Banyak dari kita sepakat, bahwa kehidupan kampus bukan hanya persoalan perkuliahan di dalam ruangan, tetapi hal menarik yang lainnya, yakni bisa berkolektif di organisasi. Organisasi tentu beragam, entah itu organisasi internal, seperti Senat/BEM dan Ormaju (Organisasi Mahasiswa Jurusan) ataukah organisasi eksternal (HMI, PMII, GMKI, dsb).
Biasanya dalam membahas relasi keduanya, kampus dan organisasi ada yang sepakat bahwa penting bagi mahasiswa untuk berorganisasi, di sisi bersebrangan ada yang mengatakan bahwa mahasiswa tidak perlu berorganisasi, kuliah saja sudah cukup.
Tulisan ini akan coba menjelaskan, bahwa bagi penulis organisasi sangat perlu dalam kehidupan kampus, tetapi organisasi itu juga perlu punya daya tawar tinggi agar bisa menarik minat mahasiswa, khususnya mahasiswa baru.
Bagaimana bisa organisasi mempunyai daya tawar yang tinggi, salah satunya adalah dengan memproduksi pengetahuan alternatif sebagai upaya perubahan sosial.
Bagi penulis, setidaknya ada empat hal positif yang bisa didapatkan mahasiswa ketika masuk dalam organisasi kampus. Penting menjadi catatan bahwa empat hal ini tidak terpisah satu sama lainnya, empat hal ini adalah manfaat-manfaat yang didapatkan pada sebagai upaya melakukan perubahan sosial.
1. Memperbanyak Relasi Sosial
Sudah menjadi pengetahuan umum, bahwa nilai lebih yang didapatkan mahasiswa berorganisasi dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak berorganisasi adalah relasi sosial atau pertemanan yang banyak. Masuk dalam organisasi membuat kita mengenal teman kampus, yang bukan hanya satu karena satu kelas, tetapi karena satu jurusan, satu fakultas, ataupun satu universitas (organisasi eksternal).
Banyaknya relasi sosial akan membuat kita mempunyai banyak perspektif, pengalaman dari masing-masing individu yang berbeda dan punya latar belakang yang berbeda. Kita akan menjadi lebih mengerti kondisi masing-masing individu, dan bisa punya rasa simpati terhadap kawan seperjuangan ketika mengalami kesusahan dan pada akhirnya rasa simpati itu teraktualiasin pada pengorbanan dan bantuan pada teman kita.
2. Mendapatkan Pengetahuan Alternatif Di Luar Kampus
Di bagian ini saya menceritakan pengalaman saya berkuliah, saya adalah mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis di salah satu perguruan tinggi negeri di Sulawesi Selatan. Satu pertanyaan yang sampai saat ini saya tanyakan terkait pengetahuan yang saya dapatkan di ruang perkuliahan Pertanyaan itu adalah mengapa di ruang perkuliahan saya jarang mendapatkan pengetahuan kritis-alternatif seperti marxisme?
Yang diajarkan hanya pengetahuan-pengetahuan ekonomi klasik borjuistik yang berisi pengetahuan bagaimana kita bisa terus mengakumulasi keuntungan sampai tidak terbatas? Ada apa dengan perkuliahan yang saya dapatkan? Apakah karena marxisme menawarkan pengetahuan alternatif untuk perubahan sosial keluar dari corak produksi eksploitatif ini? Apakah penguasa takut ketika marxisme diajarkan dalam kampus kekuasaannya bisa dilengserkan? Entah apa alasannya, yang pastinya pengetahuan marxisme tidak saya dapatkan dalam ruang perkuliahan, tetapi dalam ruang-ruang diskusi yang diadakan organisasi.
Mengapa organisasi bisa memberikan pengetahuan alternatif kepada kita? Karena organisasi relatif independen terhadap pemerintah berkuasa, tidak seperti kampus yang dibawahi oleh kementerian riset dan pendidikan tinggi. Oleh sebab itu organisasi bisa menawarkan pengetahuan alternatif yang tidak diajarkan dalam ruang perkuliahan kampus.
3. Mempunyai Kesadaran Untuk Peka Pada Ketidakadilan Sosial
Sebagai konsekuensi dari alasan kedua tadi, pengetahuan alternatif itu seperti marxisme akan membawa kita pada kesadaran untuk selalu berpihak pada masyarakat tertindas(pekerja, petani, dsb).
Di organisasi kita diperlihatkan bahwa dunia kita, negara kita, atau kampus kita sedang tidak baik-baik saja di bawah cengkraman kapitalisme-neoliberal, seperti masalahnya peningkatan UKT (Uang Kuliah Tunggal) setiap tahunnya. Di organisasi kita diberikan kesadaran dengan teori-teori kritis yang didapatan, karena hanya dengan kesadaran kritis perubahan sosial dimungkinkan hadir.
4. Perubahan Sosial Hanya Bisa Terjadi Dengan Organisasi Sosial.
Hal terakhir yang ingin saya tekankan bahwa lawan dari ketidakadilan yang kita alami sekarang adalah sistem struktural yang menindas, yaitu kapitalisme. Lawan yang besar itu hanya bisa dilawan, bukan dengan perjuangan individu-individu yang terpisah satu sama lainnya, tetapi berbagai individu itu akan disatukan dalam organisasi sosial yang pada sosial pada akhirnya organisasi kita bersama-sama berjuang untuk perubahan realitas ketidakadilan sosial yang terjadi, seperti kemiskinan, ketimpangan, rasisme, ketidakadilan gender, dan yang lainnya.
Tulisan ini saya harapkan bisa menjadi refleksi bagi kita, untuk mempertimbangkan masuk dalam organisasi kampus, agar kesadaran kritis tetap ada dan lagi-lagi untuk tujuan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebagai penutup, saya akan mengutip Michael Yates dalam bukunya Dapatkah Kelas Pekerja Mengubah Dunia, Yates menjelaskan bahwa:
“Di semua organisasi, entah itu yang memperjuangkan lingkungan yang bersih, perumahan yang lebih baik, uang sewa yang lebih murah, mengubah tanah perkotaan yang terlantar menjadi taman komunitas, diakhirinya pencurian tanah ‘’petani’, layanan kesehatan yang disosialiskan, diakhirinya rasisme dan patriarki, atau dihentikannya perang dan imperialisme, sangat penting untuk mengajarkan dan mempelajari kapitalisme”[1]
Referensi