Seiring berjalannya waktu, peradaban semakin bergerak maju menjauhi masa. Dalam hal ini pola pikir manusia juga perlahan berubah mengikuti alur zaman yang semakin maju dan berkembang pesat. Pada masa dewasa ini kita dapat melihat sendiri betapa pesatnya kemajuan zaman dalam era baru ini. Mengilas balik tentang peradaban, ada sebuah peradaban yang sangat layak untuk diperhatikan dan dibahas dengan sangat serius, sebab ia cukup andil dalam kemajuan zaman.

Apakah demikian? Ya, jawabannya adalah media tulis. Media tulis adalah sebuah media yang telah cukup lama mengambil bagian  dalam perjalanan hidup dunia ini. Media tulis sudah sangat lama mengisi dan mendampingi kehidupan manusia, kerena perannya yang sudah dianggap sangat berkontribusi bagi kehidupan manusia sehari-hari. Meskipun media tulis bukanlah suatu kebutuhan primer, namun kita sudah sangat sadar dan tahu betul bahwa peran media tulis adalah suatu yang sangat penting sehingga media tulis menjadi suatu kebutuhan pelengkap yang sangat dibutuhkan kehadirannya hingga sampai saat ini.

Pada tulisan kali ini,kita akan membahas tentang media tulis. Mungkin semua orang sudah sangat tahu apa itu media tulis. Ya, tentunya media tulis adalah tempat kita untuk menuliskan sesuatu. Namun beberapa dari kita mungkin ada yang bertanya-tanya, apa saja yang bisa dijadikan sebagai media tulis? Untuk menuliskan sesuatu, mungkin kita bisa menulis dimana saja, seperti dibatu, diatas pasir, dikulit kayu atau dimanapun itu. Namun, yang paling umumnya tentu kita akan lebih memilih kertas untuk menjadi media tulis dari tulisan kita, apapun itu, kata maupun angka. Penemuan tulisan ditemukan pada dua tempat yang berbeda: Mesopotamia (khususnya Sumer kuno) sekitar 3200 SM dan Mesoamerika sekitar 600 SM. Dua belas naskah kuno Mesoamerika diketahui berasal dari Zapotec, Meksiko. Sementara itu, tempat berkembangnya tulisan masih menjadi perdebatan antara di Mesir yaitu sekitar 3200 SM atau di China pada 1300 SM, sehingga menjadi cikal-bakal dimulainya era tulisan mulai dikenal. Pada mulanya, manusia tidak serta-merta langsung mengguratkan tulisannya pada kertas, tapi ada juga yang menjadikan batu sebagai tempat media tulis. Hingga pada akhirnya pengenalan tulisan sampai ke Nusantara sehingga sejarah-sejarah mulai ditulis, seperti tulisan-tulisan pada prasasti-prasasti atau guratan-guratan lain pada dinding gua.

Namun memasuki era melenial, peradaban baru media tulis dimulai dengan ditemukannya kertas sebagai benda yang sesuai untuk menuliskan kata ataupun angka-angka serta gambar-gambar. Setelah kertas muncul dan menunjukkan eksistensinya sebagai benda yang berguna selama bertahun-tahun hingga sampai sekarang, perannya masih belum bisa dilepaskan dari pelukan kebiasaan manusia yang lebih senang menulis pada lembaran kertas. Kertas telah menjadi teman sejarah sebab sanggup menyimpan cerita yang bernilai history dengan sangat rapi hingga kita dapat merasakan sendiri perannya dalam tinta-tinta yang kita baca dari setiap lembar-lembarnya itu. Kertas juga menjadi teman para penyair, anak sekolah, mahasiswa hingga sampai tukang penjual gorengan, dan kita semua telah  sama-sama merasakan hangat kehadirannya  dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan bahkan kertas dapat dikatakan telah berhasil menjadi  legenda yang tak kunjung lenyap. Meskipun ada beberapa yang beranggapan bahwa keberadaannya malah akan menjadi dampak buruk bagi kelangsungan ekosistem, sebab kehadirannya yang berasal dari pohon-pohon yang melindungi hutan akan sangat tidak lazim bila seandainya produksi kertas semakin ditambah dan ditambah. Namun para pencinta kertas tentu saja tidak akan setuju dengan hal ini, karena bahkan mereka yang menyanggah keberadaan kertas itupun sebenarnya membutuhkan yang namanya kertas. Tidak bisa dipungkiri, kalau kertas adalah benda wajib yang yang selalu terisi dalam tas-tas sekolah mereka serta anak-anak mereka kini dan kelak nanti.

Namun dunia semakin maju dengan temuan-temuan baru zaman, yang telah berhasil mengubah haluan sampan kehidupan kepada era baru yang bernama Digital. Hal ini tentu sudah bukan menjadi rahasia lagi, sebab kita semua serta penulis sendiri pun merasakan betul perubahan baru yang sepertinya pelan-pelan akan menyingkirkan kebiasaan lama termasuk kebiasaan menjadikan kertas sebagai media tulis.

