Perjalanan Teknologi
Perkembangan teknologi dan informasi adalah hal yang tidak bisa kita tinggalkan. Berbagai perkembangan tersebut merupakan hasil dari kemampuan berpikir manusia modern yang turut berkembang. Manusia menciptakan teknologi dengan tujuan mempermudah manusia dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Pada tahun 1784 terjadi revolusi industri pertama di Inggris sebagai dampak dari perkembangan teknologi melalui penemuan mesin uap dan mekanisasi. Berdasarkan sejarah, kemunculan mesin ini telah banyak menggantikan tugas manusia dan hewan yang tentunya dapat mempermudah proses produksi.
Dari pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa perkembangan teknologi memiliki dampak yang positif bagi manusia. Bahkan dua abad setelah revolusi industri pertama ini terjadi, terdapat peningkatan rata-rata pendapatan per kapita negara-negara di dunia menjadi enam kali lipat.
Namun ketika dicermati lebih dalam mengenai fakta bahwa manusia telah tergantikan fungsinya oleh perkembangan teknologi, di sinilah kita harus berpikir kritis akan sejauh mana teknologi dapat menggantikan peran manusia.
Pada awal perkembangan revolusi industri, tidak banyak peran yang tergantikan. Teknologi hanya menghemat peran fisik manusia. Akan tetapi, dengan beralihnya peran fisik manusia menjadi dikerjakan oleh mesin telah memberikan dampak yang cukup besar bagi kehidupan manusia.
Banyak tenaga kerja diberhentikan pasca mesin uap ditemukan. Pasalnya, kekuatan fisik manusia sudah tidak terlalu dibutuhkan dalam proses produksi pada bisnis industri.
Melihat fakta tersebut, barulah kita akan berpikir bahwa ternyata perkembangan teknologi juga memiliki dampak yang negatif. Layaknya belati bermata dua, teknologi memiliki dampak positif maupun negatif bagi diri kita sendiri. Tergantung pada bagaimana kita memanfaatkan teknologi tersebut.
Revolusi Industri ke-4
Beranjak pada revolusi industri pertama, melalui proses yang terus berkembang, sampailah kita pada revolusi industri ke-4. Teknologi telah berkembang tidak hanya untuk menghemat peran fisik manusia namun telah beralih pada kemampuan intelektual manusia.
Salah satu produk dari perkembangan revolusi industri ke-4 ini adalah AI atau artficial intelligence, disebut juga kecerdasan buatan. Kecerdasan buatan merupakan salah satu bagian dari ilmu komputer yang membuat mesin dapat melakukan pekerjaan selayaknya dikerjakan oleh manusia bahkan lebih baik.
Adapun contoh produk kecerdasan buatan yang ada di sekitar kita adalah Siri, asisten virtual pribadi milik Apple. Siri dapat membantu kita dalam menyelesaikan berbagai pekerjaan melalui voice command atau perintah suara.
Cukup dengan mengatakan “hi Siri” pada perangkat Iphone, maka Siri akan segera merespon dan menunggu perintah dikatakan. Siri dapat kita perintahkan untuk menghubungi seseorang via telepon, mengecek pemberitahuan, melakukan penjumlahan matematika, menyusun jadwal pertemuan, dan masih banyak lagi.
Teknologi kecerdasan ini terus dikembangkan, bukan hanya menjadi asisten virtual pribadi, bahkan bisa sampai mengerjakan pekerjaan yang lebih rumit. Saat ini di bidang teknologi, seorang developer adalah kuncinya. Namun, 5 tahun kedepan bisa saja profesi ini akan digantikan kecerdasan buatan.
Hal yang lebih sederhana, pernahkah Anda pergi ke McDonalds dan melakukan pemesanan melalui drive thru? Jika pernah, pasti Anda tidak asing dengan orang yang mendengarkan pesanan Anda melalui mikrofon tempat Anda berbicara.
Saat ini memang masih ada manusia yang melakukan pekerjaan tersebut dan mencatat pemesanan Anda. Melihat fakta bahwa kecerdasan buatan merupakan teknologi yang sedang hausnya berkembang, bukan sebuah kemustahilan bahwa pekerjaan manusia tersebut akan tergantikan bukan?
Mesin pintar yang dapat mendengar dan mencatat pesanan makanan tentunya akan jauh lebih efektif dan efisien dalam bekerja ketimbang menggunakan tenaga manusia. Ingatlah prinsip ekonomi yang sering kita dengarkan. Mengeluarkan pengorbanan yang minim untuk hasil yang maksimal.
Jadilah Manusia yang Lebih Dari Sekadar Intelek
Yuval Noah Harari, seorang sejarawan dan penulis buku Sapiens asal Israel dalam pidatonya pada acara TED menyatakan bahwa manusia bukanlah satu-satunya makhluk intelek yang ada di dunia ini. Terdapat makhluk lain yang intelek seperti simpanse contohnya.
Dalam konferensi internasional tersebut, Yuval mengatakan bahwa manusia memimpin dunia ini karena lebih dari sekadar intelek. Manusia bisa bekerjasama jauh lebih fleksibel. Namun sayangnya tidak semua manusia memiliki level intelektual dan kefleksibelan yang sama.
