Bagi sebagian orang, impian ke luar negeri mungkin hanya sebatas angan. Apalagi bila terlahir bukan dari keluarga kaya seperti keluarga Reino Barack. Apalagi bila penguasaan terhadap bahasa Inggris pun kurang mumpuni.

Lagak ingin ke luar negeri, padahal setiap weekend harus berdagang di kaki lima membantu orang tua mencari tambahan biaya sekolah. Bahkan bergantung pada beasiswa. Tampaknya ada yang menahan tawa karena senasib dengan saya.

Saat SMP dan SMA, saya pernah mendapat beasiswa dari salah satu perusahaan BUMN. Itu pun karena tergolong dari keluarga menengah ke bawah. Meskipun syaratnya harus memiliki prestasi. 

Alhamdulillah, saya bisa terbebas dari beban iuran SPP selama satu tahun. Bahkan bisa melanjutkan kursus bahasa Inggris sampai pada level tertinggi, yakni Post Intermediate atau  Little Teacher.

Bila mengingat perjuangan berdarah awal masuk kuliah, maka akan makin deras ucapan syukur yang mengucur. 

Rasa tak percaya dengan keterbatasan ekonomi, saya dapat menikmati atmosfer ruang perkuliahan sebagai seorang mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sriwijaya.

Alhamdulillah, saat memulai perkuliahan semester kedua, diumumkan bahwa saya masuk dalam deret mahasiswa berprestasi. Saya memperoleh Indeks Prestasi kumulatif (IPK) tertinggi se-program studi dalam satu angkatan, baik di kampus Palembang maupun Inderalaya. 

Kemudian tawaran beasiswa berdatangan. Saya coba untuk ikut mengusulkan diri. Segala puji bagi Allah. Saya diberi kesempatan mengelola bantuan senilai 5.080.000 yang ditransfer ke rekening pribadi setiap semester.

Lagi, hidup saya diselamatkan oleh Allah melalui jalur beasiswa Rektor melalui kerja sama PT Angkasa Pura II. Tidak hanya untuk keperluan ongkos PP Palembang-Inderalaya untuk kuliah, saya pun bisa membeli komputer jinjing, telepon genggam, dan buku. 

Bahkan, dengan beasiswa itu, saya bisa mengikuti berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan kualitas diri, seperti seminar dan pelatihan. 

Alhamdulillah. Lulus kuliah dengan IPK 3,75 berpredikat "Dengan Pujian" dan berdiri di belakang podium mewakili ratusan alumni baru untuk memberi kata sambutan adalah awal kebanggaan orangtua terhadap saya. 

Bagaimana mungkin anak pedagang kaki lima bisa berdiri dengan pencapaian membanggakan yang tak pernah ada dalam bayangan kedua orangtua. Di mana gelar sarjana ini akan dibawa?

Tahun 2014 lalu, seseorang yang saya kenal dari forum diskusi online menyapa lewat pesan Facebook. Ia memberi nasihat yang hingga sampai saat ini menjadi motivasi saya untuk lebih baik. 

... Di usiamu yang ke-22 tahun sekarang, kamu hanya punya waktu 3-4 tahun untuk bekerja dan sukses mencapai legenda diri kamu, prestasi terbaik yang sesuai dengan bakat dan kehebatan kamu.

Gimana caranya? 

Bekerjalah bukan mengharapkan gaji, melainkan pertumbuhan mencapai impian. Toh, wanita tidak diharuskan untuk buru-buru mapan. 

Ambil risiko terbesar yang mungkin kamu hadapi. Jika kamu berhasil, maka kamu akan hebat; dan jika gagal, maka kamu akan biasa saja.

 Jangan ambil pekerjaan yang bebas risiko karena biasanya yang tanpa risiko juga tanpa pertumbuhan dan kemungkinan untuk menjadi hebat. 

Jika untuk itu kamu harus merantau, merantaulah dan traveling-lah! Lihat dunia yang begitu luas ini. Saat kamu nikah nanti, kamu akan kehilangan sebagian besar kebebasanmu. 

