Jika diberi pertanyaan apa fungsi kertas, maka jawaban saya adalah untuk menulis. Ya, pada umumnya fungsi kertas itu untuk menulis, tapi itu dulu. Sekarang mungkin sudah jarang orang memanfaatkan kertas untuk menulis. Mereka lebih senang menulis di handphone atau lebih tepatnya smartphone.

Ada beberapa alasan mengapa orang lebih memilih smartphone daripada kertas, di antaranya: potensi kehilangan catatan tidak sebesar apabila ditulis di kertas. Kertas bisa saja terbuang atau diterbangkan angin, sedangkan smartphone, kalau hilang, masih bisa dicari memakai kecanggihan teknologi; atau kalau file catatan terhapus, bisa buka back up datanya.

Alasan lainnya adalah menghemat penggunaan kertas. Banyak orang yang berpikiran, semakin banyak kertas yang dipakai, maka semakin banyak pohon yang ditebang untuk bahan baku pembuatan kertas. Akibatnya luas hutan berkurang dan bumi semakin rusak karena pemanasan global.

Dengan adanya kedua alasan ini, maka bisa dikatakan smartphone sukses menggantikan kertas. Belum lagi, keberadaan smartphone yang selalu ada setiap kita butuh menulis. Tidak seperti kertas dan pulpen yang tidak selalu ada di sekitar kita.

Kehadiran smartphone yang selalu ada saat kita perlu menulis membuat sebagian orang mengklaim kalau dirinya tidak lagi membutuhkan kertas. Padahal fungsi kertas itu tidak hanya untuk menulis, kertas bisa menjadi bahan baku untuk membuat beberapa benda yang kita butuhkan.

Beberapa benda ini memang terbuat dari kertas, tapi keberadaannya tidak bisa digantikan oleh smartphone. Sekalipun smartphone bisa menggantikan benda tersebut, tapi tetap saja kita akan mencari wujud fisik benda itu, karena memang kita membutuhkannya.

Saya menemukan beberapa benda itu. Dalam ceritanya, benda yang hanya berwujud selembar kertas atau lebih ini punya harga yang tidak ternilai. Berikut pemaparannya:

Ijazah, si kertas penanda telah menyelesaikan suatu jenjang pendidikan

Kita tahu, ijazah itu sangat penting. Tanpa ijazah, orang tidak akan percaya kalau kita sudah menyelesaikan suatu jenjang pendidikan. Setelah didapatkan, ijazah kita gunakan sebagai modal untuk langkah selanjutnya.

Mungkin dalam penggunaannya saat ini lebih sering dalam bentuk soft file. Akan tetapi, wujud fisik ijazah tidak bisa digantikan oleh soft file yang disimpan di smartphone. Selembar kertas yang sudah menjelma jadi ijazah ini tetap kita butuhkan, makanya disimpan dengan baik di tempat yang aman. 

Jauh di luar sebagai modal bertahan hidup, ijazah juga merupakan sebuah kebanggaan bagi kita. Meskipun diterima di akhir, tapi dalam sebuah ijazah terkandung segudang cerita haru biru tentang bagaimana usaha dan perjuangan demi mendapatkan selembar kertas ini.

Uang kertas, sadar atau tidak, merupakan bagian dari tradisi

Dulu kita kenal uang kertas dan uang logam, tapi sekarang ada yang namanya uang elektronik atau e-money (electronic money). Ada banyak kelebihannya, salah satunya mempercepat proses transaksi karena tinggal tempel (tap) atau scan barcode maka transaksi selesai.

Meskipun transaksi dengan uang elektronik lebih cepat, tapi kita tidak bisa lepas dari yang namanya uang kertas dan uang logam. Kedua uang ini punya tempat dan cerita sendiri dalam tradisi yang sampai sekarang masih kita dijalani.

Misalnya tradisi bagi-bagi “THR” oleh yang sudah bekerja kepada yang belum bekerja pada saat hari raya Lebaran atau Imlek. Dalam tradisi ini, yang dibagi-bagikan adalah sejumlah uang, di mana yang digunakan adalah uang kertas bukan uang elektronik.

