Dalam menghadapi masalah kehidupan, manusia mempunyai berbagai macam cara untuk mengatasinya. Ada yang memikirkannya lalu dia mendapatkan jawaban dari permasalahannya, kemudian dia melaksanakan jawaban yang dia peroleh dari pemikirannya. Ada pula yang mencari suasana baru untuk merelaksasikan diri agar mendapat kondisi yang baik dalam memecahkan permasalahannya. Saat dia mendapatkan suasana yang diinginkannya, orang tersebut lalu mencari jawaban dari persoalan hidupnya.
Selain itu, bahkan ada pula yang rela mengorbankan tenaganya dengan cara kekerasan, misalnya memukul benda apa saja yang ada di sekitarnya, ataupun berteriak sekeras-kerasnya. Setelah tenaga mereka habis dan mereka sendiri mulai merasa lemas, barulah mereka dapat menemukan jawaban yang mereka inginkan. Aneh bukan? Tapi itulah manusia. Mereka mempunyai cara mereka tersendiri dalam menghadapi permasalahan hidupnya.
Berkaitan dengan hal di atas, sebagai manusia tentunya saya mempunyai cara tersendiri dalam mengatasi problematika yang saya hadapi selama ini. Hal yang paling manjur dan sering saya lakukan adalah dengan mendengarkan musik. Jadi, ketika sebuah masalah datang saya lebih berhasrat untuk mendengarkan musik, atau lebih tepatnya saya suka mendengarkan lantunan suara yang tersusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan efek pada kondisi emosional yang saya hadapi saat itu.
Misalnya, ketika saya merasa sedih maka saya akan mencari musik yang berirama santai, damai penuh dengan ketenangan, atau minimal mendengarkan irama yang menyegarkan dan membawa keceriaan. Lain halnya bila saya merasa lesu, tidak bersemangat untuk melakukan suatu pekerjaan, maka saya akan menyetel lagu yang bisa membangkitkan gairah, tentunya bukan dengan lagu mellow atau irama yang melankonis, tapi dengan lagu atau irama yang menghentak dan penuh gairah.
Tentunya dua contoh kondisi yang saya utarakan barusan berikut lagu pendampingnya pernah dialami oleh sebagian besar manusia lainnya. Dari sinilah timbul pertanyaan di benak saya, apa yang menyebabkan hal itu terjadi? Mengapa musik dapat mengubah kondisi seseorang cukup hanya dengan mendengarkannya?
Sejauh ini, saya menyangka bahwa sebagian manusia mempunyai naluri tersendiri untuk mencari hal yang dapat membantunya dalam menghadapi permasalahan. Musik atau irama lain yang menyerupainya merupakan sebuah sarana untuk menyalurkan pemikiran atau rasa yang ada pada pemain musik itu sendiri. Jadi, musik dapat menyalurkan energi jika orang yang memainkannya tahu bagaimana cara untuk memainkan alat musik yang sedang dimainkannya.
Seorang pemain musik akan melahirkan irama-irama yang indah jika dia tahu bagaimana cara memainkannya. Dan sebagaimana kita ketahui, manusia pada umumnya suka akan keindahan. Maka, tatkala dia merasakan keindahan suatu irama, dia akan mendengarkannya. Nah, saat dia mendengarkan, peran keindahan itu diambil alih pemain musik.
Pemain musik yang baik adalah pemain musik yang dapat menyampaikan perasaan yang sedang dirasakannya melalui perantara alat musiknya. Sehingga, alat musiknya melahirkan suatu ritme irama yang menggambarkan kondisinya saat itu.
Lalu, bagaimana cara seorang pendengar bisa merasakan energi perasaan yang disampaikan oleh sang pemain musik?
Gampang saja. Dia hanya cukup menyimak dan mendengarkan alunan musik tersebut serta mengikuti irama yang sedang dimainkan. Mau tidak mau, sebuah transformasi perasaan terjadi pada saat itu juga. Getaran-getaran suara yang dilahirkan oleh pemain musik lewat perantara alat musik yang dimainkannya itu akan diterima oleh indera sang pendengar.
Namun, bukan hanya getaran suara saja yang akan diterima olehnya, tapi energi yang menyertai getaran itu mau tidak mau akan diterima begitu saja oleh sang pendengar. Maka, tidak heran ketika kita mendengar lagu yang dibawakan dengan irama melankonis, kita merasa terharu. Tiba-tiba saja kita seakan dihipnotis dan dibawa pada alam bawah sadar serta turut terhanyut merasakan apa yang dirasakan oleh sang pemain musik.
Lain halnya ketika kita mendengarkan musik yang menghentak dan memacu semangat. Misalnya lagu pop yang bernada beat up. Bisa dipastikan kita ikut serta hanyut dalam euforia dan ritme irama yang sedang dimainkan. Maka tak jarang pula tubuh kita turut ingin berjoget ria mengikuti musik yang dimainkan.
Misalnya juga, jika irama rendah dan slow maka kita merasa santai dan enjoy. Namun ketika irama diganti dengan nada tinggi dan ritme cepat, bisa saja kita merasakan klimaks, larut dalam histeria irama yang dimainkan.
Berhubung dengan sangkaan di atas, saya tidak merasa heran bilamana saya dihadapkan pada masalah yang membuat sedih, lantas saya mencari lagu yang cocok sehingga membuat saya rileks. Begitu pun dengan kondisi emosional lain yang datang silih berganti. Maka, tak salah bila di mp3 terdapat bermacam-macam lagu dengan genre yang berbeda. Hal ini sangat membantu untuk menghadapi permasalahan yang ada.
Namun, satu hal yang tidak bisa saya pungkiri bahwasanya, sebagus apapun musik dengan iramanya dibuat, sebaik apapun seorang pemain musik memainkannya, bagi saya, lantunan ayat suci Al-Qur’an tiada bandingannya. Begitu juga tak ada yang bisa mengalahkan keindahan salawat pada Rasul setelah lantunan Al-Qur’an. Jadi, saya bingung bagaimana cara menyimpulkan tulisan saya ini. Saya persilakan Anda untuk menyimpulkannya sendiri. Sekian.