Keterpurukan Sebagai Bagian dari Hidup Manusia yang Tidak Dapat Dipisahkan
Hidup manusia layaknya roda berputar dan tidak dapat diprediksi, terkadang diatas kemudian selang beberapa waktu, hidup sudah berbanding terbalik 180°.
Kita sebagai makhluk hidup tidak memiliki kewenangan seutuhnya untuk menentukan takdir hidup. Hal buruk seperti keterpurukan sering kali dikaitkan dengan karma. Karma merupakan hubungan kausalitas, yang biasanya lumrah di telinga kita adalah “apa yang kau tanam itulah yang kau tuai.”
Ketika mengalami keterpurukan, tidak sedikit yang menyalahkan segala hal yang membuat hidupnya menjadi seperti ini kemudian memilih untuk mengakhiri hidupnya karena tidak dapat bangkit dari keterpurukannya.
Sebagai pejuang kehidupan yang tangguh, kita berusaha dengan keras untuk melawan “badai” dan berharap akan muncul pelangi di kemudian hari.
Kita bukan orang yang lemah tapi juga bukan orang yang kuat untuk menanggung beban hidup sendirian. Kenapa hidup dikatakan sebagai penderitaan? Karena manusia tidak akan merasa bahagia secara terus-menerus.
Meskipun banyak orang yang mengakhiri hidupnya, banyak pula yang menjadikan keterpurukan hidupnya menjadi “batu loncatan” untuk mengubah hidupnya menjadi lebih mudah untuk dinikmati.
Misalnya seperti Merry Riana, seorang motivator yang memiliki masa lalu yang cukup berat. Ia gagal masuk ke Universitas Trisakti Jakarta, karena kerusuhan pada tahun 1998.
Orang tua Merry sangat khawatir, sehingga mereka mengirimkan putrinya untuk mengenyam ilmu di Singapura, berbekal uang yang pas-pasan Merry berangkat ke Singapura.
Karena kekurangan uang, Merry mencari informasi tentang program pinjaman pendidikan, yang akan dibayar setelah selesai kuliah. Merry membutuhkan orang yang dapat menggaransi untuk meminjam uang pendidikan tersebut.
Merry dibantu oleh seorang laki-laki yang mau membantu menggaransi utangnya. Merry bekerja dengan keras sebagai orang yang menyebarkan brosur, dan sempat tertipu investasi dan masih banyak lagi.
Merry dan Alva (laki-laki yang membantu Merry) tidak menyerah, mereka mengikuti seminar-seminar yang diselenggarakan oleh motivator kelas atas.
Setelah lulus kuliah, Merry menjadi seorang sales, dan akhirnya naik jabatan menjadi manager. Akhirnya Ia dapat melunasi segala hutang pendidikannya sebelum berumur 30 tahun.
Kebebasan Menurut Jean Paul-Sartre dan Kehidupan Dipandang Sebagai Kejahatan dari Sudut Pandang Arthur Schopenhauer
Manusia dapat bertindak sesuai dengan keinginan maupun secara rasional. Karena dapat berbuat sesuka hati manusia memiliki suatu hal yang istimewa bernama kebebasan.
Kebebasan dapat diinterpretasikan seperti burung yang terbang bebas di udara, tidak terikat oleh apapun, dan dapat pergi kemanapun yang diinginkannya.
Ia mengungkapkan bahwa kebebasan berhubungan erat dengan aspek negatif kesadaran. Dapat dilihat bahwa kebebasan memiliki unsur positif, yang berkaitan dengan pilihan dan penentuan makna eksistensi kita sendiri.
“Menjadi diri kita sendiri hanya mungkin kalau kita memilih sendiri dan menentukan sendiri bentuk eksistensi kita.” Awalnya kebebasan “dibebankan” pada manusia dalam situasi yang bukan merupakan pilihannya.
Kebebasan bukanlah suatu yang mapan dan padat, yang dapat dijadikan sandaran kokoh untuk hidup manusia. Sebaliknya kebebasan amatlah rapuh dan selamanya berada pada posisi yang rentan dan terancam.
Tetapi manusia bebas untuk mengubah makna situasinya itu, melalui perbuatan-perbuatan dan usaha-usaha yang dipilih dan ditentukan oleh dirinya sendiri. Kebebasan tidak mungkin terwujud tanpa situasi-situasi yang sudah tersedia.
Tanpa situasi-situasi yang tidak dipilihnya sendiri. Dalam memperjuangkan kebebasannya, manusia tidak harus melakukannya untuk dirinya sendiri, melainkan untuk kebaikan segenap umat manusia.
Kebebasan untuk Mengubah Masa Depan dan Lepas dari Keterpurukan
Berbekal kebebasan sebagai salah satu hal yang mutlak menyebabkan seseorang berhak untuk menentukan jalan hidupnya, meskipun hidup yang dilalui tidak mudah.
Manusia dapat memilih apakah akan tetap berusaha dan merasa tertantang dengan masalah kehidupan atau lebih memilih mundur dan menyerahkan segala masalahnya pada kematian.
Kekurangan dana untuk melanjutkan hidup membuat Merry berpikir keras. Dalam kesengsaran dan memiliki semangat juang yang tinggi, Merry memutuskan untuk mencari pekerjaan demi mengumpulkan uang dan membayar utang pendidikannya. Ia dan Alva menjadi seorang sales asuransi.
Tidak hanya itu, mereka juga memutuskan untuk mengikuti seminar-seminar dari motivator hebat dengan harapan dapat mengubah hidup mereka ke arah yang lebih baik.
Hasil kerja keras mereka berdua membuahkan hasil yang sangat besar. Akhirnya menjadi orang yang sukses dan dapat memotivasi orang lain melalui karya-karya mereka.
Konsep Kebebasan dari Sudut Pandang Sartre
Kebebasan merupakan sesuatu yang melekat pada setiap individu dan tidak dapat dipisahkan. Kebebasan menyebabkan kehidupan manusia tidak konsisten, setiap mengambil keputusan, pasti terdapat dampak dari keputusan tersebut.
Kisah inspiratif Merry Riana berkaitan dengan konsep pemikiran Jean Paul Sartre mengenai kebebasan manusia. Kebebasan yang dimaksud oleh Sartre adalah manusia memiliki kebebasan untuk menentukan makna eksistensi manusia itu sendiri.
Kebebasan awalnya muncul karena adanya situasi yang tidak dapat kita kendalikan, tetapi manusia memiliki kebebasan untuk melakukan usaha dalam menghadapi situasi tersebut.
Sama seperti yang dilakukan Merry Riana, Ia tidak hanya diam saja dalam keterpurukannya. Ia mencoba segala cara untuk memutar balikan kehidupannya agar menjadi lebih baik dengan usaha yang keras.
Daftar Pustaka
Abidin, Zainal. 2000. Filsafat Manusia Memahami Manusia Melalui Filsafat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Finansialku. Kisah Sukses Merry Riana Mengejar Mimpi Sejuta Dolar. Diambil pada 26 Oktober 2021 dari https://www.finansialku.com/kisah-sukses-merry-riana-mimpi-sejuta-dolar/