Maka jelajahi dunia sekarang. 

Kejarlah impianmu ke kota besar di penjuru dunia: Singapura, KL, Eropa, Amerika, dan mana pun juga. Jika dunia kerja bukan minatmu, ambillah beasiswa S3 di mancanegara. 

Buat paspor sekarang juga. Anak muda yang tak pernah di-cap paspornya bagaikan orang pedalaman yang tak pernah ke kota besar. 

Dunia ini begitu luas dan kamu hanya punya waktu 3-4 tahun saja. Mulailah sekarang juga.

Nasihat itu membuat bara semangat menjadi api. Saya putuskan untuk melamar sebagai tenaga pengajar di salah satu sekolah Islam di Palembang. Pengalaman pertama melamar pekerjaan dan diterima. 

Dua tahun mengabdi di Sekolah Islam Al-Azhar Cairo Palembang pada Mei 2016, saya diminta untuk berangkat ke Singapura mewakili tim pengajar divisi SMP untuk belajar ke Apple South East Asia Corporate. Bahkan sekaligus mendapat bonus melancong ke negara tetangga, yakni Malaysia. 

Masya Allah. Akhirnya paspor di-cap juga. Betapa bahagia. Ke luar negeri ternyata tidak melulu harus kaya. Dua negara tetangga yang tertulis berdekatan dalam pesan yang menjadi motivasi saya hingga saat ini. 

Ternyata kesempatan untuk belajar kembali hadir. Tahun 2017, saya mengunjungi Singapura dan Malaysia untuk kali kedua. Bahkan bertambah satu destinasi wisata, yakni Phuket, Thailand.

Di tahun 2018, saya diberi kesempatan menjelajahi bumi Allah di benua Eropa dalam kegiatan Teacher Educational Exchange. Saya melihat keindahan yang Allah ciptakan dalam balutan salju abadi di Mount Titlis, Switcherland. Dilanjutkan dengan menikmati keindahan pemandangan sepanjang kota Zurich, Swiss. 

Tak hanya itu, saya dapat menyaksikan kemegahan gedung pencakar langit yang berdiri menghadap kerlap kerlip lampu Eiffel Tower, Paris. Saya juga dapat merasakan kesejukan di Holland, keragaman di Belgium, keramahan Russian Ladies, dan melihat peninggalan sejarah di Estonia.

Hal yang paling mengesankan adalah belajar dari negara dengan pendidikan terbaik. Melihat pelaksanaan pembelajaran pada sekolah-sekolah terbaik di kawasan Skandanavia seperti Finlandia.  

Perjalanan ini semua saya nikmati secara gratis. Sebenarnya kita tidak harus kaya untuk bisa ke luar negeri. Bila kamu seorang mahasiswa, bergerilyalah mencari peluang Full Scholarship. 

Bila kamu dari program studi yang sama seperti saya dan berprofesi sebagai guru, kamu bisa mengikuti seleksi calon tenaga pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) untuk luar negeri.

Bahkan tak jarang program teacher exchange ditawarkan Kemendikbud, seperti program Indonesian-Korean Teacher Exchange 2019. 

Bila tak pernah mencoba, bagaimana kita bisa membuktikannya? Satu hal yang harus kita tanamkan dalam diri, yakni bekerjalah tanpa mengharap gaji melainkan pertumbuhan untuk mencapai impian. 

Baca Juga: Winter is Coming

Bermanfaat untuk semesta sebagai khalifah di bumi Allah. Mencapai legenda diri dengan passion yang kita punya. Berjalanlah! Jelajahi dunia! Pulang membawa inspirasi dan ide serta semangat dalam melanjutkan perjuangan  apapun profesi kita. 

Benar bahwa Allah menjadikan bumi begitu luas untuk kita jelajahi. Dari perjalanan kita akan belajar banyak hal.

Selamat mengukir impian.