Apa peran Tuhan dalam doa di media sosial? Apakah Tuhan adalah mitra tutur dalam doa? Jika Tuhan adalah mitra tutur dalam doa di media sosial, lalu pertanyaannya: "Apakah Tuhan menjadi mitra tutur pertama?" Ataukah orang yang tengah Anda doakan sebetulnya menjadi mitra tutur pertama?

Doa itu soal komunikasi. Antara saya dan Tuhan. KBBI menjelaskan doa sebagai bentuk permohonan kepada Tuhan. Isi permohonannya beragam. Ada harapan, permintaan, tapi bisa juga bisa berupa pujian. Maka, doa sejatinya soal komunikasi: manusia berbicara dengan Tuhan dalam hening. Saya sendiri setidaknya melakukannya.

Dalam hal ini, saya tak mengambil definisi doa dari pemahaman agama tertentu. Biar tak berat sebelah, saya cukup ambil definisi umum yang dikemukakan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Definisi ini diterima umum. Saya harap, pembaca juga setuju dengan definisi KBBI mengenai doa.

Doa tak selalu soal saya (sendiri) dan Tuhan. Doa juga bisa diutarakan oleh sebuah kelompok, organisasi, peguyuban, atau institusi. Maka doa tak melulu soal komunikasi interpersonal. Doa juga bisa bersifat kolektif. Dalam doa ada penutur dan mitra tutur. Penutur bisa saya atau kelompok, dan mitra tutur adalah Tuhan.

Lalu bagaimana dengan doa di media sosial? Apa peran Tuhan dalam doa di media sosial? Apakah Tuhan adalah mitra tutur dalam doa? Jika Tuhan adalah mitra tutur dalam doa di media sosial, lalu pertanyaannya: "Apakah Tuhan menjadi mitra tutur pertama?" Persis ini yang mau diulas.

Saya tersentuh sekaligus dibuat tak nyaman ketika membaca tulisan Bung Rahmat Petuguran dalam Kolom Bahasa Majalah Tempo. Bung Rahmat memberi judul tulisannya "Doa di Media Sosial." Saya langsung berpikir emang ada yang salah? Ada apa dengan doa di media sosial? Membingungkan?

Dalam ulasannya, Rahmat menulis: "Doa merupakan tuturan manusia yang ditujukan kepada Tuhan. Karena itu, doa hanya diproduksi manusia saat berkomunikasi langsung kepada Tuhan, bukan kepada atau dengan manusia lain. Dalam konteks ini, pendoa berperan sebagai penutur dan Tuhan sebagai mitra tutur."

Sampai pada ulasan di atas, Rahmat tak berkomentar. Ia justru berkomentar - tepatnya mempersoalkan - doa di media sosial. Menurutnya, peran penutur dan mitra tutur dalam doa di media sosial justru kabur. Siapa penutur dan siapa mitra tutur? Kira-kira Tuhan mitra tutur primer atau bukan? Persoalannya di sini.

Saya sempat mengira bahwa Rahmat akan bicara soal penggunaan diksi ketika berdoa di media sosial. Saya juga sempat mengira bahwa Rahmat akan mempersoalkan layak tidaknya tempat doa (media sosial). Kemudian saya juga sempat mengira bahwa Rahmat akan mempertanyakan soal dimensi spiritual dari doa di media sosial. Rupanya, semua tebakan saya meleset.

Rahmat justru mempersoalkan peran Tuhan dalam doa di media sosial. Pertanyaanya: "Apakah dalam doa, mitra tutur wajib hadir atau tidak?" Kembali ke inti doa, yakni soal komunikasi dengan Tuhan. Kita berbicara dengan Tuhan. Maka, doa tak pernah lepas dari Tuhan. Doa dengan sendirinya melekat dengan dan pada Tuhan. Silahkan "cross check" ke definisi doa.

Tanpa kehadiran langsung mitra tutur, doa dengan sendirinya tertuju kepada Tuhan. Maka, jelas mitra tutur dalam doa tidak lain adalah Tuhan. Merujuk ke definisinya, doa selalu soal Tuhan. Meski mitra tutur langsung si pendoa di media sosial adalah sesama manusia, itu tak berarti Tuhan tak berperan. Dengan sendirinya, Tuhan adalah mitra tutur primer dalam doa.

Jika kita berdoa, pertama-tama yang ada di dalam kepala kita adalah soal komunikasi - dengan Tuhan. Maka, unsur lain yang tak boleh dilupakan di sini adalah soal iman. Dalam doa, kita percaya Tuhan mendengar dan mengabulkan. Kita tidak pernah menuntut Ia hadir secara fisik sebagai mitra tutur langsung. Cukup dengan bilang berdoa, dengan sendirinya ajakan 'tuk berkomunikasi dengan Tuhan merangkul.

Ada hal lain juga yang mungkin tak ada hubungannya dengan inti persoalan yang dikemukakan Bung Rahmat. Itu soal cara. Cara yang dimaksud adalah formulasi. Maka, hemat saya, yang juga perlu diluruskan di sini adalah soal formulasi doa. Bagaimana seharusnya formulasi doa agar peran tak dipertanyakan?

Pertama, soal kepada siapa kita berdoa. Dan, yang kedua, untuk siapa atau untuk apa kita berdoa. Formulasi ini harus jelas. Jika kita berdoa, tentu yang disebut pertama adalah kepada Tuhan. Tujuan ini penting, karena bisa saja kita salah menempatkan kata dan membuat peran masing-masing dalam komunikasi (doa) menjadi kabur.

Apa yang sering terjadi sebetulnya demikian. Orang berdoa dengan formulasi seperti ini: "Kita berdoa bagi saudara A atau berdoa untuk saudara B." Secara tata bahasa kalimat ini memang benar. Akan tetapi, kita lupa menempatkan Tuhan (memang tak wajib jika kembali ke definisi doa). Akan tetapi, secara tak langsung formulasi seperti ini membingungkan.

Alangkah baiknya, formulasi doa didahului dengan menyapa Tuhan. Atau demikian: "Kita berdoa kepada Tuhan bagi/untuk siapa atau apa." Formulasi demikian justru membuat doa lebih tertuju - secara tata bahasa. Saya berdoa kepada siapa dan untuk atau bagi siapa atau apa. Sebaiknya demikian, agar tak menimbulkan polemik bagi yang mendengarkan.

Akan tetapi, jika formulasi menjadi harus demikian, maka doa berarti tak hanya untuk Tuhan. Dalam hal ini saya tidak mau keluar dari definisi doa. Saya lebih melihat doa sebagai komunikasi hanya untuk Tuhan. Tapi, untuk kepentingan doa kolektif, tentunya kita perlu memperbaiki tata bahasa. Jika sendiri, formulasi apapun antara Anda dan Tuhan, tak menjadi masalah.

Di media sosial, doanya juga tak panjang-panjang amet. Paling "God bless you!" Seharusnya, doa yang tak terlalu panjang itu tak membuat orang bingung atau mempertanyakan sampai ke mitra tutur segala.

Tapi namanya juga manusia, tak luput dari kesalahan dan mau mencari-cari kesalahan. Iya kan? Kalian pembaca, juga sebaiknya tak mempersoalkan yang lain-lain lagi dari doa.

Maka, peran Tuhan dalam doa meski di media sosial tetap menjadi mitra primer. Untuk siapa kita berdoa atau untuk apa itu selalu menjadi mitra sekunder. Yang perlu diingat bahwa mitra tutur kita yang paling pertama dalam doa adalah Tuhan. Dan, jangan lupa, sisipkan doa kalian kepada Tuhan bagi kesehatan bangsa dan negara ini.