Pernah kamu merasa cemas? Tahukah kamu. Kecemasan lahir dari pikiran tak tentu yang bersarang menjadi beban. Akibatnya, merasa tidak bisa melakukan apa-apa dan diliputi rasa takut yang berlebihan.

Kita perlu belajar mengenal cemas, kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan, sebagai reaksi umum bagi kita dalam kehidupan hari-hari dari ketidakmampuan mengatasi suatu beban atau tidak adanya rasa aman. 

Kecemasan kebanyakan disebabkan karena kita mencoba mengendalikan sesuatu di luar kendali kita. Sesuatu yang menghambat langka kita untuk maju lebih jauh. 

Kita sering kali mengalami kecemasan dalam skala kecil mau pun besar. Tapi, kalau boleh memilih sebagai manusia, pasti tidak ingin merasa cemas. 

Perasaan cemas sungguh tidak menyenangkan, karena cemas mengindikasikan pengalaman mental akan sesuatu yang menimbulkan reaksi kita, bisa jadi dari segi perilaku kita yang tidak sabar menunggu akan sesuatu. 

Memikirkan sesuatu yang kemungkinan tidak pasti selalu menggerogoti kehidupan kita, entah itu kecil atau besar menjadi beban subjektif bagi kehidupan kita. Hingga mempengaruhi kondisi psikologis kita dan merasa cemas pada yang tidak pasti. 

Menariknya, Confucius menganggap rasa cemas, sebagai tanda bahwa seseorang akan hidup di masa depan. (Baca: 99 Menit Bersama Confucius). Tapi perlu di ingat, kecemasan yang berlebihan, berdampak buruk pada kesehatan mental.

Tanda umum seseorang itu cemas atau tidak, bisa dilihat dari ekspresinya. Semisal ketegangan dari wajahnya, merasa resah, tidak bisa tenang, dan tidak bisa konsentrasi. Hal tersebut mengacu pada pengharapan akan sesuatu yang tak pasti bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.

Dalam pengalaman rasa cemas, ada dua hal yang bisa kita pelajari. Yakni, kecemasan yang bisa berdampak positif dan kecemasan  yang bisa berdampak negatif. 

Kecemasan yang berdampak positif adalah tingkat kewaspadaan kita akan sesuatu akibat rasa cemas yang berlebihan. Cemas bisa menjadi alarm tubuh bagi seseorang merespon kemungkinan apa yang terjadi pada dirinya.

Dengan begitu, kecemasan akan menjadi energi positif untuk berhati-hati dalam melakukan sesuatu. Justru itu pula lah yang mengurangi rasa cemas. Publikasi sebuah studi di jurnal Behaviour Research and Therapy juga menilai, bahwa mengubah rasa cemas menjadi energi positif, bisa mengurangi kecemasan.

Kecemasan negatif, muncul akibat sesuatu yang benar-benar belum terjadi tapi sudah kita gambarkan dalam imajinasi. Kondisi yang disebabkan karena tekanan hidup dan ketidakmampuan kita dalam mengatasi masalah, juga ketakutan akan masa depan yang berlebihan.

Dalam dunia kemahasiswaan, kita juga sering menjumpai hal tersebut. Seperti cemas melihat teman sejawat sudah lulus duluan, sementara kita belum, cemas dengan masa depan yang tidak pasti, dan cemas dengan sidang skripsi yang ditunda-tunda. Kadang, yang sangat kolot juga kita temukan, stigma bahwa membaca buku filsafat itu sesuatu yang berbahaya. Dengan kata lain kita terjerumus ke jalan yang salah, menjadi orang tidak percaya kepada Tuhan. 

Sugesti yang dibangun membuat rasa khawatir kita untuk mencoba. Akhirnya merasa cemas dan tidak ingin belajar hal baru. Padahal, kita tidak akan mengetahui maksud dari hal yang kita khawatirkan sebelum kita mencobanya.

Kita juga perlu menyadari, bahwa rasa cemas pada masa lalu akibat perbuatan tidak enak, tidak harus di ingat-ingat. Karena kita sudah tidak hidup di sana, kita hanya perlu berubah dan selalu waspada dengan apa yang kita lakukan.

Letakan semua itu di belakang dengan label masa kelam, belajar dari pengalaman itu dan rubah menjadi energi positif, jangan berlarut dalam kesedihan akibat rasa cemas berlebihan.

Justru itu menjadi pengalaman yang luar biasa. jangan kita pahami bahwa masa kelam itu sesuatu yang buruk, bagi saya bukan sesuatu yang buruk karena mengajarkan kita untuk memulai hal yang baru dan menjadi motivasi kita untuk tetap berjalan dan terus berjalan tanpa menengok ke belakang.

Hal itu menjadi alamiah bagi setiap manusia, yang membedakan adalah pengalaman kecemasannya.

