Korea Selatan merupakan salah satu kiblat para beauty enthusiast di dunia. Banyak sekali inovasi kecantikan yang dihasilkan negeri ginseng ini, mulai dari tren perawatan kulit hingga oprek mimik wajah, semisal yang pernah viral: Glass Skin, Honey Skin, dan Cloudless Skin.
Topografi kulit wajah tersebut membentuk kesan innocent alias polos, tak berdosa. Mereka mampu menghilangkan kekhasan mimik wajah yang negatif, seperti: kejam, murung, perundung, kanibal, dan lainnya.
Berbagai jenis ekspresi yang tidak mudah untuk dikontrol dan terjadi atas reaksi terhadap emosi-emosi tertentu, yang hanya muncul sebentar saja, bisa sampai 1/25 detik, ternyata dapat mereka seragamkan dengan bedah plastik.
Pemetaan mimik wajah yang seragam ini, sebenarnya, ingin menampilkan kesan innocent.
Kesan polos atau innocent dari para beauty pageant atau model Korea Selatan ini biasanya selalu menyertakan paketan tubuh yang semampai, anggun, tinggi langsing, kulit putih, hidung mancung, mata menawan, dan senyum simpul dengan koordinasi gigi-gigi yang rapih terawat.
Topografi wajah yang dipukul rata menjadi mimik innocent memberikan kesan bahwa mereka suka damai dan ketenangan. Dengan ekspresi wajahnya yang selalu tampak innocent memungkinkan seseorang untuk lebih mudah berkomunikasi dari pada mimik berat dan sadis.
Lihat saja bagaimana cerianya personel Girls Generation; Seoyoun. Dia juga sempat terpilih sebagai pemilik wajah paling innocent.
Sebenarnya wajah masyarakat dan pemimpinnya juga perlu untuk mengambil pelajaran dari karisma wajah-wajah innocent. Tentunya membangun kultur masyarakat yang innocent bukan hal yang mudah.
Bagaimana perwajahan dan mimik kepemimpinan dan masyarakat yang innocent tersebut?
Kepemimpinan dan masyarakat yang innocent itu bersumber dari individu yang dapat melihat dunia sebagai tempat yang aman dan nyaman untuk hidup. Pemimpin yang percaya bahwa dunia ini penuh dengan kebaikan dan keadilan.
Pemimpin tipe innocent mempunyai kepribadian nonbiadab. Dengan kultur masyarakat dan pemimpin yang innocent, tentunya akan membentuk sebuah tatanan yang unik.
Mereka akan sangat mudah percaya pada orang lain, bangsa lain ataupun pihak lain. Karena, pada dasarnya, mereka merasa bahwa semua orang adalah baik, dan dianggap baik.
Optimistik dan ekspektasi adalah ciri khas dari pemimpin yang berindividu innocent. Mereka sadar bahwa kebahagiaan datang dari menghidupkan hal-hal sederhana, nikmat yang bersahaja, ataupun dari permasalahan yang selalu dianggap ringan, atau tanpa dibesar-besarkan.
Jika dihadapkan pada sebuah kemelut politik atau permasalahan rakyatnya, pemimpin innocent langsung berpikir positif, atau melihat sebuah masalah sebagai sebuah kesempatan untuk berkomunikasi dengan baik.
Kompleksitas pada masyarakat modern yang memiliki kemajemukan gaya hidup dan orientasi nilai, diperlukanlah sebuah paket komunikasi yang dapat mewakili kepribadian yang innocent. Yaitu, sebuah komunikasi yang saling menerima, memberi ruang, mengakomodasi semua pendapat dan pandangan yang berbeda.
Tindakan komunikatif adalah tindakan yang mengarahkan diri pada konsensus. Artinya, setiap tindakan menjadi tindakan rasional yang berorientasi kepada kesepahaman, persetujuan, dan rasa saling mengerti.
Kepemimpinan innocent biasanya menyelesaikan masalah dengan strategi tradisional, misalnya mencari ahlinya untuk mencari tahu apa yang harus dilakukan.
Sementara itu, ia akan tetap berpegang pada kepercayaan bahwa masalah pasti terselesaikan, dan kepercayaan bahwa akan ada pihak lain yang bersedia membantu menyelesaikan masalah.
