Menanggapi hasil putusan MK yang menolak semua permohonan tim Prabowo-Sandi beberapa waktu lalu, Fadli Zon mengeluarkan statement yang menunjukkan betapa 'lemahnya' narasi positif yang dimilikinya sebagai seorang politisi andal.

Dalam pernyataannya kepada awak media, Fadli Zon berpendapat bahwa Indonesia kehilangan kesempatan dipimpin oleh seorang negarawan, dan akhirnya dipimpin oleh seorang Salesman.

Negarawan yang dimaksud oleh Fadli Zon tentu saja Prabowo Subianto, junjungannya di Partai Gerindra. Sedangkan Salesman yang dia maksud adalah Presiden terpilih, Joko Widodo.

Entah kebodohan apa lagi yang akan dipertontonkan oleh kubu Prabowo-Sandi dalam menanggapi kekalahan mereka di Pilpres kali ini. Akan tetapi, sebagai mantan salesman dan akan selalu menjadi salesman, saya ingin menyampaikan sedikit penjelasan kepada Fadli Zon.

***

Bapak Fadli yang terhormat, saya tahu bahwa pernyataan Anda saat itu tidak bermaksud untuk menyinggung para salesman se-Indonesia. Karena saya tahu, bapak juga pernah jadi salesman, bukan?

Saya masih ingat saat bapak tampil di depan televisi (anak zaman now mungkin belum ingat) bergaya rambut warna-warni, sambil katakan "Daiaaa..."!

Satu hal yang perlu bapak ingat bahwa bapak bisa sampai pada posisi saat ini, pada posisi dicintai dan dibenci sebagian rakyat Indonesia, menerima dan menikmati beragam fasilitas terbaik dari negara, karena jiwa Salesman yang bapak miliki.

Salesman memiliki peran yang sangat vital dalam sebuah kehidupan pribadi dan perusahaan. Tanpa salesman, produk dari perusahaan tidak akan pernah dikenal dan dipakai konsumen. 

Karena begitu vitalnya peran profesi tersebut, maka setiap salesman harus dibekali product knowledge yang baik. Selain itu, seorang salesman wajib bisa berkomunikasi dengan baik, melakukan pelayanan sebaik mungkin kepada konsumen.

Tanpa keahlian itu semua, maka seseorang akan gagal menjadi salesman bagi dirinya, perusahaannya, dan terutama bagi konsumennya.

Penghasilan seorang salesman pun tergantung pada keahliannya 'menjual' diri dan produk yang ia tawarkan. Makin lancar dan bagus komunikasinya kepada konsumen, makin baik produk yang ia tawarkan, maka refund yang dia terima pun akan makin besar.

Manfaat bagi perusahaan? Produk yang mereka produksi akan makin laris di pasaran, sehingga perusahaan akan mendapatkan untung yang besar.

Bagi konsumen? Mereka mendapatkan pelayanan terbaik dari salesman terbaik, serta produk berkualitas dari perusahaan yang baik pula.

Jadi, Pak Fadli Zon pasti paham bahwa yang menciptakan keseimbangan ini semua adalah peran penting seorang salesman. Jadi, jangan pernah anggap remeh peran salesman, Pak Fadli Zon.

Jika bapak menganalogikan bahwa Pak Joko Widodo adalah seorang salesman, maka Indonesia patut berbangga diri, memiliki seorang salesman sebagai pemimpinnya. Karena memang Indonesia butuh pemimpin yang memiliki jiwa salesman terbaik. 

Menawarkan produk terbaik bagi rakyat Indonesia dan membangun bangsa Indonesia menjadi lebih maju lagi. Ibaratnya, perusahaan adalah negara Indonesia, rakyat sebagai konsumen, dan program serta hasil kerja sebagai produknya.

Sebelum menjadi politisi, Pak Jokowi sudah membuktikan bahwa ia memang salesman terbaik. Membawa perusahaan meubelnya go international. Bahkan, karena jiwa salesman seorang Jokowi, sudah begitu dirasakan masyarakat dalam bentuk pelayanan, 5 kali ikut Pemilu (2 kali Wali Kota Solo, 1 kali Gubernur DKI, dan 2 kali Pilpres), Jokowi tidak pernah gagal.

Pak Fadli Zon, Indonesia butuh seorang pemimpin berjiwa salesman yang andal, yang mampu memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakatnya, dan memberikan keuntungan bagi negaranya. Mampu memasarkan produk Indonesia mendunia demi menyejahterakan masyarakat Indonesia.

Seorang salesman itu sangat komplet, Pak Fadli. Selain memiliki komunikasi yang baik, juga wajib memiliki ketegasan dalam menentukan perencanaan, pemasaran, dan pengambilan keputusan. Meski kadang terlihat cupu dengan tampilan, tapi kemampuannya dalam memengaruhi pola pikir masyarakat begitu baik.

Jokowi punya itu semua. Indonesia tidak salah pilih dipimpin oleh seorang salesman. Masalah negarawan atau bukan? Itu tentang sikap dan perbuatan yang nyata, pak, bukan hanya kata-kata! 

Contoh, jika kita ingin disebut sebagai negarawan sejati, maka kita harus mampu mengutamakan keutuhan dan kepentingan bangsa daripada keinginan pribadi yang hendak berkuasa. Menjadi penyejuk di tengah panasnya tensi politik atau situasi bangsa. Atau satu hal lagi, siap kalah dan siap menang, dan bersikap kesatria menerima kekalahan. Itu salah satu sikap seorang negarawan.

Melihat sikap bapak seperti ini, saya jadi paham kenapa Pak Prabowo-Sandi kalah dalam Pilpres yang telah usai. Karena jiwa salesman dalam dirinya tidak lagi sekuat dulu. Atau, perencanaan yang salah dari orang-orang di sekitarnya, yang menganggap remeh betapa pentingnya peran salesman dalam membangun citra diri dan produk yang ditawarkan, demi meraih simpati masyarakat.

Kalau masih ada rencana bertarung di 2024, belajarlah lagi bagaimana bisa menjadi salesman yang baik. Bukan hanya tentang produk yang ditawarkan, tapi juga ditunjang komunikasi yang andal, bukan asal gebrak meja!

Pak Fadli, sebelum berusaha menjadi negarawan, jadi salesman saja dulu. Jadi sales mobil juga OK. Sales mobil refund-nya gede lho, pak, cukup buat beli Daia satu kontainer!