Kertas pertama kali diciptakan oleh bangsa Cina. Tsai Lun adalah orang yang menemukan kertas yang dibuat dari bahan bambu yang mudah didapatkan di Cina pada tahun 101 Masehi. Teknik pembuatan kertas jatuh ke tangan orang-orang Arab pada masa Abbasiyah setelah kalahnya pasukan Dinasti Tang dalam Pertempuran Sungai Talas pada tahun 751 Masehi. Para tawanan perang mengajarkan cara pembuatan kertas kepada orang-orang arab, sehingga kemudian munculah industri-industri kertas disana.
Keberadaan kertas dalam kehidupan manusia cukup penting, karena kertas berfungsi sebagai pencatat ilmu pengetahuan, media untuk promosi. perdagangan, sarana untuk menyampaikan pikiran serta gagasan, dan Iain-Iain. Di atas permukaannyalah terletak berbagai informasi yang ingin disampaikan, misalnya tulisan atau gambar.
Kertas awalnya hanya media tulis, baca dan media informasi, namun seiring perkembangannya fungsi kertas menjadi luas menjadi media lain seperti media lukis, media perhiasan, media kebersihan dan media lainnya. Tidak pernah di pikirkan bahwa kertas ini akan menjadi bahan yang sangat dibutuhkan oleh manusia.
Kertas merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam kegiatan sehari-hari,sehingga pemakaian kertas setiap harinya berjumlah sangat besar. Pemakaian kertas tersebut seperti surat kabar, majalah, buku, kemasan, surat-surat, kertas faks, fotokopi dan kertas cetak. Kebutuhan kertas yang berjumlah besar itu selain mendorong produksi industri kertas, ternyata juga menimbulkan masalah-masalah lain seperti masalah lingkungan, yang di dalamnya mencakup masalah-masalah penebangan pohon di hutan, sampah, pencemaran air dan udara.
Data Kementerian Perindustrian menunjukkan kebutuhan kertas di kancah global kini berkisar 394 juta ton. Jumlah ini diyakini tumbuh 24,4% menjadi 490 juta ton pada 2020. Konsumsi kertas di dunia diramalkan tumbuh rerata 2,1% per tahun, sedangkan pasar negara-negara berkembang naik 4,1% per tahun dan negara maju 0,5%.
Indonesia merupakan salah satu produsen bubur kertas dan kertas yang diperhitungkan di dunia. Untuk pulp peringkat RI ke-9, sedangkan produksi kertas di urutan ke-6. Di level Asia, produksi pulp dan kertas Indonesia nomor tiga terbanyak. Pada tahun lalu utilisasi produksi kertas sekitar 80%. Persentase ini berasal dari kapasitas produksi 13 juta ton tetapi realisasi produksi hanya 10,4 juta ton.
Untuk memenuhi kebutuhan kertas itu, jutaan pohon telah ditebang. Dengan luas hutan 98 juta hektar, Departemen Kehutanan memetakan selama periode 2010-2015, angka deforestasi hutan Indonesia sebesar 1,15 juta hektar. Dilihat dari besarnya angka, memang angka deforestasi yang terjadi lebih rendah dari Brazil, yaitu sebesar 4,3 juta hektar, tapi pada kenyataannya luas hutan Indonesia lebih kecil ketimbang Brazil yang mempunyai luas 478 juta hektar. Untuk memenuhi kebutuhan pulp setiap tonnya diperlukan 4,6 meter kubik kayu dan setiap jam hutan seluas 5 kali lapangan sepak bola ditebang untuk menghasilkan kertas.
Kemajuan teknologi diharapkan mengurangi kebutuhan manusia akan kertas. Surat telah berganti e-mail, kejadian-kejadian aktual tak hanya bisa dibaca melalui koran, tapi juga melalui situs-situs portal berita yang menawarkan update berita yang lebih cepat. Dengan adanya handpon android kini manusia dimanjakan dengan situs berita online dengan kemudahan dan kecepatan. Namun tetap saja keberadaan kertas belum bisa dihilangkan sepenuhnya dari kehidupan sehari-hari. Masyarakat masih memerlukan kertas dalam wujud buku, surat kabar, print out laporan pekerjaan, keperluan kuliah atau sekolah dan berbagai hal lainnya.
