Pernah nggak sih kalian beda pandangan dengan orang tua? Lalu apa sikap kalian jika beda pandangan dengan orang tua? Melawan? Atau menuruti mau orang tua?
Terkadang apa yang kita inginkan tidak sejalan dengan kemauan orang tua. Misalnya dalam mengambil jurusan kuliah. Kita mau ambil jurusan A, orang tua maunya kita ambil jurusan B.
Orang tua memang pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Namun, terkadang mereka juga seperti menutup mata dengan kemampuan si anak. Tapi, apakah sebagai anak kita harus selalu menuruti kehendak orang tua?
Seorang anak sejatinya memang harus patuh terhadap orang tua selama apa yang orang tua perintahkan itu baik dan tidak bertentangan dengan agama. Jika perintah orang tua adalah hal yang buruk, kita harus melawannya.
Melawan di sini bukan berarti kita bisa seenaknya dengan orang tua. Akan tetapi, kita bisa bicara atau menasihati orang dengan hati-hati. Jangan sampai kita terkesan menggurui mereka dan jangan pernah meninggikan suaramu di hadapan orang tua.
Dalam Q.S. Al-Isra’ ayat 23 Allah telah memerintahkan kita agar berbuat baik kepada orang tua dan tidak mengatakan ‘ah’ terhadap orang tua. Kita juga tidak boleh membentak orang tua, dan kita hendaknya bertutur kata yang baik terhadap orang tua
Sebagai anak ketika kita akan mengambil suatu langkah jangan lupa diskusikan dengan orang tua terlebih dahulu. Memang sih bisa jadi orang tua akan menentang. Namun, jika kita bicara baik-baik, pasti akan ada jalan tengahnya. Jangan sampai apa yang kita lakukan ini tidak mendapat restu orang tua.
Restu orang tua sangat penting dalam setiap langkah yang kita lalui. Bahkan dalam sebuah hadist Nabi Bersabda “Ridha Allah itu tergantung ridha orang tua dan murka Allah tergantung dengan murka orang tua” (HR. Tirmidzi).
Ketika sudah lulus SMA dan akan memasuki bangku perkuliahan, kita seringkali bimbang dalam memilih perguruan tinggi dan menentukan jurusan yang akan diambil. Banyak orang-orang yang akhirnya salah pilih jurusan karena tidak mengenali kemampuannya atau terpaksa menuruti orang tuanya.
Dalam memilih jurusan, jika bertentangan dengan orang tua maka kita harus dapat meyakinkan kepada mereka. Dengarkan terlebih dahulu bagaimana mau orang tua kemudian bicara baik-baik kepadanya jika kita sukanya di bidang ini dan yakinkan jika kita akan sukses di bidang tersebut.
Orang tua harus mengerti bahwa seorang anak mempunyai bakatnya masing-masing. Orang tua hendaknya bisa mengarahkan anak agar dapat mengembangkan bakatnya. Bukan malah memaksa anak untuk mengikuti kemauannya.
Selanjutnya dalam memilih kampus. Jika kita ingin kuliah di kampus yang jauh, pastikan orang tua meridhoi kamu menimba ilmu di sana. Jika orang tua ingin kita kuliah yang dekat dan kebetulan jurusan yang kita inginkan ada di sana maka tidak ada salahnya kita mengurungkan niat untuk merantau.
Percayalah jika restu orang tua sudah kita kantongi maka Allah akan mempermudah setiap langkah kita. Bahkan dengan restu orang tua dan juga usaha yang maksimal seorang anak yang waktu SMA jurusan IPS bisa masuk ke kebidanan.
Pada zaman Rasulullah sudah ada contoh akibat dari melawan orang tua. Yaitu kisah dari seorang anak yang bernama al-Qamah.
al-Qamah adalah seorang pemuda yang terkenal saleh dan santun terhadap ibunya. Setelah beristri, al-Qamah tinggal di rumah sendiri dan kurang melayani ibunya. Orang-orang tidak mengetahui bahwa ibunya sakit hati.
Suatu ketika, di saat al-Qamah mau meninggal banyak yang bergantian untuk mentalqin. Akan tetapi lidah al-Qamah kaku dan tidak dapat mengikutinya. Akhirnya Rasulullah meminta salah sahabatnya untuk memanggil ibunya.
Setelah ditanyai, ternyata sang ibu sakit hati akan sikap al-Qamah setelah menikah dan tidak mau memaafkan perbuatan anaknya. Ketika Rasulullah memutuskan hendak membakar al-Qamah, sang ibu secara spontan mau memaafkan.
Karena kata maaf dari sang ibu, akhirnya al-Qamah dapat mengucapkan kalimat tauhid kemudian meninggal dunia. Hampir saja al-Qamah termasuk ke dalam golongan orang-orang yang disabdakan Rasulullah jika kata maaf tidak keluar dari mulut ibunya.
Rasulullah pernah bersabda “Tidak seorang hamba pun yang dianugerahi rezeki oleh Allah kemudian dia tidak menunaikan hak kepada orang tuanya, kecuali Allah menghapus amal baiknya dan menyiksanya dengan siksa yang pedih”.
Dari kisah ini kita dapat belajar bahwa restu orang tua sangatlah penting. Kelak setelah sudah tidak tinggal dengan orang tua atau sudah mencapai kesuksesan, kita juga harus terus patuh terhadap orang tua. Ingatlah bahwa apa yang kita capai ini juga berkat orang tua.
Kita tidak tahu mungkin saja orang tua selalu bangun tengah malam mendoakan kita setiap hari. Rela bekerja keras demi mencukupi kebutuhan anaknya. Maka jangan sampai kita melupakannya ketika sudah sukses.
Restu orang tua itu penting. Selalu ingat “ridhollahi fi ridhol walidaini, wasulkhtullahi fi sukhtil walidaini”. Ridha Allah itu tergantung ridha orang tua dan murka Allah tergantung dengan murka orang tua. Selama apa yang kita lalui ada restu dari orang tua insyaAllah jalannya akan dipermudah olehNya.