Ketika otak rasanya mumet karena sibuk dengan aktivitas kerja atau belajar yang juga dipenuhi tugas yang menumpuk, tidak ada salahnya kamu pergi rekreasi ke tempat wisata. Tujuannya agar refresh-nya rohani dan jasmani, menjadikan kerja atau belajarnya nanti lebih semangat lagi. 

Weleh, bilang aja capek dari mengerjakan tugas. Tugasmu mencariku. Eak.

Menurut Mary Helen, rekreasi adalah peristiwa emosi untuk meluapkan aktivitas sehari-hari yang memiliki fungsi agar orang menjadi senang, sehingga fisik dan mental kembali dengan baik. Uhuy, biar fisik dan mental baik, mending refreshing terus, ah. Ops, ingat tugas kerja dan belajar yang sudah menjadi kewajibanmu menumpuk, noh. Kembalilah ke realitas. Kembalilah.

Sudah hampir 3 bulan berada di Yogyakarta, saya dan teman-teman kelas pelatihan bahasa yang datang dari berbagai daerah di Indonesia jarang bahkan ada yang belum pernah sama sekali rekreasi di daerah yang kaya akan budaya dan historinya. Khususnya ke Candi Prambanan yang terkenal di kalangan masyarakat Jawa dan legendanya yang mendunia.

Sebelum saya dan teman-teman yang hendak pergi ke candi, perlu memutuskan kesepakatan bersama. Namun ada beberapa teman yang asli keturunan Jawa tidak menyetujui perihal ini. Lah, kenapa? 

Seorang gadis Jawa yang bermata sayu berkata, “Orang tuaku pernah berpesan bahwa bagi yang belum menikah jangan ke Candi Prambanan dulu. Dulu aku pernah ke candi sama keluarga dan aku tak dibolehkan berfoto di candi. Apalagi jika pergi dengan pasangan yang belum menikah. Nanti hubungannya putus, bahkan nggak jadi nikah. Layaknya tidak baiknya hubungan Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang.”

Tiga hari belakangan ini, saya juga menanyakan perihal ini kepada gadis Jawa yang tinggal di Pakem, “Seberapa yakin orang yang belum menikah nggak mau datang ke Candi Prambanan dan seberapa kuat alasannya?”

Dia menjawab, “Sebesar keyakinan dia karena nggak mau kehilangan dan nggak mau pisah sama pasangan. Yang diyakini sebagian besar orang Jawa, kalau datang ke Candi Prambanan bareng pasangan (pacar), nanti tidak berjodoh. Karena background cerita Roro Jonggrang dan Candi Prambanan-nya. 

Tapi nggak semua orang Jawa meyakini hal tersebut, terlebih orang Jawa modern. Kalau manusia seperti saya lebih memilih ambil aman aja. Karena hal tersebut sudah menjadi nasihat orang tua turun-temurun. Jadi saya lebih mengikuti nasihat. 

Tapi kalau bagi perempuan atau lelaki jomblo, datang ke sana bersama teman nggak apa-apa. Asik nih jomblo bisa bebas.

“Bukankah kisah Roro Jonggrang hanya sebagai legenda? Kenapa bisa seyakin itu?”

“Memang benar itu hanya sekadar legenda. Tapi di Jawa masih kental yang namanya pamali (ora ilok) yang intinya tidak bagus untuk dilakukan dan nggak boleh dilanggar. Tipe orang Jawa itu manut sama nasihat orang tua. Keyakinan itu sudah tertanam dan menjadi sugesti buat diri sendiri bahkan alam bawah sadar. Dan sebisa mungkin pun kami tidak melakukannya.”

“Nah, tidakkah ada yang menolak kalau itu tidak masuk akal, bahkan nggak nyata?”

“Sepertinya secara ilmiah maupun pengalaman belum ada yang bisa menolaknya karena belum ada bukti nyata yang mendukung penolakan itu. Mungkin ada penolakan secara individu, tapi penolakan tersebut biasanya kalah. Karena diferensinya 1 berbanding banyak orang yang sudah meyakini itu. Dan orang Jawa lebih suka menjaga dan mengikuti adat atau norma yang sudah turun temurun.”

Sebagai anak desa yang datang ke Daerah Istimewa Yogyakarta, Ssya tetap ingin mengunjungi Candi Prambanan walaupun itu tidak dengan teman satu kelas bahasa. Satu minggu sebelumnya, saya telah menginjakkan kaki di sana, yang mana ketika SD saya hanya mengenal Candi Prambanan di buku IPS dan lewat cerita Roro Jonggrang di televisi. 