Ketergantungan manusia akan kerta membayangi kehidupan manusia, kemenduaan hati manusia akan kertas dan teknologi menjadi masalah baru dalam era digital, teknologi digital diciptakan dengan tujuan untuk mengurangi pemakian kertas, namun produksi dan bisnis kertas semakin meningkat. Ketergantungan manusia akan kertas membuat manusia memikirkan hal-hal baru dalam membuat kertas.
Mengatur keseimbangan antara kertas bisa dilakukan dengan menjaga pemakaian dan menciptakan energi terbarukan dalam proses pembuatan kertas dan bahan baku dalam pembuatan kertas, tidak mudah mengatur keseimbangannya, butuh kampanye dan sosialisasi kepada masyarakat.
- Beragam cara dapat dilakukan dalam penghematan kertas. Diantaranya adalah dengan lebih mengutamakan penggunaan sapu tangan dibanding tisu. Sapu tangan jauh lebih efisien untuk kegunaan jangka panjang dibanding dengan tisu. Tak hanya itu, lebih teliti dalam mencetak tulisan juga membantu dalam penghematan kertas. Kadang sewaktu mengetik seseorang langsung saja mencetaknya tanpa meneliti terlebih dahulu apakah tulisan tersebut benar-benar sudah siap. Imbasnya kertas cetakan tersebut akan terbuang sia-sia.
- Selain dengan menghemat kertas, penyelamatan hutan Indonesia juga dapat dilakukan dengan kegiatan penanaman pohon yang rutin dan optimalisasi hutan produksi untuk memasok kebutuhan kayu. Kemudian diperlukan langkah perbaikan strategi penebangan pohon, sehingga pohon yang ditebang benar-benar sesuai kebutuhan dan tidak asal-asalan.
- Di samping itu perlu digagas dan dibudidayakan alternatif bahan pembuat kertas, seperti eceng gondok, daun nanas, batang pisang, kulit singkong, tandan kelapa sawit, dan lainnya yang tentu lebih ramah lingkungan. Transformasi bahan baku pembuatan kertas dari kayu menjadi tanaman sehari-hari tersebut akan mendukung penyelamatan hutan dengan tetap membudayakan kertas dan literasi.
Memasuki era milinial, arus teknologi masuk tidak terbendung. Digitalisasi akan semua media komunikasi menjadikan kertas tidak lagi diminati. Dimulai oleh seorang Charles Babbage (1791-1871) berkebangsaan Inggris yang menemukan komputer pertama kali melalui bentuk kalkulator. Penemuannya ini memicu para ahli lainnya untuk menciptakan media-media digital lainnya agar mempermudah umat manusia dalam hal teknologi.
Kebiasaan menulis secara manual yang dianggap kuno, menjadi alasan penemuan-penemuan seperti komputer dan handpone sebagai media komunikasi dalam era Modern saat itu. Selain kertas yang ditulis jika tidak dijaga dan dirawat (dan pasti lambat laun) akan hancur dimakan usia. Tidak bisa dipungkiri bahwa ternyata di balik anugrah yang dimilikinya ternyata kertas juga punya kelemahan. Kelemahannya adalah usia.
Keterbatasan manusia dalam ingatan, menjadikan kertas hilang citra baiknya dimata manusia. Lupa meletakkan, harus mencoret tulisan yang salah, berganti-ganti kertas melahirkan teknologi seperti Microsoft Office dan generasi di bawahnya. Selanjutnya karena dampak yang merusak lingkungan, penggunaan kertas mulai jadi perhatian pemerintah. Negara mulai membatasi penebangan secara massal untuk menghindari dampak kerusakan lingkungan akibat ditebang untuk dijadikan kertas. Fitur seperti Microsoft Office sangat membantu untuk meminimalisir penggunaan kertas. Jika dahulu menulis di atas kertas, maka saat ini kita bisa menulis dalam bentuk yang berbeda dan alat berbeda.