Mungkin kertas memang dihasilkan dari pohon-pohon kayu yang menjadi pelindung bumi, tapi ini serta merta bukan tentang keegoisan tapi tentang kecintaan yang sudah singgah sejak lama. Kertas telah bercerita banyak tentang isi dunia ini, sejarah atau apapun itu. Namun, di usianya yang semakin menua dan berdampingan pula dengan era digital membuat kertas semakin tersaingi oleh media tulis digital seperti, komputer,handphone serta media digital lainnya, ini disebabkan karena media tulis digital dianggap lebih praktis dan efisien serta dapat menyimpan tulisan dengan lebih baik dan aman.

Kertas kian tersudutkan oleh kemajuan zaman, meskipun keberadaannya masih tetap ada, namun kecintaan pengguna terhadap kertas perlahan semakin tercuri oleh modernnya era digital. Orang-orang modern jaman sekarang lebih suka menuliskan sesuatu pada media tulis digital utamanya pada handphone, benda kecil namun praktis. Hal ini tentu berbanding tebalik dengan kebiasaan orang-orang di zaman sebelum benda-benda media tulis digital ini ditemukan dan tersebar ke belahan dunia, Mau tidak mau orang-orang akan tetap menulis pada kertas, seperti mengirim sebuah surat contohnya. Bisa kita lihat sendiri pada saat sekarang ini orang-orang sudah sangat jarang sekali mengirim pesan lewat sebuah surat pada kertas, melainkan lebih memilih e-mail sebagai media pengiriman surat elektronik. Selain dianggap lebih praktis, e-mail juga dapat menjangkau tempat yang di tuju dengan cepat meskipun jauh. Sedangkan pengiriman surat pada kertas dianggap akan sangat membutuhkan waktu yang sangat lama serta lebih repot. Mungkin karena kepraktisan media tulis digital lah orang-orang masa kini lebih memilih untuk berpaling dari kertas dan beralih kepada media digital.

Media tulis digital juga dianggap lebih ramah lingkungan, dengan ini pohon-pohon akan tetap tumbuh lestari sehingga dapat melindungi bumi dengan baik. Sedangkan kertas dianggap akan mencemari lingkungan sebab asalnya yang tercipta dari pohon dan akan menjadikan populasi pohon di dunia akan semakin berkurang sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan yang akan membawa dampak buruk pada bumi. Jika kita fikir-fikir, memang mungkin ada benarnya juga. Tapi lagi-lagi ini tentang kecintaan , oleh separuh penduduk bumi atau mungkin bahkan lebih yang masih mencintai kertas. Kalaupun seandainya media tulis digital akan lebih menguasai lebih dari pada kertas dan kemudia kertas berhenti untuk di produksi sehingga langka, bagaimana mungkin semua penduduk bumi akan membeli media tulis digital, bagaimana mungkin orang-orang tua dan orang-orang desa bahkan yang terpencil akan menggunakan media digital untuk menulis. Apabila media tulis digital akan mengisi seluruh dunia ini, tentu bisa kita fikirkan juga berapa banyak dan seberapa besar radiasi yang di timbukan oleh media tulis yang berbau digital. Tentu mungkin ini juga akan ada dampak buruk yang terjadi pada bumi ini bukan.

Bagaimana jika seandainya kertas benar-benar hilang?

Apakah dunia akan menjadi lebih baik?

Menurut saya, belum tentu. Coba kita bayangkan dulu seberapa lama kertas telah berdampingan dengan manusia? Sudah cukup lama bukan. Kertas tidak menjadi satu-satunya penyebab kerusakan pada bumi, bisa kita lihat penyabab lainnya seperti plastik, polusi dan efek dari rumah kaca. Ketiga hal tadi saya kira kehadirannya akan lebih merusak bumi dibandingkan dengan kertas. Kertas terbuat dari pohon, pohon akan bisa ditanami kembali serta penguraian limbah kertas sangat lah mudah terurai meskipun kertas menjadi sampah dijalanan, ia akan terurai dengan sendirinya dan menyatu dengan tanah. Bagaimana dengan plastik? Sudah tentu akan sangat lama terurai pada tanah bukan.

Membahas kembali tentang tersudutnya kertas oleh media digital, ini tentu sangatlah di sayangkan sebab akan ada dampak-dampak negatif yang akan muncul pada akhirnya meskipun disamping itu terdapat juga sisi positif nya. Orang-orang akan lebih senang menulis dengan menekan tombol daripada menulis dengan mengayunkan jari dengan pena, hal ini tentunya akan mengurangi sisi kreatifitas manusia dan selain itu terlalu sering menulis  dengan media digital akan membuat mata lebih sering bertemu dengan layar atau monitor, sehingga akan menyebabkan penyakit pada mata yang ditimbulkan oleh cahaya layar dari alat elektronik yang dimaksud.

Untuk itu, marilah sama-sama kita kembali beralih kepada kertas untuk kita jadikan sebagai media tulis, meskipun tidak sepraktis media tulis elektronik masa kini. Tapi setidaknya, dengan menulis pada kertas akan menambah daya kreatifitas kita dan menghindari kita dari penyakit mata yang disebabkan layar monitor elektronik yang sering kita pergunakan.

Marilah kembali mencintai kertas dan menjadikannya lestari kembali, dengan cara lebih sering menggunakannya sebagai media tulis kita.