Jika berbicara tentang kertas, maka sudah tak asing bagi kita. Kertas banyak kita jumpai dimana saja, mulai dari warung kaki lima, kampus, kantor, toko, mall, pasar. Selain berfungsi untuk keperluan tulis menulis, kertas juga berfungsi sebagai bungkus gorengan, karya seni, untuk undian saat arisan, dan masih banyak lagi. Tetapi apakah kita benar-benar telah mengenal kertas? Atau kita hanya mengenal kertas secara definisi dan secara material saja? Maka untuk benar-benar mengenal dan memahami kertas, kita juga harus tahu asal-usul kertas dan mengkaji nilai nilai filosofi yang dibawanya sehingga kita bisa memetik hikmah dalam memaknai kertas itu sendiri.
SEJARAH SINGKAT
Kertas berasal dari kata Papyrus (Cyperus Papyrus) yaitu salah satu jenis tanaman air yang digunakan sebagai bahan pembuatan kertas pada masa peradaban Mesir Kuno, lebih tepatnya pada masa Fir’aun. Dari nama tanaman Papyrus inilah, muncul istilah paper (Inggris)/ papier (Perancis)/ papel (Spanyol)/ kertas (Indonesia). Jika pada masa peradaban Mesir Kuno masih menggunakan tanaman jenis Cyperus Papyrus sebagai bahan utama pembuatan kertas, maka seiring berkembangnya pengetahuan manusia, ditemukanlah bahan-bahan lain untuk membuat kertas dengan kualitas yang lebih bagus dan rapi, yaitu kulit hewan, bambu dan kayu. Dan pada masa peradaban China, bambu mulai dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kertas. Menurut sejarah resmi Dinasti Han, Tsai Lun tercatat sebagai penemu pembuatan kertas dari bahan bambu pada tahun 101 Masehi.
Di negara China dan Jepang, mayoritas masih menggunakan bambu sebagai bahan baku pembuatan kertas. Dan cara pengolahannya pun masih tradisional. Beberapa jenis bambu yang banyak dipakai sebagai bahan baku pembuatan kertas adalah Bambusa bambos (L.) Voss (pring ori) atau Bambusa vulgaris Schrader ex Wendland (pring ampel). Menurut Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), jenis kayu yang sering digunakan sebagai bahan baku kertas di Indonesia adalah jenis Akasia (Acacia Mangium). Jenis ini banyak tumbuh di wilayah Papua Nugini, Papua Barat dan Maluku. Kayu jenis ini bagus digunakan sebagai bahan baku kertas karena merupakan jenis kayu yang tumbuh cepat, tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi dan tidak begitu terpengaruh oleh jenis tanahnya serta berserat pendek, sehingga pengolahannya menjadi bubur kertas lebih mudah. Kayunya bernilai ekonomi tinggi karena selain bagus untuk bahan baku kertas, kayu jenis Acacia Mangium merupakan bahan yang baik untuk perabot rumah yang menarik seperti : lemari, kusen pintu, dan jendela serta baik untuk bahan bakar. Sebelum menjadi kertas pun , sudah bermanfaat tentunya,
NILAI EKONOMI
Kertas juga turut andil dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Terlihat dari data FAO (2013), total nilai ekspor Indonesia pada tahun 2011 dalam produksi kertas sebesar 3,544 juta dolar. Dan pada pasar dunia, industri kertas Indonesia memperlihatkan perkembangan yang cukup baik, karena pada tahun 2002 Indonesia menempati peringkat 12 sebagai eksportir kertas dan meningkat ke peringkat 9 pada tahun 2011. Saat ini industri kertas nasional sudah berhasil mengekspor hasil produksi ke 90 negara di dunia. Oleh karena itu, salah satu usaha untuk dapat menggapai cita-cita sebagai produsen kertas terbesar kedua dunia, maka produsen terus meningkatkan kapasitas produksi guna mengejar tingkat efisiensi. Dengan kapasitas mesin kertas yang saat ini sudah dioperasikan, dapat menghasilkan kertas sebesar 12,9 juta ton per-tahun sehingga Indonesia menempati peringkat keenam dunia. Intinya, Industri kertas di Indonesia sudah dapat bersaing di dunia. Dan bayangkan, jika kita para manusia dapat mendaur ulang kertas bekas secara mandiri, selain perekonomian negara akan lebih maju, hutan terlestarikan, dan bumi dapat kita jaga dan pelihara.
