Bagaimana jadinya ketika Anda tiba-tiba terbangun dari tidur dan tubuh Anda yang berubah menjadi makhluk berbeda? Apa yang akan Anda lakukan? Kira-kira, bagaimana reaksi orang-orang sekitar Anda? 

Buku Metamorfosa Samsa ini akan menjawab semua pertanyaan itu.  

Pada suatu pagi, Gregor Samsa, si tokoh cerita, terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya telah berubah menjadi seekor serangga, seperti kumbang atau kecoa. Ia terlentang dengan batok punggungnya yang keras dan kakinya yang banyak.

Tentu ia kaget dan bingung dengan apa yang menimpa dirinya. Sekian pertanyaan berkelebat dalam benaknya tentang sebab dirinya menjadi makhluk yang berbeda. Juga, apa yang akan dilakukan dengan dirinya yang baru.

Belum selesai Gregor menemukan jawab atas pertanyaan itu, ia harus berpikir tentang pekerjaannya sebagai seorang pedagang kain keliling. Hari itu, mestinya ia harus naik kereta pukul tujuh untuk pergi ke kantor. Sementara, ia sendiri kesulitan untuk bangun dari tempat tidurnya.

Apalagi, ketika menjelang siang, petugas dari kantor datang ke rumahnya. Ia ingin memastikan kondisinya. Mereka mengira Gregor sakit. Namun, apa daya, ia sungguh tidak bisa kembali seperti semula, tetap terkurung dalam tubuh barunya.

Dalam situasi itu, ia khawatir jika dipecat. Bukan keadaan dirinya yang ia cemaskan, namun, sejauh ini, ia telah menjadi gantungan hidup kedua orang tua dan adiknya. 

Sejak ia tidak bekerja, mereka seperti kehilangan daya. Gagal sebagai manusia. Lemah, lunglai, sakit-sakitan, dan bahkan gagal untuk menghidupi dirinya sendiri. Termasuk untuk mengerjakan hal-hal sepele untuk hidup mereka.  

Karena desakan rasa khawatir itu, ia bersusah payah berusaha membuka pintu. Hingga ia berhasil menyelesaikan pekerjaan mahabesar itu. Namun, seperti yang ia dibayangkan sebelumnya: semua orang kaget ketika menghadapi dirinya dalam wujud seekor serangga. Termasuk orang tua dan adiknya.

Orang tua George merasa kalut. Pegawai kantornya juga segera bergegas pergi. Lalu, setelah itu, hanya kesunyian dan kesendirian yang dirasakan Gregor. Ia makin menyadari, yang berlaku pada dirinya bukan mimpi, namun kenyataan. Ia bukan lagi manusia, namun benar-benar seekor serangga.

Dalam situasi seperti itu, Gregor berusaha tenang. Ia selalu yakin bahwa pertimbangan yang berasal dari pikiran jernih, dan ketenangan, lebih baik daripada kesimpulan yang diambil di tengah keputusasaan.

Ia harus menerima fakta bahwa ibu dan adiknya jelas merasa jijik dan takut dengan tubuh barunya. Dan, semenjak itu, mereka juga berubah dalam memperlakukannya. Ia bukan lagi orang istimewa dalam keluarganya. Ia tidak berharga. Ia bukan orang yang bisa digantungi, namun justru sebaliknya. Karenanya, sejak saat itu, kedua orang tuanya seolah tidak peduli pada dirinya.

Selepas Gregor dipecat dari pekerjaan, kondisi ekonomi keluarganya kolaps. Dan semenjak itu juga, ada banyak yang  berubah dalam keluarganya. Di antaranya, keadaan itu telah memaksa ayahnya membuka rahasia keluarga. Ternyata, selama ini, ia masih memiliki simpanan uang. Termasuk uang yang ia sisihkan dari gaji Gregor saat bekerja.

Karena tuntutan situasi, semua orang di keluarganya Gregor juga sibuk bekerja. Meskipun karenanya perhatian mereka pada Gregor juga berkurang. Adiknya hanya sambil lalu saja memberinya makan dan membersihkan kamarnya. Berbeda dengan sebelum-sebelumnya.

Gregor sendiri, makin hari, ia dapat makin mampu beradaptasi dengan perubahan tubuhnya. Ia tidak lagi merayap dilantai, namun juga didinding. Bahkan ia dapat menggantung di langit-langit kamar. Sampai akhirnya, ia merasa biasa dan dapat menikmati diri serta hidupnya yang baru.

Namun, pada suatu hari, ketika ibunya masuk ke kamar, ia tak sengaja melihat Gregor. Perempuan tua itu kaget dan pingsan. Hal itu memicu sedikit kegaduhan. 

Pasalnya, ketika ayahnya pulang kerja, adiknya bercerita tentang kejadian itu. Lalu, lelaki tua itu murka. Ia berusaha mengejar Gregor, sambil melemparinya buah-buahan, yang sebagian lemparan itu berhasil meremukan punggungnya.

Makin hari, kondisi Gregor makin memburuk. Kamarnya kotor tak terurus. Karena ketiga kamar di rumahnya disewakan, maka kamar Gregor disulap menjadi gudang untuk orang yang mengontrak rumahnya.

Sampai pada suatu ketika, para pengontrak rumah itu mendapati Gregor keluar kamar. Dan mereka merasa jijik dan marah Pak Samsa, ayah Gregor. Mereka mengancam akan meninggalkan rumahnya dengan tidak membayar. Situasi itu memicu membuat ayah dan adiknya marah besar pada Gregor.

Mereka memasukkan Gregor di kamar dan menguncinya. Gregor merasa sangat sedih. Fisiknya juga lemah karena lapar. Makin hari kondisinya makin memburuk. Hingga pada suatu malam, Gregor menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Esok paginya, ia ditemukan pembantunya terkulai di lantai. Meninggal. Tentu, semua orang dalam keluarga itu kaget. Meskipun, mereka juga merasa lega. Merasa bebas.

Selepas itu, kebiasaan orang tua dan adiknya berubah. Mereka menjadi rajin bekerja. Karenanya, mereka kemudian punya pekerjaan yang bagus dan menjanjikan. Mereka juga bisa pindah apartemen di lokasi yang lebih strategis. 

Begitulah ketika orang tidak tergantung pada orang lain, mereka akan mampu menjadi manusia yang sesungguhnya.

Riwayat Buku

  • Judul: Metamorfosa Samsa
  • Penulis: Franz Kafka
  • Penerjemah: Sigit Susanto
  • Penerbit: Penerbit Baca
  • Cetakan: Pertama, 2018
  • Tebal: 100 halaman
  • ISBN: 978-602-6486-19-6