakin aneh saja.” Sambil membuka buku pedoman kalkulus. Niat awalnya sih belajar tetapi karena melihat berita yang lumayan HOT itu, aku jadi lupa tujuan awal untuk belajar.

Oiya belum perkenalan. Aku Anis mahasiswa pendidikan matematika salah satu kampus negeri di daerahku. Tidak tahu juga kenapa aku pilih matematika yang kata banyak orang sulit atau terlalu rumit. Saat itu, aku hanya berpikir cari kampus terdekat dengan rumah karena tidak boleh kuliah di luar daerah oleh orang tua.

Untuk alasan aku pilih pendidikan matematika sebenarnya sederhana karena matematika tidak perlu banyak berpikir terlalu jauh.  Rumus sudah ditentukan di buku dan kata orang yang masuk matematika itu terkenal pintar. Iya betul, aku hanya ingin pengakuan bahwa aku ini pintar tetapi aslinya biasa aja sih setidaknya bisa membanggakan orang tuaku walaupun sedikit.

Sebenarnya besok pagi, aku ada kuliah dengan dosen yang terkenal disiplin. Jadi, itu alasan kenapa aku memegang buku kalkulus walaupun tidak dibaca pada akhirnya. Malah tertarik dengan breaking news di salah satu tv berlogo merah.

Telah terjadi penembakan di Duren Tiga dengan korban satu orang ajudan polisi begitu kira-kira judulnya. Reporter tv tersebut mulai menjelaskan kronologi kejadian di TKP.

“Ferdy Sambo melaporkan terjadi peristiwa tembak menembak antara Bharada Richard Eliezer atau Bharada E dengan Brigadir J, yang diduga terjadi karena ada pelecehan terhadap istri Ferdy Sambo, yakni Putri Chandrawati, oleh Brigadir J.” ucap reporter tersebut.

Aku sempat merasa skeptis dengan kelakuan para penguasa, hanya karena rasa cemburu peluru pun keluar menembus hingga nyawa melayang. Sungguh, sangat tidak masuk akal. Orang yang digadang-gadang memiliki pangkat tinggi dan kharisma itu melakukan hal bodoh semacam itu. Apakah saat Ia melakukan penembakan sempat terpikirkan jabatan yang telah diraih dengan susah payah atau malah tidak peduli karena jabatannya diraih dengan cara kotor.

Sudah bukan rahasia umum bahwa instansi tersebut memang terkenal dengan praktik semua hal bisa diraih atau diselesaikan jika punya uang. Setelah berpikir lumayan nyinyir aku tahu bahwa permasalahan tidak sesederhana itu. Mungkin judul tadi hanya sebagai pengalihan isu atau menutupi pelaku kejahatan dengan memutar balikkan fakta. Aku terus mengikuti berita sampai azan magrib terdengar.

“Sholat dulu nak, habis itu sini bantuin ibuk masak, bukannya nyapu atau mengupas bawang malah mejeng di depan tv dari sore” begitulah ibukku setiap hari. Sambil menghela napas, aku mematikan tv dan menuju kamar untuk melaksanakan Sholat Magrib.

Bagaimana lagi, nasib kuliah di daerah sendiri berarti tetap di rumah dan mendengarkan omelan ibuk setiap hari walaupun tadi kan niatku sudah benar yaitu membawa buku kalkulus dan belajar. Salahkan saja beritanya, tumben hari ini seru tidak seperti biasanya selalu memberitakan gaya hidup para artis yang setiap hari cerai-nikah seperti berganti pakaian terasa gampang sekali.

Malam harinya aku mencoba untuk memahami materi kalkulus yang akan diajarkan besok. Mulai membuka halaman per halaman dan mencatat hal penting. 

Setidaknya buku catatanku sudah terisi satu halaman penuh kemudian memberanikan diri untuk mengerjakan soal latihan. Saat mencoba nomor satu, aku lumayan terkejut karena menurutku soal tersebut gampang jika dikerjakan menggunakan rumus yang sudah ku catat sayangnya pertanyaanya bukan menyuruh untuk mengerjakan tetapi buktikan mengapa rumus itu digunakan untuk mengerjakan soal tersebut.

Kadang-kadang aku juga benci matematika, kenapa saat ada masalah yang sebenarnya jawaban sudah jelas tetapi harus diperumit dan pasti memerlukan waktu lebih lama untuk menyelesaikan.

Teringat berita tadi sore mengenai brigadier j. Setelah dilakukan outopsi ulang ternyata fakta yang ditemukan oleh pihak keluarga berbeda dengan hasil dari polisi. Banyak sekali hal yang seolah-olah sengaja direkayasa agar penyelidikan berjalan semakin lama. Mulai dari luka tembak lalu pengakuan Putri Candrawati yang menjadi korban dan meminta perlindungan dari sebuah organisasi setelah itu polisi dengan pangkat terendah menjadi kambing hitam dari pelaku sebenarnya.

Pagi menjelang, Aku lumayan terburu-buru saat akan berangkat ke kampus karena semalam malah begadang memikirkan berbagai kemungkinan tentang berita yang sedang trending itu. Tetapi tenang, walaupun salah satu tujuanku masuk pendidikan matematika adalah ingin di cap sebagai orang pintar, aku lumayan pintar kok buktinya tadi malam aku sudah mencoba mengerjakan nomor satu walaupun tidak menemukan jawaban. Setidaknya aku tidak termasuk yang paling bodoh.

Dosen yang digadang-gadang paling disiplin itu masuk ke ruangan tepat pukul 07.30. Tanpa salam langsung menyalakan layar proyektor. Ternyata benar materi yang aku pelajari semalam dijelaskan kembali pagi ini. Setelah menjelaskan panjang kali lebar tiba saatnya untuk latihan soal. Soalnya pun sama seperti soal yang semalam coba aku kerjakan. 

Saat dosen menjelaskan nomor satu sudah aku duga bahwa jika jawabannya ditulis dalam lembar folio akan membutuhkan 1 halaman penuh. Padahal hanya membahas soal sepele tetapi membuktikannya butuh cara Panjang dan lumayan rumit.

Setalah ditelaah ternyata ada hubungan antara matematika dengan berita pembunuhan brigadir Joshua yaitu memperumit sesuatu yang sebetulnya sudah terlihat jelas jawabannya. Setidaknya matematika pasti menemukan hasil akhir dan dapat dibuktikan juga kebenarannya, tidak seperti kasus pembunuhan brigadir Joshua yang entah sampai kapan berlangsung. Semoga hasil akhir dapat adil bagi semua pihak.