Bahkan bukan cuma uangnya saja yang kertas, tapi amplop yang digunakan pun berbahan dasar kertas. Jadi meskipun uang elektronik memberikan kemudahan, uang kertas tidak bisa kita lupakan dan tinggalkan begitu saja.

Selain tradisi bagi-bagi, uang kertas juga mampu menciptakan pemandangan yang mungkin hanya ada menjelang hari raya Idulfitri. Pemandangan orang-orang yang berjejer di pinggir jalan menawarkan jasa penukaran “uang besar” menjadi “uang receh”.

Undangan, kertas yang punya budget khusus dalam suatu persiapan pesta

Sekarang itu udah zamannya serba media sosial. Mau telepon, kirim pesan, foto, video, bahkan kirim suara juga bisa lewat media sosial. Makanya sekarang ada yang namanya e-invitation, undangan yang dikirim lewat media sosial. 

Dengan adanya e-invitation, bukan berarti biaya untuk mencetak undangan ditiadakan. Masih banyak orang yang beranggapan kalau e-invitation bukanlah undangan resmi. Atau ada juga yang berpendapat memberikan undangan fisik lebih sopan dibanding mengirim e-invitation.

Makanya dengan alasan kesopanan kepada orang yang dituakan dan demi menjaga harga diri, kita rela bayar mahal untuk sebuah desain undangan yang cantik nan unik. Padahal, kalau dipikir-pikir, undangan itu bahannya dari kertas-kertas juga, hanya jenis kertasnya saja yang bukan kertas biasa.

Biarpun begitu, undangan juga membuat kertas jadi punya hikmah. Hikmah yang pertama, kita jadi tahu tempat tinggal orang yang kita undang. Sebelum mengirim undangan, kita harus tahu dulu alamat yang dituju. Setelah alamat di tangan, kita bisa berkunjung ke sana untuk menjalin tali silaturahmi.

Hikmah lainnya adalah kita bisa meyakinkan seseorang kalau kehadirannya sangat diharapkan. Ingat, undangan ulang tahun anak-anak yang beredar di pasaran, selalu ada tulisan “tiada kesan tanpa kehadiranmu”. Tulisan inilah yang membuat si penerima merasa harus datang ke pesta yang kita helat.

Kalender, kertas yang berisikan info tentang libur nasional

Zaman sekarang hampir semua orang punya handphone, baik itu “handphone jadul” yang hanya bisa telepon dan SMS maupun smartphone yang bisa melakukan banyak hal. Salah satu persamaan yang dimiliki kedua jenis handphone ini adalah sama-sama memiliki fitur kalender.

Kalender yang ada di handphone itu tidak terbatas. Kita bisa melihat penanggalan seratus tahun ke depan atau seratus tahun ke belakang. Akan tetapi, setidakterbatas apa pun kalendernya, selama tidak ada tanggal merah di hari selain hari Minggu, maka kita akan tetap mencari kalender cetak.

Kalender cetak ini terbuat dari kertas. biasanya digantung di dinding atau diletakkan di meja. Hanya pada kalender inilah terdapat tanda yang menunjukkan kalau hari tersebut adalah hari libur nasional. 

Bicara tentang kalender, ada banyak cerita dari si lembaran kertas yang berisi penanggalan ini. Misalnya kita jarang atau bahkan sama sekali tidak mengeluarkan uang untuk mendapatkannya. Apalagi sekarang, banyak caleg yang membagi-bagikan kalender bergambar foto dan nama mereka secara cuma-cuma.

Baca Juga: Selembar Kertas

Cerita lainnya adalah menjelang akhir atau memasuki awal tahun. Orang rela mengantri untuk mendapatkan kalender baru. Entah karena memang butuh atau karena desain kalendernya yang menarik, mungkin juga karena gambar-gambar di kalender yang indah sehingga bisa multifungsi, sebagai kalender sekaligus hiasan.

Itu tadi beberapa fungsi kertas lengkap dengan ceritanya masing-masing. Ternyata smartphone tidak bisa mengusir kertas dari kehidupan kita. Kenyataannya, kita tetap butuh kertas, meskipun bukan untuk menulis, tapi kertas yang sudah diolah menjadi sesuatu yang lain.