Masih ingatkah para pembaca tentang pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kalimantan Barat? Iya, PLTU itu berdiri megah di Kabupaten Sanggau. Besar sekali daya yang dihasilkan, PLTU Sanggau 2x7 Mega Watt (MW) untuk memenuhi permintaan listrik Kalimantan Barat. Mungkin beberapa catatan, bahwa tidak semua daerah (desa) di Kab. Sanggau teraliri listrik. Jadi, mega proyek PLTU yang beroperasi mulai dari tahun 2014 itu disisi lain masih tidak dirasakan keberadaannya oleh sebagian kecil masyarakat di Sanggau. Lalu, PLTD juga sudah beroperasi sejak lama, menghasilkan listrik cukup besar. Kok masih banyak daerah desa-desa yang belum teraliri listrik?
Seperti di Desa Cowet, Kec. Balai, masyarakat masih menggunakan lampu minyak tanah hingga hari ini. Pada beberapa kampung memang sudah masuk aliran PLN (hanya 2 kampung, kemudian baru-baru ini menyusul 1 kampung yang sudah teraliri PLN). Sementara sekitar 7 kampung lainnya gelap gulita saat malam hari. Genset menyala hanya seperlunya saja, misalnya untuk nonton televisi sampai jam 9 atau 10 malam hari. Sementara di atas jam itu, kampung gelap gulita. Apakah pejabat daerah tidak mengecek ke lapangan? Mungkin jawabannya iya. Tapi datanya kan ada, berapa banyak desa yang belum masuk listrik di Sanggau itu ada datanya di Kabupaten.
Pada tahun 2012 saya pernah membuat laporan untuk majalah kampus Mimbar Untan mengenai kondisi masyarakat yang tidak pernah merasakan adanya listrik negara. Kemudian saya juga pernah menulis hal serupa di koran Harian Pontianak Post mengenai listrik ini. Dan, saya pernah tahun lalu mengirim email kepada Bapak Bambang Dwiyanto, yang saat itu menjadi Manajer Senior Komunikasi Korporat, untuk menanyakan perihal desa kami yang sejak tahun 2011 mengajukan proposal permohonan untuk adanya PLN masuk di desa kami. Namun, tidak ada tanggapan dari beliau. Saya sempat ingin ke kantor PLN di Kabupaten, namun waktu saya pulang ke kampung sangat singkat sehingga belum tercapai. Dan pula jarak kampung ke Ibu Kota Kabupaten sangat jauh juga.
Hal tersebut disampaikan pula oleh Sekdes Cowet tahun 2012, saat saya wawancara beliau, mengatakan bahwa proposal itu sudah diajukan sejak tahun 2011, kemudian kemungkinan nya tahun 2014 listrik akan mengalir ke desa kami. Beberapa kali warga mengatakan bahwa sudah ada petugas yang melakukan pengukuran jalan, kemudian mengukur jarak tiang dan lain sebagainya.
Ditunggu sampai tahun 2015, tidak ada hitam putih. Maksudnya tanda-tanda pengadaan barang dan alat-alat PLN itu tidak ada. Kabar yang berhembus di masyarakat bahwasannya PLN akan masuk kampung-kampung pada tahun 2016. Padahal PLTU yang sangat besar hasilnya itu sudah beroperasi sejak tahun 2014, PLTU itu menghasilkan listrik sangat besar, lalu untuk apa jika listriknya tidak dinikmati oleh warganya?--meski jumlahnya kecil, tetap kami adalah warga Sanggau.
Sampai hari ini PLN belum juga mengalir di Desa kami, yang katanya Kabupaten kami adalah penghasil PLTU yang sangat megah dan besar. Desa kami adalah satu-satunya desa yang masih gelap gulita saat malam hari, di kantor desa saja menggunakan listrik tenaga surya untuk karyawannya bisa bekerja setiap hari. Sementara masyarakat biasa mana mampu membeli alat dan pemeliharaan listrik tenaga surya, sebagiannya memilih bertahan dengan lampu minyak tanah, di tanah kaya listrik.
Ketika saya pulang ke kampung, banyak warga yang mengatakan; "sekolah yang betul-betul, agar nanti bisa masuk kan listrik ke kampung kita." Duh, saya juga bingung menjawabnya, karena saya bukan siapa-siapa, bukan pula pejabat daerah. Mungkin itu adalah bentuk kejenuhan warga yang sudah bosan dengan keadaan, "kepada siapa lagi mereka mengadu?" singkatnya demikian.