Seperti kata Yuval, inilah yang membahayakan bagi kelangsungan manusia dewasa ini. Kenapa demikian? Teknologi berkembang sangat pesat sampai saat ini bisa menciptakan kecerdasan buatan.
Jika manusia tidak bisa memanfaatkan peluang dan bersifat fleksibel dengan kemajuan tersebut maka manusia itu akan masuk dalam kelompok useless class. Sebutan tersebut dikatakan oleh Yuval sebagai istilah bagi manusia yang tidak bisa mengikuti perkembangan.
Istilah tersebut memang cukup kasar untuk didengar akan tetapi tidak bisa kita hindari. Yuval berpendapat bahwa perkembangan teknologi yang tidak bisa diimbangi oleh intelektual serta sifat fleksibel manusia akan menciptakan kelompok manusia tanpa kontribusi positif kepada lingkunganya.
Bagaimana tidak mungkin, dilihat dari sejarah, revolusi industri telah banyak menyihir pekerja menjadi pengacara alias pengangguran banyak acara. Kita harus bisa menjadi manusia yang tidak hanya sekadar intelek, namun juga fleksibel dan mampu mencari peluang untuk mendapatkan pekerjaan dan bertahan hidup.
Melihat peluang
Di dunia ini terdapat sebuah pekerjaan yang tidak bisa digantikan oleh teknologi. Pekerjaan tersebut adalah menjadi seorang artis. Teknologi berkembang memudahkan pekerjaan artis seperti dalam melukis atau membuat patung, akan tetapi estetika dan seni yang dihasilkan tidak tergantikan.
Mesin dan komputer bisa menghasilkan sebuah karya seni. Namun akan tetap diperlukan sang artis yang mengoperasikan mesin tersebut demi terciptanya karya seni yang baik. Untuk kembali memperkuat, lihatlah bagaimana desainer dipermudah dengan kehadiran alat gambar digital.
Permasalahannya adalah tidak semua manusia berbakat menjadi artis, selain itu, andai pun semua manusia bisa menjadi artis, siapa yang akan membeli karya seni tersebut? Karena hal itu kita sebagai manusia harus bisa mencari peluang dalam pekerjaan dan janganlah membabi buta menyalahkan perkembangan teknologi.
Belajar dari keberadaan ojek online. Keberadaan alat transportasi berbasis daring ini telah banyak menggantikan ojek-ojek tikungan yang konvensional. Tetapi, apakah Anda pernah berpikir berapa peluang baru yang diciptakan akibat keberadaan ojek online tersebut? tentunya sangat banyak.
Ojek online memberikan peluang kepada para pengusaha besar sampai kecil-kecilan sekalipun yang menjajakan produknya secara online dan dapat dikirimkan kepada konsumen melalui ojek online tersebut. Beberapa contohnya adalah UMKM di bidang makanan seperti kedai terang bulan dan pisang cokelat.
Sama halnya dengan ilustrasi di atas. Dengan keberadaan kecerdasan buatan, memang sebagian besar pekerjaan seperti petugas perpustakaan, editor penulis, pakar analisis data, kasir, sampai kurir akan tergantikan. Tapi lihatlah peluang yang timbul seperti ilmuwan komputer atau teknisi komputer.
Jika tidak lihai dalam memprogram komputer, cobalah pada dunia yang berbeda seperti bisnis. Kuncinya adalah tetap melihat apa saja yang bisa dimanfaatkan dari kemajuan tersebut untuk kelangsungan usaha. Jadilah fleksibel dengan perubahan sehingga tidak terjerumus dalam useless class.
Bisnis akan sangat berkembang karena dengan kecerdasan buatan dapat menghasilkan teknologi seperti bagian pelayanan yang dapat dengan mudah diprogram agar secara otomatis dapat melayani keluhan konsumen.
Mulai Bertindak
Jadilah fleksibel dengan mengetahui setiap perkembangan yang ada. Hal tersebut dapat dilakukan dengan rajin membaca surat kabar baik konvensional ataupun online kemudian mencari informasi lebih lanjut di jurnal-jurnal terkait.
Jangan malas untuk terus mencari dan mengikuti perkembangan. Tanpa usaha tersebut, sudah pasti kita akan tertinggal dengan teknologi dan tidak bisa mengikuti perkembangan dunia. Sekali masuk dalam kelas useless class maka kita akan susah untuk mencari penghidupan.
Kembali pada gagasan yang dilontarkan oleh Yuval, manusia dibekali intelektual dan sifat yang fleksibel atau mudah beradaptasi. Jika kita tidak bisa memanfaatkan potensi kita dengan baik maka kita tidak akan jauh berbeda dengan seekor simpanse. Memang menyakitkan, tetapi dapat membangkitkan.
Sudah saatnya kita peduli akan dampak tersebut agar kelak dapat sukses. Jangan biarkan teknologi menghalangi, carilah solusi, dan jadikan potensi. Kecerdasan buatan, bukan hambatan.