MEMAKNAI KERTAS
Saat manusia ditanya tentang fungsi kertas dalam kehidupan, maka jawaban yang umum terlontar adalah kertas berfungsi sebagai sarana komunikasi dan informasi. Baik dalam bentuk surat, majalah, buku, koran, dan sebagainya. Jawaban yang ada pada umumnya masih dalam konteks yang sempit, tulis menulis dan percetakan. Tetapi jika kita bahas dalam konteks yang lebih luas, maka kertas memiliki banyak fungsi, salah satunya sebagai karya seni yang banyak didapati saat ini. Jadi, jika ditanya tentang apa fungsi kertas dalam kehidupan manusia?, maka jawaban saya pribadi, yaitu kembali ke tugas manusia yang berperan sebagai khalifah di bumi, dan harus menjaga serta menjadikannya pedoman hidup sehingga kita dapat berada di jalan-Nya yang lurus. Singkatnya fungsi kertas adalah sebagai salah satu pedoman hidup yang harus kita ambil dan kita jaga nilai-nilai positifnya. Karena kertas merupakan bagian dari semesta, dan di dalamnya terdapat ‘nur’, yang mana merupakan salah satu wujud kita yang lain. Jika berbicara tentang ‘nur’, maka ‘nur’ tak pernah mati, sehingga kertas juga akan tetap hidup dan tak terkalahkan oleh teknologi, internet dan sarana komunikasi online yang menggusur kertas, seperti e-book contohnya. Teknologi yang bernama e-book ini terus menerus menjajah kertas, buku, dan jenis pustaka lainnya. Meski demikian ada beberapa wilayah tertentu yang tak bisa dijajah oleh e-book. Sebenarnya konteks ‘menjajah’ ini adalah salah satu paradoks yang mana tergantung dari perspektif pemikiran masing-masing. Kertas memiliki fungsi yang lebih luas dan nilai nilai yang tinggi. Jika kita pergi ke warung-warung, atau pergi ke restoran, kertas tetap ada dan masih digunakan sebagai pembungkus nasi atau lauk, daftar menu, nota, dan semacamnya. Di toilet pun kertas digunakan sebagai tisu toilet. Kertas juga masih dipakai sebagai kalender, ijazah, papir rokok, tas, dan keperluan lainnya. Kertas tak tergantikan. Kenapa tak tergantikan? Karena kertas tak sekedar kertas.
Segala sesuatu di semesta ini bila dikaji lebih mendalam maka memiliki suatu makna, nilai dan pesan tersendiri. Begitu pula jika kita mengkaji kertas. Kertas adalah sodaqoh dari pendahulu-pendahulunya, yaitu pohon, air, udara, sinar matahari yang diproses dan diolah. Ya, merupakan sodaqoh karena suatu kebaikan yang menciptakan kebaikan pula. Kebaikan yang tak pernah habis. Dengan segala pengorbanannya, kertas memberi manfaat pada semua manusia dari segala sisi. Dari anak-anak sampai orang tua pun kertas sangat berjasa. Kertas bukanlah ‘sampah’. Yang begitu habis digunakan, kita buang begitu saja. Kita sebagai manusia selalu lupa untuk menghargai. Terlebih lagi, kertas juga berperan tinggi dalam membantu perekonomian banyak negara, terutama negara kita Indonesia. Buku MADILOG (Materialisme, Dialektika, dan Logika) karya Tan Malaka, adalah salah satu contoh buku yang di dalamnya mengajarkan kita untuk selalu memahami, memikirkan, dan memaknai segala hal dalam semesta dan nilai-nilai pemikiran positif Tan Malaka yang diimplementasikan untuk kebaikan bangsa. Jika kita sebagai manusia, dapat memahami, memaknai kertas sebagai suatu nilai yang harus kita jaga dan kita lestarikan. Bahwa kertas adalah suatu rantai kebaikan yang harus kita hargai dan kita implementasikan nilai-nilai positifnya untuk diri kita dan seluruh yang ada di semesta, sehingga kita dapat memaknai bahwa sesungguhnya kita adalah kertas, dan kertas adalah kita.