Masyarakat dengan tipe innocent cenderung memperhatikan kebaikan, apa yang dapat dipercaya dan bermanfaat dalam hidup dan dalam diri orang lain, dan mereka melupakan adanya sisi bahaya, ancaman dari orang lain, dan bagaimana sulit dan kerasnya hidup untuk orang lain.
Kepemimpinan innocent mempunyai kecenderungan mengerdilan dan menyederhanakan masalah dan kesulitan. Mereka selalu optimis dan sangat percaya diri, bahwa sebuah masalah pasti dapat diselesaikan dengan baik.
Masyarakat innocent biasanya menyukai dan menikmati suasana di mana seseorang yang baik dapat dengan sukses bernegosiasi dengan tantangan. Konflik dan masalah dapat diselesaikan dengan kombinasi antara keberuntungan, nasib baik, ketekunan, dan optimistik dalam mencapai suatu tujuan bersama.
Tipe kepemimpinan innocent adalah mereka sangat baik dalam memberikan inspirasi pada orang lain, dapat mengidentifikasi kesempatan dengan baik, mempertahankan keriangan dan semangat dalam memimpin.
Kebijakan-kebijakan yang mendasar dalam kepemimpinan innocent adalah untuk tetap mempertahanan harapan, walaupun dalam keadaan sesulit apa pun.
Keputusan-keputusan di dalam sebuah kepemimpinan innocent juga mempunyai kebutuhan untuk selalu dilihat baik dan positif oleh sekitar. Mereka biasanya menghindari hal-hal yang dapat membuat mereka terlihat buruk, atau merugikan orang lain.
Kepemimpinan innocent memiliki maksud untuk mencapai konsensus yang tidak memihak dan memandang para peserta lainnya sebagai pribadi-pribadi otonom yang tulus dan bertanggung jawab. Dan, ini pernah dicoba oleh Habermas dengan praktik deliberasi demokrasi.
Di tahun 90-an, Habermas merekonstruksi teori tindakan komunikatifnya ke dalam bidang politik. Habermas merekonstruksi teori demokrasi deliberatif untuk mengatasi kelemahan komplementer dalam demokrasi.
Habermas berusaha memadupadankan adanya eksistensi agama di ruang-ruang komunikatif publik guna memberi kesan wajah innocent.
Beliau mempunyai keyakinan, bahwa, melalui tindakan komunikatif yang tepat, masyarakat modern dengan segala kompleksitasnya dapat diintegrasikan. Dia ingin membentuk komunikasi yang innocent nan religius.
Menempatkan agama pada sisi-sisi komunikatif yang polos, Tampaknya, ini menjadi ciri dasar kehidupan bersama manusia.
Bagi Habermas, pluralitas yang banyak dipahami masyarakat sebagai sumber perpecahan justru berfungsi sebagai kontribusi dalam proses pembentukan opini dan aspirasi publik.
Pemikiran innocent dapat memulai pencarian titik temu atau equilibrium, dengan cara meningkatkan kritik maupun otokritik yang menjadi rekomendasi ide dalam sebuah rekonstruksi teori yang situasional.
Dialektis innocent dilakukan untuk mencari sebuah nilai yang ideal dan relevan (praksis) terhadap sistem masyarakat yang majemuk.
Oleh karena itu, Habermas tak segan-segan melakukan kritik pedas atas aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh siapa pun. Bagi Habermas, aksi-aksi kekerasan yang dilakukan tersebut merupakan bentuk kontraproduktif yang jauh dari wacana masyarakat innocent.
Deliberasi bagi masyarakat dan kepemimpinan innocent adalah musyawarah, atau menimbang-nimbang. Demokrasi bersifat deliberatif jika proses pemberian alasan atas suatu kandidat kebijakan publik, diuji lebih dahulu lewat konsultasi publik, atau diskursus publik.
Demokrasi deliberatif ingin meningkatkan intensitas partisipasi warga negara dalam proses pembentukan aspirasi dan opini agar kebijakan-kebijakan dan undang-undang yang dihasilkan oleh pihak yang memerintah makin mendekati harapan pihak yang diperintah.
Konsep Habermas tentang masyarakat postsekular sangatlah berguna untuk menilai ulang fungsi agama yang mengantongi aspirasi yang patut diperhitungkan untuk membentuk kepemimpinan dan masyarakat yang innocent.