Agar terhindar dari kecemasan negatif, saya menyarankan tiga hal. Ini juga untuk diri saya dan kalian yang mau membaca untuk kita sama-sama mengatasinya.

Berpikir positif dan mulai bergerak

Kadang kita banyak memikirkan banyak hal yang absurd, mengikuti hasrat dalam menginginkan sesuatu yang lebih dan lebih. Memandang sesuatu yang besar adalah nikmat, hingga orang di sekitar kita pun tidak kita peduli, hal itu yang menambah penderitaan kita karena ketidakpastian pikiran yang abstrak membuat kita putus asa.

Itulah kita manusia, jika beban yang hanya kita pikirkan tanpa bergerak. Itu hanya akan menjadi utopia bagaikan hantu yang bergentayangan di alam pikiran. Karena diam kata Heraclitus berarti mati. Maka hakikat gerak yang harus kita bangkitkan ialah menghasilkan sesuatu dalam hidup menjadi bermakna. Dengan kata lain jangan percaya pada pikiran. Hiduplah hari ini, jangan hidup dimasa lalu dan masa depan.

Sesuatu yang kita pikirkan dan khayalkan tak akan  pernah selesai jika tidak di mulai dengan 'gerak', karena semua orang bisa mengerti apa yang kita emban, tapi tidak semua orang akan memahami apa yang kita rasakan. 

Jadi, apa yang kita pikirkan akan menentukan jalan hidup kita jika disertai dengan “Gerak”. Gerak yang dimaksud kurangi tidur kita untuk ciptakan dunia yang nyata.

Kendalikan yang bisa di kendalikan

Di era ini, sebagian umat manusia berada dalam kekosongan. Kita kadang bingung dengan diri kita sendiri dari berbagai wacana yang mengandung hasutan, kecurigaan, bahkan saling memangsa dalam kelicikan.

 Maksudnya, berbagai opini yang melahirkan wacana dalam media yang kita konsumsi, sehingga bisa dikatakan “kita dalam kendali media”. Kita pun akhirnya cemas dan bingung menetapkan kepercayaan.

Di sinilah manusia mengalami keterasingan karena hidup dalam penghambaan teknologi “manja dalam berpikir dan bertindak” yang bisa saya sebut ia hidup dalam ‘Imajiner’. Bangunlah!, marilah kita hidup dalam dunia nyata atas kendali kita,  mulai dari hal-hal kecil, dari dalam diri kita.

Sesuatu yang hebat bukan karena kita pikirkan, sesuatu yang besar justru itu adalah penjara.  Jika sesuatu yang kecil tak mampu kita buat, bagaimana mungkin kita menciptakan sesuatu yang besar. yang besar itulah membuat kita cemas, karena mengikuti kehendak keinginan kita bukan atas kendali kita. 

Hargailah hal-hal yang kecil, jika kita sepelehkan hal-hal yang kecil selama itu kita bukan menjadi orang hebat. Karena tindakan kita menunjukan cara kita berada di tengah masyarakat.

Kesadaran hidup hari ini

Hidup dalam kesadaran adalah sesuatu luar biasa. Artinya,  Bagi saya tindakan kita disertai kesadaran atas diri kita adalah suatu kebebasan. Hal yang membuat kita selalu cemas karena kita tidak sadar hidup hari ini. pikiran itu berbahaya, salah mengatur kita yang kena, tapi pandai kita mengatur (kendali) kita akan menjemput kebebasan. Maka sadarlah hari ini.

Kesadaran ini muncul saat saya lihat status WA teman saya bernama Zilu. Ia menulis “kehidupan akan selalu berputar, mungkin saat ini kita sedang kesulitan, tetapi kelak kita akan merasakan manisnya kehidupan dan bisa saja kita kembali dimasa kesulitan.”

Ia sebut ini adalah filosofi jam dan “intisari dari filosofi ini tetap bersyukur dalam setiap keadaan, dan ingat bahwa dunia tempat kita diuji”.

“yang memahami diri kita adalah kita sendiri maka sadarlah hari ini untuk mulai bergerak”

Bergerak melakukan apapun yang ingin dilakukan hari ini tanpa perlu cemas pada masa depan dan sesuatu yang tidak pasti. Sadar bahwa hari ini adalah hari kita bisa bertindak dan berguna untuk orang lain dan diri sendiri.

Itulah yang saya lakukan untuk tidak cemas pada sesuatu yang tak pasti, semoga ini juga bisa kamu terapkan dalam hidup.

Tulisan ini, bukan maksud menggurui kalian tapi sekedar saling “mengingatkan” bahwa kadang kita lupa maka kita harus saling mengingatkan.

“Jika ingin mengubah dunia, mulailah dengan merapikan tempat tidur-mu”