Namun sekarang saya menyaksikan, betapa modernnya masyarakat pada masa itu. Bisa membangun candi dengan arsitektur yang indah dan megah, tentunya teknologi canggih pada masanya belum ada.

Candi Prambanan terkenal di kalangan masyarakat dari legenda Roro Jonggrang. Alkisah pada zamannya terdapat dua kerajaan. Pertama, Kerajaan Prambanan dipimpin oleh Raja Boko. Raja Boko memiliki seorang putri yang cantik jelita, yaitu Roro Jonggrang. Kerajaan ini terkenal sebagai kerajaan yang tenteram, damai, dan nyaman. Senyaman kota Yogyakarta. Eak

Kedua, Kerajaan Pengging dipimpin oleh Raja Prabu Damar Mayo yang angkuh, sombong, dan arogan. Raja Prabu Damar memiliki seorang putra yang sakti, yaitu Bandung Bondowoso.

Dengan sifat ketamakan dan ingin memperluas daerah kekuasaan, Kerajaan Pengging menyerang Kerajaan Prambanan. Prabu Damar mengutus putranya Bandung Bondowoso dan prajurit. Bandung Bondowoso berhasil membunuh Prabu Boko. 

Tidak cukup sampai di situ, Bandung Bondowoso mengejar tangan kanan Prabu Boko hingga ke kerajaan Prambanan. Di situlah Bandung Bondowoso melihat Roro Jonggrang dan langsung tertarik atas kecantikannya, bahkan ingin memperistri Roro Jonggrang.

Sayangnya Roro Jonggrang nggak berselera sedikit pun. Apalagi terhadap seseorang yang telah membunuh ayahnya dan tentu itu adalah sebuah mimpi buruk baginya. 

Namun, karena takut bagaimana cara menolaknya Roro Jonggrang membuat syarat pada Bandung Bondowoso dengan 2 permintaan. Pertama adalah dibuatkan sumur jalatunda. Kedua adalah dibuatkan 1000 candi dalam waktu semalam. 

Permintaan Roro Jonggrang disanggupi oleh Bandung Bondowoso. Dengan kesaktian dan bantuan jin, Bandung Bondowoso hampir saja menyelesaikan semuanya. 

Agar Bandung Bondowoso gagal, Roro Jonggrang membuat siasat. Roro Jonggrang mengumpulkan warga untuk menumbuk padi, membuat api unggun dan membuat ayam jantan berkokok. Seolah-olah hari sudah pagi. 

Mengetahui hari sudah pagi, para jin berpergian dan Bandung Bondowoso marah besar karena masih kurang 1 candi. Bandung Bondowoso mencurigai perihal tersebut. Ternyata benar Roro Jonggrang telah berbuat curang. Merasa dikhianati dan marah besar, Bandung Bondowoso mengutuk Roro Jonggrang menjadi candi sebagai pelengkap candi yang ke 1.000.

Cukup menarik ya kisah cinta mereka. Eh, bukan kisah cinta kali. Tepatnya cinta bertepuk sebelah tangan. Menggambarkan sosok seorang perempuan yang tak begitu mudah melabuhkan hati bahkan menerima seseorang yang telah membunuh ayah kandungnnya sendiri. Bahkan iming-iming harta dan kekuasaan bukanlah menjadi daya tarik baginya.

Dari histori sebenarnya, Candi Prambanan merupakan candi Hindu yang dibangun pada abad ke 9 masehi. Candi Prambanan mulai dibangun oleh Pakai Pikatan dan selanjutnya diperluas oleh Raja Lokapala dan Raja Balitung Maha Sambu, dibangun sebagai tandingan dari candi Budha (Borobudur). 

Selain itu, Candi Prambanan dibangun sebagai bentuk penghormatan dan dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama bagi pemeluk agama Hindu: Dewa Brahma sebagai pencipta, Dewa Wisnu sebagai pemelihara, dan Dewa Siwa sebagai pelebur.

Candi Prambanan sempat ditelantarkan dan hancur karena gempa pada abad ke-16. Dan ditemukan kembali oleh CA Lons seorang berkebangsaan Belanda. Setelah itu baru dilakukan pemugaran, perbaikan, dan pengukuhan. Sehingga kamu sekarang bisa menyaksikan keindahan dan kemegahan arsitekturnya. 

Pada tahun 1991, candi ini diberikan status sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO. Tak heran jika wisatawan lokal atau mancanegara mengunjungi, baik itu hanya sekadar berfoto, menikmati keindahannya, atau mengetahui sejarah aslinya.

Masih tetap takut mengunjunginya? Takut putus dengan pacar dan gagal nikah? Yang memutuskan adalah candi atau Tuhan? Ayolah bantu jawab dengan akal sehatmu!