Di era global seperti saat ini, dunia digital masuk dan hadir menjadi alternatif selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan krisis penemuhan kertas yang sudah merajalela. Melalui teknologi komputer saat ini. Bahkan di dunia tulis menulis saat ini, kehadiran world wide web atau biasa dikenal dengan WWW menambah metode baru dalam menggantikan peran kertas sebagai alat tulis menulis. Semua orang sudah bisa menuliskan sesuatu melalui halaman-halaman digital untuk mengisahkan peristiwa saat ini dan menjadi sejarah di masa depan.
Selain kertas yang digunakan untuk media ekspresi dan komunikasi yang sudah digantikan oleh komputer, muncul lagi pengganti uang (yang bahan dasarkan kertas) berbentuk “digital money”.Dahulu uang kertas yang digunakan dalam bertransaksi dan menjadi alat tukar, diubah bentuknya dalam bentuk digital yang disimpan pada Bank. Memiliki banyak uang kertas mulai dianggap kuno sebagai alat tukar serta ditambah muncul istilah e-commerce (belanja elektronik). Maka muncullah model pembayaran melalui transaksi digital yang disebut Payment. Payment merupakan transaksi yang menggunakan akun bank sebagai media transaksi. Akhirnya banyak orang yang mulai enggan menggunakan uang kertas sebagai alat bayar.
Lalu seiring dengan berjalannya waktu muncul lagi saat ini, mata uang digital yang dianggap sebagai “uang masa depan”. Uang itu disebut Bitcoin. Bitcoin dianggap sebagai mata uang tertinggi dan punya invertasi yang menjadikan. Saya sendiri juga tidak tahu, apakah nanti akan ada jenis mata uang baru yang akhirnya memupuskan harapan kertas untuk menjadi idola seperti saat masa-masa kejayaannya dahulu.
Namun, walau begitu sebagai wujud cinta saya pada kertas, sampai saat ini saya masih menyimpan uang kertas sebagai simbol sebuah “warisan”. Semoga anak cucu kita tahu bahwa ada dizaman dahulu kala, benda itu sangat hebat dan sangat berharga. Hingga orang rela mati deminya.
Semoga kita tetap menjaga kertas dan mewarisinya keanak cucu kita. Ibarat sebuah syair Melayu lama, biarlah matahari terbit di barat, biar langit akan runtuh, bahkan saat ketika dunia tak berwarna, jagalah kertas sebagai sebuah cerita sejarah.
Kesepakatan dunia berisi bahwa pengubahan bahan kertas menjadi digital adalah salah satu solusi untuk mengehentikan pemanasan global. Tapi kajian mengenai dampak hilangnya kertas nantinya belum di pahami secara transparan. Manusia hanya melihat pangkalnya saja. Tetapi ujung dari pengguanan kertas perlu di pertimbangkan dengan matang.
Bagi saya, pengguanan kertas haruslah dibatasi bahkan ditekan hingga batas yang seimbang. Tapi tidak boleh menghilangkan pengaruhnya dalam ketiga bidang kehidupan manusia tersebut. Agama, ilmu pengetahuan dan sosial harus terus beriringan dengan pengguanaan kertas. Bidang lain mungkin bisa direalisasikan dengan pergantian digital seperti sektor ekonomi, hiburan, kesehatan,seni dll mungkin akan tetap berjalan baik tanpa adanya kertas.
Pembatasan pengguanaan hanya di bidang yang di prioritaskan adalah solusi yang mungkin menjadi langkah terbaik. Agama butuh kitab suci yang berwujud agar penganut penganutnya memahami secara detail karena sesungguhnya keberadaan kitab suci tidak boleh sembarangan untuk digantikan oleh hal lain. Perwujudan kitab suci yang berganti menjadi digital justru akan mengganggu isi ajaran agama.